Share this article

Pada apel pagi SMA Yos Sudarso Majenang, pembina apel menyampaikan pokok-pokok arahan dengan tema “Penyampaian Pendapat Secara Demokratis dan Bertanggung Jawab Dalam Kerangka Penguatan Pendidikan Karakter.” Acara ini diawali dengan salam pembuka dan ucapan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Pembina apel menyampaikan rasa syukur karena seluruh peserta apel masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk berkumpul pada pagi yang cerah. Hal tersebut disebut sebagai wujud kebahagiaan bersama yang patut dijaga. Semangat tersebut juga diyakini akan membantu siswa mempersiapkan masa depan Indonesia yang gemilang.

Dalam sambutannya, pembina apel yakni Bp. Babinsa Kusto, mengaku berbahagia dapat kembali berada di tengah-tengah siswa. Ia mengenang masa ketika masih menjadi seorang murid, yang disebut sebagai momen indah dan harus disyukuri. Menurutnya, keberhasilan sebagai murid dan kualitas kelulusan yang hebat akan mempermudah jalan meraih cita-cita. Oleh karena itu, siswa diminta memanfaatkan waktu belajar dengan efektif, cerdas, dan unggul. Hal ini ditegaskan agar setiap murid mampu mengukir masa depan yang lebih baik.

Topik utama apel pagi ini adalah menyikapi kondisi penyampaian pendapat melalui unjuk rasa yang terjadi beberapa waktu terakhir. Pembina apel menjelaskan bahwa penyampaian pendapat tidak dilarang oleh negara karena merupakan hak warga negara yang dijamin konstitusi. Namun, hak tersebut harus dilakukan secara benar dan bertanggung jawab. Sekolah pun tidak melarang siswa menyampaikan pendapat selama dilakukan dalam ruang lingkup yang tepat. Contoh praktiknya antara lain saat pemilihan pengurus OSIS, perencanaan program kelas, maupun diskusi yang dibimbing guru.

Pembina apel menekankan bahwa penyampaian pendapat di muka umum juga tidak dilarang. Meski demikian, hal itu diatur agar tidak mengganggu ketertiban masyarakat. Setiap penyampaian pendapat harus tetap disampaikan secara benar dan bertanggung jawab. Ia juga mengingatkan bahwa tugas utama murid adalah belajar, sehingga cara penyampaian pendapat harus sesuai dengan tingkat kedewasaan. Dengan begitu, siswa tidak bergeser orientasinya dari belajar yang menjadi bekal masa depan.

Beberapa waktu belakangan, muncul ajakan untuk bergabung dalam aksi unjuk rasa, termasuk kepada para siswa. Pembina apel menegaskan bahwa bagi siswa hal tersebut belum waktunya. Dari sisi usia, siswa dinilai belum memiliki kedewasaan untuk mengambil tindakan terukur dalam demonstrasi. Karena itu, siswa diimbau tidak mudah terpancing dengan ajakan semacam itu. Ia menekankan bahwa siswa harus fokus belajar, menjadi teladan, dan membentengi diri dengan sikap serta perilaku terpuji.

Dalam arahannya, pembina apel juga menyinggung pemanfaatan teknologi informasi. Siswa diminta memanfaatkan perkembangan teknologi, terutama gadget dan smartphone, untuk menambah ilmu pengetahuan. Namun, penggunaan perangkat komunikasi harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Siswa diminta memilih konten yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Ia menegaskan agar teknologi tidak digunakan sebagai instrumen yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah disebut menempatkan pendidikan sebagai program prioritas pembangunan. Pendidikan dipandang sebagai instrumen penting untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Melalui pendidikan, siswa akan memiliki bekal menatap masa depan gemilang. Karena itu, siswa diminta tekun belajar dan melaksanakan tiga kunci keberhasilan sebagai murid. Tiga kunci tersebut adalah berbakti kepada orang tua, memiliki disiplin diri yang kuat, serta patuh dan hormat kepada guru dan warga sekolah.

Pada kunci pertama, pembina apel menjelaskan pentingnya berbakti kepada orang tua. Restu orang tua dianggap sebagai kunci utama gerbang keberhasilan. Dengan restu tersebut, siswa diyakini akan memiliki keseimbangan dengan semesta. Kunci kedua adalah disiplin diri yang kuat. Disiplin akan membantu siswa memetakan tahapan tujuan, mengatur waktu secara seimbang, serta patuh terhadap norma hukum, agama, dan sosial.

Selanjutnya, kunci ketiga adalah patuh dan hormat kepada guru serta warga sekolah lainnya. Guru dan tenaga kependidikan disebut sebagai orang tua kedua yang mendampingi siswa selama hampir tujuh jam di sekolah. Karena itu, siswa wajib menanamkan sikap saling mengasihi, menghormati, dan menghargai sesama warga sekolah. Hal ini menjadi bagian penting dalam membangun karakter dan pergaulan yang sehat. Dengan penerapan tiga kunci keberhasilan tersebut, siswa diharapkan dapat mencapai cita-cita dengan lebih mudah.

Pembina apel juga menyampaikan rasa terima kasih atas kesungguhan siswa dalam melanjutkan studi di sekolah pilihan mereka. Siswa diminta menjadi teladan kebaikan di manapun berada. Ia menegaskan bahwa para siswa patut dibanggakan karena akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa. Jawa Tengah sendiri tercatat memiliki 866 SMA, 1.539 SMK, dan 188 SLB negeri maupun swasta. Jumlah siswa mencapai 1.290.494 anak dengan didampingi lebih dari 72 ribu guru.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, serta tenaga administrasi. Mereka dinilai telah menyiapkan siswa untuk menjadi putra terbaik bangsa. Pembina apel menitipkan agar pendidikan di sekolah selalu memuliakan murid dalam suasana penuh kegembiraan. Dalam arahannya, ia menyelipkan kutipan dari James E. Faust tentang cinta orang tua kepada anaknya. Dikatakan bahwa kasih orang tua melampaui kepedulian terhadap hidup itu sendiri dan tetap ada meskipun menghadapi kekecewaan.

Menutup apel pagi, pembina mengajak siswa membangun komitmen untuk tidak terprovokasi ajakan demonstrasi. Ia mengajak siswa berjanji untuk belajar dengan tekun, patuh pada peraturan sekolah, serta siap menjadi teladan di masyarakat. Selain itu, siswa juga diajak menjaga ketertiban bersama. Pertanyaan-pertanyaan motivatif dilontarkan agar siswa semakin bersemangat. Apel pagi pun ditutup dengan ucapan terima kasih dan salam penutup.


Share this article