Senin, 14 April 2025 menjadi hari penuh empati dan kehangatan di Asrama SMK Yos Sudarso Sidareja. Dalam kunjungan yang dilakukan oleh para pendamping, tujuan utama hari itu adalah memberikan dukungan dan penguatan kepada Nania, salah satu Putri Papua, yang tengah berduka atas wafatnya sang ayah pada 2 April 2025, bertepatan dengan libur Hari Raya Idul Fitri.
Kehilangan orang tua tentu bukan hal yang mudah, terlebih bagi anak-anak yang sedang menempuh pendidikan jauh dari keluarga. Nania menerima kabar duka tersebut saat tengah menikmati masa libur bersama teman-teman. Kesedihan itu begitu mendalam, namun ia tetap berusaha kuat dan kembali ke asrama dengan penuh tanggung jawab. Sikap ini menunjukkan kedewasaannya dalam menghadapi situasi sulit.
Dalam kunjungan itu, suasana di asrama dibuat hangat dan tenang. Para pendamping hadir tidak hanya sebagai guru atau pembimbing, tetapi sebagai keluarga yang siap mendengarkan dan menguatkan. Nania diajak berbicara secara pribadi, diberikan ruang untuk mengekspresikan perasaannya, dan diyakinkan bahwa ia tidak sendiri menghadapi semua ini.
Teman-temannya di asrama juga memberikan perhatian lebih pada hari itu. Beberapa dari mereka menulis surat kecil berisi doa dan kata-kata semangat. Ada pula yang memeluk Nania dengan penuh kasih. Kebaikan-kebaikan sederhana itu menjadi kekuatan tersendiri bagi Nania untuk kembali menjalani hari-hari ke depan dengan tabah.
Para pendamping juga mengingatkan bahwa duka adalah bagian dari perjalanan hidup, dan setiap orang memiliki cara sendiri dalam menghadapinya. Doa-doa dipanjatkan bersama sebagai bentuk solidaritas dan dukungan spiritual. Momen hening sejenak di ruang doa menjadi ruang refleksi dan penguatan batin bagi semua yang hadir.
Meski suasana diliputi kesedihan, namun hari itu juga menjadi pengingat akan pentingnya ikatan keluarga di dalam komunitas asrama. Kunjungan ini bukan sekadar formalitas, melainkan wujud nyata kasih, perhatian, dan kepedulian yang telah menjadi budaya hidup bersama di asrama SMK Yos Sudarso.
Kunjungan dukungan ini ditutup dengan makan malam sederhana bersama. Nania tampak lebih tenang, meskipun kesedihan belum sepenuhnya hilang. Namun ia tahu, bahwa di Sidareja ini, ia dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan siap berjalan bersamanya, bahkan di tengah masa-masa paling sulit sekalipun.
Penulis: Chr.Rr.Ika Yuni Astuti
Editor: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025
No Comments