Cilacap — Perjuangan panjang dialami oleh Erwin Tri Prayogi, mahasiswa kelahiran Cilacap, 22 November 2000, dan warga Desa Klaces RT 003/RW 001. Putra dari Bibit Prayogi, yang dikenal sebagai Pak Bibit, dan Ani alias Dumuk, ini menjalani rangkaian proses panjang sejak kecelakaan yang membuatnya kehilangan satu kaki pada awal 2024. Kini, setelah melewati masa pemulihan dan berbagai tantangan, Erwin akhirnya dapat kembali berdiri menggunakan kaki palsu barunya.
Kisah itu dimulai pada 31 Maret 2024. Seperti tradisi setiap bulan Ramadan, Erwin ikut membangunkan warga sahur dengan berkeliling menggunakan VIAR. Namun, dalam kegiatan yang seharusnya penuh kebaikan itu, musibah datang tanpa diduga. VIAR yang dikendarainya tiba-tiba terjatuh miring, dan besi kendaraan tersebut menimpa kaki Erwin. Ia segera dilarikan ke puskesmas sekitar jam tiga lebih, dan di sana ia mendapat tindakan darurat berupa jahitan di kakinya. Namun kondisi Erwin tidak membaik. Setelah lebih dari satu hari, keluarga membawanya ke mbah Tali, seorang dukun pijet sakal putung yang dikenal masyarakat setempat. Dari pemeriksaan tradisional itu, disampaikan bahwa kakinya patah dan mengalami pembengkakan. Dua hari berikutnya, kedua orang tuanya membawa Erwin ke RS Cilacap. Di sana, dokter menyatakan bahwa pembuluh darah pada kakinya telah pecah. Karena rumah sakit tidak mampu menangani kasus tersebut, Erwin akhirnya dirujuk ke RS Margono Purwokerto untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
Perawatan intensif berlangsung sekitar satu minggu sebelum keputusan yang sangat berat harus diambil: kaki Erwin harus diamputasi pada 4 April 2024. Keputusan tersebut bukan hanya pukulan fisik, tetapi juga emosional bagi Erwin dan keluarganya. Namun, setelah amputasi, ia memilih untuk tetap bertahan dan bangkit. Delapan bulan setelah operasi, Erwin tetap datang kontrol dan menjalani fisioterapi di RS Margono. Setelah itu, ia melanjuti fisioterapi di RS Fatimah Cilacap, meski kegiatan tersebut hanya bisa dilakukan bila keluarga memiliki cukup dana untuk biaya transportasi. Di tengah keterbatasan itu, kondisi Erwin semakin dirasa menghambat aktivitasnya sehari-hari. Situasi itulah yang membuat Erwin dan keluarga akhirnya memutuskan meminta bantuan kepada Rm. Carolus O.M.I. Harapan baru muncul ketika keuskupan, melalui Bapak Ristam dari Desa Kembaran Purwokerto, memberikan informasi terkait adanya bantuan untuk pembuatan dan pemasangan kaki palsu. Pada 20 September 2025, tim mendatangi Bapak Ristam. Dalam pertemuan tersebut, disampaikan bahwa ada pengganti dana untuk kebutuhan kaki palsu Erwin. Proses selanjutnya kemudian berjalan cepat dan terkoordinasi. Tanggal 9 Oktober 2025 ditetapkan sebagai hari pengukuran kaki palsu di kantor Rm. Carolus.

Puncak proses ini terjadi pada 3 November 2025. Erwin datang ke Klinik Ortotis Protetis yang berlokasi di Jalan Haji Mashuri RT 05/RW 01, Kelurahan Rejosari, Purwokerto Barat tepatnya di sebelah kanan RS Islam Purwokerto. Di klinik itulah kaki palsu sebelah kiri Erwin akhirnya dipasang. Kaki palsu tersebut merupakan jenis atas lutut dengan komponen seperti body fiber, sabuk kulit, telapak poly CHN, serta sendi lutut dalam. Setelah pemasangan, Erwin langsung menjalani beberapa rangkaian latihan dasar. Ia diajari bagaimana cara berjalan dengan kaki barunya, dilatih cara memakai celana, dan diberi pemahaman penting tentang perawatan kaki palsu tersebut. Salah satu hal yang ditekankan adalah larangan bagi kaki palsu terkena air, dan jika sampai terkena harus segera dilap.

Suasana haru tidak terelakkan. Ketika kaki palsu terpasang dan Erwin mulai berdiri, air mata langsung mengalir bukan hanya dari Erwin dan keluarganya, tetapi juga dari petugas yayasan serta tim yang sejak awal mendampingi proses ini. Momen ketika Erwin sudah mengenakan pakaian lengkap dan sepatu pun semakin mempertegas rasa syukur dan kebahagiaan keluarga. Perjalanan panjang selama satu tahun lebih itu akhirnya sampai pada titik di mana Erwin bisa kembali melangkah baik secara harfiah maupun simbolis. Kini, dengan kaki palsu barunya, Erwin memiliki peluang untuk kembali menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih mandiri. Kisahnya menjadi bukti bahwa perjuangan panjang, dukungan keluarga, dan bantuan dari berbagai pihak mampu membawa seseorang melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya.

No Comments