Blog

04 Jul
0

BELAJAR BERBAGI MENGHADIRKAN KASIH DI TENGAH KESEDERHANAAN

Pada Minggu, 05 Februari 2023, suasana di Asrama Putri Sidareja dipenuhi dengan semangat kebersamaan dan kepedulian. Sejak pagi, putri-putri asrama sibuk menyiapkan bahan makanan untuk membuat nasi bungkus. Mereka tidak hanya memasak, tetapi juga mengatur pembagian tugas, dari mencuci beras, memotong bahan lauk, hingga membungkus nasi dengan rapi. Semua dilakukan bersama-sama dengan sukacita dan semangat pelayanan.

Tujuan kegiatan ini sangat sederhana namun bermakna besar yakni membagikan nasi bungkus kepada para Abang Becak yang berada di sekitar lingkungan asrama. Para siswi ini belajar bahwa dalam kondisi seadanya pun, mereka tetap dapat berbagi dan memberi sesuatu yang berarti bagi orang lain. Tidak perlu menunggu kaya atau berlebih untuk bisa menolong sesama. Nilai itulah yang ditanamkan lewat kegiatan ini. Mereka turun langsung menyapa para Abang Becak dengan ramah dan penuh senyum, menyerahkan nasi bungkus dengan tangan mereka sendiri. Momen singkat itu menjadi pembelajaran nyata tentang empati dan kasih. Para penerima pun tampak senang dan terharu, merasa diperhatikan di tengah rutinitas mereka yang berat. Respon ini membuat anak-anak semakin memahami arti dari memberi tanpa pamrih.

Dari proses ini, para putri asrama menyadari bahwa berbagi bukan hanya soal jumlah, tapi soal ketulusan hati. Dalam keterbatasan, mereka belajar bahwa mereka tetap punya sesuatu yang bisa diberikan. Hal ini menjadi pengalaman spiritual yang mendalam bagi mereka, karena secara nyata mereka sedang belajar mewujudkan nilai-nilai kasih dan kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini juga mengajarkan kepada mereka bahwa berbagi tidak mengenal batas suku, ras, dan agama. Semua orang layak untuk dikasihi dan dihargai, terlepas dari latar belakangnya. Mereka diajak untuk menyadari bahwa itulah cara sederhana namun konkret dalam menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia melalui tindakan kasih yang nyata terhadap siapa pun.

Selain menjadi sarana pembelajaran sosial dan spiritual, kegiatan ini juga mempererat kebersamaan di antara sesama penghuni asrama. Mereka saling membantu, saling menyemangati, dan bersama-sama menyelesaikan tugas dengan rasa tanggung jawab. Ini menjadi bekal penting dalam membentuk karakter mereka sebagai pribadi yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Melalui kegiatan sederhana ini, para putri asrama mendapat pengalaman berharga yang akan terus membekas. Mereka belajar bahwa hidup bukan hanya tentang menerima, tetapi juga tentang memberi. Di tengah keterbatasan, mereka mampu menunjukkan bahwa kasih dan empati bisa lahir dari hati yang tulus, dan itulah wujud nyata dari iman yang hidup dalam tindakan.

Penulis : Chr.Rr.Ika Yuni Astuti

Editor : Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
20 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : MAFIA IRLANDIA DI KAMPUNG LAUT

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Mafia Irlandia di Kampung Laut – Jejak Romo Carolus

                                    OMI Memperjuangkan Kemanusiaan

Penulis                     : Anjar Anastaya, DKK.

Penerbit                  : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit          : 2012

ISBN                          : 978-979-22-9739-3

Jumlah Halaman   : xxvi+172

  1. SINOPSIS

Buku ini merupakan biografi sosial Romo Carolus, pastor asal Irlandia yang meninggalkan kenyamanan Eropa untuk mengabdikan hidupnya di sebuah sudut kecil Indonesia: Kampung Laut, Cilacap. Di tengah lingkungan yang keras dan penuh tantangan, Romo Carolus hadir bukan sekadar sebagai rohaniwan, melainkan sebagai sosok ayah, sahabat, sekaligus pejuang hak-hak kemanusiaan. Judul Mafia Irlandia sengaja dipilih untuk menyoroti keberanian Romo Carolus melawan berbagai bentuk ketidakadilan sosial, kemiskinan, dan kebodohan struktural. Kisah-kisah dalam buku ini menampilkan bagaimana Romo Carolus menjalani kehidupannya secara total untuk masyarakat, tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang sosial.

Buku ini juga memperlihatkan bagaimana keberanian dan keteguhan Romo Carolus melahirkan transformasi sosial di Kampung Laut, dari masyarakat yang termarginalkan menjadi masyarakat yang memiliki rasa percaya diri dan harga diri. Dibubuhi komentar para tokoh nasional seperti Ahmad Syafii Maarif, Merry Riana, Andy F. Noya, hingga Mgr. Julius Sunarka SJ, buku ini bukan sekadar biografi, melainkan dokumen perjuangan sosial kemanusiaan yang sangat relevan hingga kini.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini memiliki struktur naratif yang rapi. Diawali dengan latar belakang kehidupan Romo Carolus di Irlandia, kemudian berlanjut pada kisah pengabdiannya di Indonesia, dan diakhiri dengan refleksi warisan perjuangannya. Tiap bab ditulis dengan gaya naratif-reportase, dilengkapi foto-foto dokumentasi, serta testimoni dari masyarakat dan tokoh-tokoh terkenal. Struktur naratif yang sistematis membuat pembaca lebih mudah mengikuti perjalanan hidup sang tokoh.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Daya tarik emosional buku ini sangat kuat. Pembaca akan terhanyut dalam kisah-kisah ketidakadilan sosial yang dihadapi masyarakat kecil, lalu merasakan haru saat melihat bagaimana Romo Carolus hadir memberi harapan nyata. Secara psikologis, buku ini membangun empati, membakar semangat pembaca untuk tidak tinggal diam melihat ketidakadilan, dan memotivasi siapa saja untuk bergerak demi kebaikan sesama.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Dalam Mafia Irlandia di Kampung Laut, pendekatan komunitas dan budaya lokal Romo Carolus lebih ditampilkan secara mendalam dan luas. Ia hadir sebagai bagian dari warga Kampung Laut, menyatu dengan kehidupan mereka, dan mendukung perjuangan masyarakat dari dalam. Romo Carolus tidak memaksakan nilai luar, tetapi justru menguatkan budaya lokal dengan semangat kemanusiaan universal. Melalui pendekatan ini, Romo Carolus menjadi jembatan antara kehidupan tradisional dan tantangan modern tanpa menghilangkan identitas masyarakat setempat.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Sebagai buku terbitan Gramedia, kualitas penyuntingan sangat baik. Bahasa yang digunakan lugas, ringan, namun tetap bernas. Kombinasi antara gaya jurnalistik, biografis, dan reflektif membuat buku ini tidak membosankan. Testimoni dari berbagai tokoh nasional memperkuat kualitas isi buku dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca lintas generasi.

5. Kelebihan :

  1. Lengkap dan Informatif: Buku ini menyajikan gambaran menyeluruh mengenai perjalanan hidup Romo Carolus, mulai dari masa kecil hingga perjuangannya bersama masyarakat, sehingga memberikan pemahaman utuh tentang sosoknya.
  2. Emosional dan Inspiratif:  Cerita-cerita yang ditampilkan berhasil membangkitkan empati pembaca terhadap perjuangan kaum kecil yang sering terpinggirkan, sekaligus menginspirasi untuk peduli dan terlibat dalam kehidupan sosial.
  3. Ditunjang Testimoni Tokoh Nasional: Kehadiran testimoni dari tokoh-tokoh nasional menambah kredibilitas buku, sekaligus memberikan sudut pandang lain yang memperkaya isi dan pesan yang ingin disampaikan.

6. Kelemahan :

  1. Fokus Terbatas di Satu Wilayah: Cerita dalam buku lebih banyak berpusat pada Kampung Laut, sehingga kurang menggambarkan kontribusi Romo Carolus di wilayah lain, padahal kiprahnya tidak hanya terbatas di sana.
  2. Beberapa Bagian Terasa Repetitif: Ada beberapa bagian yang terasa berulang atau mengangkat tema serupa, sehingga bisa menimbulkan kesan monoton bagi pembaca yang mengharapkan variasi cerita yang lebih dinamis.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Mafia Irlandia di Kampung Laut adalah buku wajib baca bagi siapa saja yang ingin memahami bagaimana semangat kemanusiaan diterjemahkan dalam tindakan nyata. Buku ini bukan hanya bicara soal agama, tetapi soal keberanian memperjuangkan hak asasi manusia. Sangat direkomendasikan untuk aktivis sosial, rohaniwan, mahasiswa, dan siapa saja yang ingin terinspirasi oleh kisah nyata keberanian seorang asing yang menjadi “putra daerah” bagi masyarakat Cilacap.

Rating: ★★★★★ (4,7/5)

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
20 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU :  SEMUA ORANG MASUK SURGA

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Semua Orang Masuk Surga

Penulis                     : Romo FA Teguh Santosa, Pr., et al.

Jumlah Halaman   : 132

  1. SINOPSIS

Buku Semua Orang Masuk Surga merupakan penghormatan istimewa bagi perjalanan hidup dan karya pastoral Romo Carolus, seorang imam Katolik dari Ordo Missionari Oblat Maria Immaculata (OMI). Buku ini hadir dalam rangka memperingati 50 tahun imamat beliau. Judul buku ini mencerminkan pandangan Romo Carolus yang inklusif, penuh kasih, dan menolak pandangan eksklusif mengenai siapa yang layak atau tidak layak masuk surga.

Romo Carolus menghayati imamatnya dengan cara yang tidak biasa: hidup sederhana, membaur bersama masyarakat marginal, dan lebih banyak mendekatkan diri kepada mereka yang terpinggirkan oleh sistem sosial maupun agama. Salah satu komunitas yang paling dekat dengannya adalah masyarakat kecil di Kampung Laut, Cilacap.

Dalam buku ini, pembaca diajak merenungkan nilai-nilai kristiani yang dihidupi Romo Carolus: kasih tanpa syarat, penerimaan tanpa diskriminasi, dan keyakinan bahwa aturan dan hukum gereja ada untuk mendukung kemanusiaan, bukan untuk membelenggunya. Baginya, tidak ada batasan siapa yang berhak menerima kasih Tuhan. Prinsip hidupnya sederhana: “Romo Carolus akan bahagia kalau bisa membahagiakan orang lain.”

Melalui refleksi mendalam, kisah hidupnya dalam buku ini menginspirasi pembaca untuk melihat kehidupan dengan cara yang lebih terbuka, penuh kasih, dan rendah hati.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini tidak ditulis dalam bentuk biografi utuh atau novel. Ia lebih merupakan kumpulan refleksi dan catatan-catatan pendek dari berbagai pengalaman, pemikiran, dan kisah nyata yang dialami Romo Carolus. Alur dalam buku ini bersifat tematik, bukan kronologis. Setiap bagian bisa berdiri sendiri namun tetap saling melengkapi untuk membentuk gambaran utuh tentang siapa Romo Carolus sebenarnya. Hal ini membuat pembaca dapat membaca buku secara acak tanpa kehilangan makna, karena setiap bagian mengandung pesan moral dan spiritual tersendiri.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Daya sentuh emosional buku ini cukup kuat, terutama pada bagian-bagian yang menceritakan keakraban Romo Carolus dengan masyarakat kecil. Ada kelembutan yang mengalir dari setiap kalimatnya. Buku ini membawa pembaca masuk ke dunia seorang pastor yang memilih jalan sunyi, jauh dari kemegahan gereja, demi hadir bagi mereka yang sering kali dilupakan.

Secara psikologis, buku ini menenangkan jiwa, memberi rasa damai, dan menguatkan harapan bahwa kasih dan pengampunan Tuhan melampaui segala batas manusia.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Pendekatan komunitas dalam Semua Orang Masuk Surga terlihat dari bagaimana Romo Carolus memilih untuk hidup bersama masyarakat Kampung Laut, bukan sekadar datang membantu lalu pergi. Ia membaur, memahami budaya lokal, dan melayani dengan penuh empati tanpa membedakan latar belakang agama atau status sosial. Kasih tanpa syarat menjadi dasar pendekatannya, sehingga nilai-nilai ajaran iman yang ia bawa justru terasa membumi dan relevan dengan kehidupan masyarakat pesisir. Kehadirannya menjadi sahabat, bukan hanya sebagai pastor.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan sangat sederhana, komunikatif, tanpa banyak istilah teologis sulit. Penulis tampaknya memang sengaja menggunakan bahasa sehari-hari agar pesan-pesan yang ingin disampaikan bisa diterima oleh semua kalangan. Ini membuat buku terasa hangat dan bersahabat. Gaya penyampaiannya reflektif—seringkali terasa seperti sedang mendengarkan seorang pastor tua berbicara penuh kasih di hadapan jemaatnya.

5. Kelebihan :

  1. Inspiratif: Menghadirkan semangat hidup sederhana dengan cara melayani sesama. Hal tersebut dapat menjadi inspirasi banyak orang untuk berbuat baik kepada sesamanya. Bukan hanya memikirkan dirinya sendiri atau orang dengan kasta yang tinggi, tetapi juga memperhatikan dan menolong orang orang lemah, miskin, tersingkir, bahkan tertindas.
  2. Bahasa Sederhana :  Mudah dipahami oleh berbagai kalangan dengan bahasanya yang mudah dan membuat pembaca seolah-olah merasa dekat.
  3. Memberikan Inspirasi Pelayanan : Mengajak pembaca merenungkan ulang arti kehidupan, hukum, dan kasih yang sebenarnya. Cinta agape dan bukan cinta eros.

6. Kelemahan :

  1. Minim Data Biografis Lengkap : Tidak menyajikan banyak detail tentang riwayat hidup Romo Carolus. Hal ini membuat sebagian pembaca bingung dan bertanya-tanya siapakah dan bagaimana kehidupan Romo Carolus yang diceritakan dalam buku tersebut.
  2. Kurang Variasi Gaya Cerita : Struktur naratif terasa datar dan monoton dikarenakan formatnya berupa kumpulan refleksi tanpa alur yang dramatik.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Semua Orang Masuk Surga adalah buku reflektif yang layak dibaca siapa saja yang ingin memahami nilai kasih tanpa batas dalam kehidupan nyata. Sangat direkomendasikan untuk kalangan umat Katolik, aktivis sosial, hingga masyarakat umum yang sedang mencari inspirasi hidup sederhana namun penuh makna. Buku ini bukan hanya berbicara tentang gereja, tetapi tentang kemanusiaan universal.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
19 Jun
0

MODUL LIFE STAGE 2 : PENGASUHAN POSITIF

  1. PENGANTAR

Modul Life Stage 2 ini adalah lanjutan dari Modul Life Stage 1 yakni program perkembangan anak oleh ChildFund International di Indonesia dan mengangkat judul “Pengasuhan Positif” yang dimana pengasuhan positif itu sendiri adalah ketrampilan dan tanggung jawab orangtua dalam mendidik, merawat, serta membangun hubungan yang kuat dengan anak agar anak dapat mengembangkan sifat-sifat positif. Bab kedua buku ini adalah “Rumah Bukanlah Rumah Jika Tanpa Kasih Sayang”. Buku ini terdiri dari 3 sub bab dan 19 materi  yakni sebagai berikut :

  1. Pengetahuan dan Ketrampilan Pengasuhan Positif
  2. Arti Pengasuhan  dan Arti Anak
  3. Tujuan Jangka Panjang dan Pendek Dalam Pengasuhan
  4. Memahami Siapa Saya dan Siapa Anak Saya
  5. Memahami Pikiran dan Perasaan Anak Usia 6-10 Tahun
  6. Memahami Pikiran dan Perasaan Anak Usia 11-14 Tahun
  7. Memahami Perkembangan Psikososial Anak
  8. Memahami Beragam Pola Pengasuhan
  9. Memahami Area Masalah Orang Tua dan Anak
  10. Mengenal Kecerdasan Emosi
  11. Komunikasi Efektif Dengan Anak
  12. Membentuk Komunikasi Efektif Melalui Ketrampilan Mendengarkan Aktif (1)
  13. Membentuk Komunikasi Efektif Melalui Ketrampilan Mendengarkan Aktif (2)
  14. Mengembangkan Disiplin Positif Dalam Keluarga
  15. Kesejahteraan Mental Orangtua / Pengasuh Utama
  16. Menghilangkan Pikiran Negatif Untuk Kesejahteraan Diri
  17. Rumah Aman dan Pengurangan Risiko Bencana
  18. Rumah Aman Untuk Anak Kita
  19. Rencana Keluarga Dalam Keadaan Darurat
  20. Mengenal Beragam Bencana Alam
  21. Perlindungan Anak Dalam Keluarga
  22. Memahami Hak-hak Anak
  23. Memahami Pentingnya Partisipasi Anak
  24. Memahami Ancaman Kekerasan Terhadap Anak

BAB 1

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PENGASUHAN POSITIF

  1. ARTI PENGASUHAN DAN ARTI ANAK

Pengasuhan responsif atau pengasuhan positif adalah keterampilan dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik, merawat, serta membangun hubungan yang kuat dengan anak agar anak dapat tumbuh dengan sifat-sifat positif, mandiri, sehat secara mental, serta siap menghadapi masa depan. Pengasuhan positif bukan pengasuhan yang sempurna, tapi pengasuhan yang tulus. Tulus menerima diri sendiri sebagai orang tua, tulus menerima perasaan anak, serta tulus dalam menyampaikan kebutuhan dan mendengarkan kebutuhan anak.

Kenapa pengasuhan positif penting? Karena tantangan yang kita hadapi dalam mendidik anak saat ini jauh lebih berat dibandingkan masa lalu. Orang tua harus bersaing dengan dampak teknologi, teman sebaya, dan lingkungan sekitar agar anak tetap peduli dan menghormati orang tua. Maka, kita sebagai orang tua harus berubah dulu agar anak-anak bisa tumbuh berkembang secara utuh.

Pesan penting dari puisi Kahlil Gibran “Anakmu Bukanlah Milikmu”:

  1. Anak lahir dari kita, tapi bukan milik kita.
  2. Mereka memiliki pikirannya sendiri.
  3. Kita hanya ibarat busur yang meluncurkan anak panah (anak-anak kita menuju masa depan mereka.
  4. Tugas kita adalah meluncurkan mereka dengan cinta, harapan, dan bimbingan terbaik.

Kita tidak bisa memaksa anak menjadi seperti yang kita mau, karena hidup tidak berjalan mundur. Kita sebagai orang tua yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Untuk membantu kita mendampingi pertumbuhan anak, kita mengenal 5 konsep pengasuhan yang disebut HPM5 (atau dikenal juga dengan RPM3):

  1. Responding (Merespon):

Memberikan tanggapan yang tepat atas kebutuhan, pertanyaan, atau perilaku anak. Anak perlu merasa didengar dan dihargai.

  • Preventing (Mencegah):

Mencegah anak berperilaku negatif dengan menciptakan lingkungan yang aman dan kebiasaan yang baik sejak dini.

  •  Monitoring (Memantau):

Mengawasi anak saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar agar tidak terpengaruh hal buruk.

  •  Mentoring (Mendampingi):

Mendampingi proses belajar anak setiap hari, membantu membentuk kebiasaan baik dan karakter positif.

  • Modelling (Menjadi Contoh):

Menjadi teladan yang baik. Anak belajar bukan dari kata-kata kita, tapi dari apa yang mereka lihat dari perilaku kita sehari-hari.

Dengan 5 konsep ini, pengasuhan akan terasa lebih jelas arahnya, lebih terarah, dan lebih mudah dilakukan. Mulai sekarang, mari kita bersama-sama berubah, berproses, dan terus belajar agar bisa menjadi orang tua yang lebih baik demi masa depan anak-anak kita.

Inti utama dari materi ini yakni anak tidak belajar dari marah atau hukuman, tapi dari contoh, kasih sayang, komunikasi yang baik, dan konsistensi kita sebagai orang tua.

  • TUJUAN JANGKA PANJANG DAN PENDEK DALAM PENGASUHAN

Menjadi orang tua bukan hanya soal melahirkan atau membesarkan anak, tapi juga soal menjalankan peran dengan penuh tanggung jawab, cinta, dan kesadaran. Anak usia dini sedang berada di masa emas pertumbuhan dan perkembangan, sehingga orang tua memegang peranan paling penting dalam membentuk karakter, kecerdasan, serta masa depan anak.

Peran orang tua dalam pengasuhan sangat penting, karena orang tua adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Orang tua bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik anak, tetapi juga menjadi tempat belajar pertama tentang nilai-nilai kehidupan, kasih sayang, dan bagaimana menghadapi dunia. Kenapa ini penting? Karena anak belajar bukan dari kata-kata, tapi dari contoh nyata yang ditunjukkan oleh orang tua dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip penting yang harus selalu diingat:

  1. Anak lahir ibarat kertas putih. Orang tualah yang akan memberi warna pada kehidupannya.
  2. Anak belajar tentang cinta, kepercayaan diri, kesabaran, dan tanggung jawab melalui interaksi sehari-hari bersama orang tua.
  3. Maka, agar anak tumbuh dengan baik, orang tua tidak boleh berhenti belajar dan memperbaiki diri.

Untuk membantu kita menjalankan peran ini, kita mengenal 4 Peran Penting Orang Tua dalam pengasuhan:

  1. Sebagai Pemberi Kasih Sayang dan Rasa Aman: Anak butuh merasa dicintai agar tumbuh percaya diri dan berani bereksplorasi.
  2. Sebagai Pengasuh yang Memenuhi Kebutuhan Anak: Memberikan makanan bergizi, menjaga kesehatan, dan memastikan anak hidup dalam lingkungan yang aman.
  3. Sebagai Pendidik Pertama dan Utama: Mengenalkan anak pada nilai-nilai baik, memberikan stimulasi sesuai usia, mendampingi proses belajar.
  4. Sebagai Teladan: Anak akan meniru perilaku orang tua. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan contoh perilaku positif setiap hari.

Dengan menjalankan peran ini secara konsisten, kita membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik, sehat, mandiri, dan siap menghadapi masa depannya. Sekarang, mari kita mulai berkomitmen menjadi orang tua yang lebih baik. Bukan karena kita sempurna, tapi karena kita mau terus belajar dan memperbaiki diri demi anak-anak kita.

Inti utama dari materi ini adalah anak belajar melalui contoh, cinta, komunikasi, dan kehadiran orang tuanya.

  • MEMAHAMI SIAPA SAYA DAN SIAPA ANAK SAYA

Pengasuhan bukan hanya soal bagaimana kita mengasuh anak, tapi juga bagaimana kita memahami siapa diri kita dan siapa anak kita. Karena salah satu penyebab konflik dalam pengasuhan justru sering muncul dari ketidakpahaman kita tentang diri sendiri dan anak kita.

Banyak konflik dengan anak terjadi bukan karena anak bandel, tapi karena kita belum sepenuhnya paham apa yang sedang anak butuhkan, rasakan, atau pikirkan. Kita juga mungkin belum sepenuhnya menyadari bahwa cara kita bersikap dan berbicara kepada anak sangat dipengaruhi oleh siapa kita sebenarnya. Cara kita dibesarkan dulu, pengalaman hidup, harapan, dan ketakutan kita semuanya mempengaruhi cara kita mengasuh anak. 3 kemungkinan kondisi yang sering terjadi dalam pengasuhan:

  1. Tidak mengenal diri sendiri dan tidak mengenal anak: Ini akan sering menimbulkan konflik, salah paham, bahkan jarak antara orang tua dan anak. Kita merasa marah atau kecewa kepada anak, padahal sumbernya dari diri kita sendiri yang belum tuntas memahami kebutuhan kita. Anak pun merasa tidak dipahami oleh orang tuanya.
  2. Mengenal diri sendiri tapi tidak mengenal anak: Kita tahu apa yang kita inginkan, tapi sering lupa bahwa anak adalah pribadi yang unik dengan kebutuhan yang mungkin berbeda dari keinginan kita. Ini bisa membuat kita menjadi orang tua yang terlalu menuntut atau kurang peka terhadap kebutuhan anak.
  3. Mengenal diri sendiri dan mengenal anak: Ini kondisi terbaik. Kita bisa membangun komunikasi yang lebih baik, menemukan cara agar kebutuhan kita sebagai orang tua tetap terpenuhi, sambil tetap menghormati kebutuhan, perasaan, dan keunikan anak. Hubungan pun jadi lebih hangat, lebih akrab, dan lebih saling menghargai.

Tahu nggak? Saat kita menemukan kesamaan antara diri kita dan anak, perasaan kita jadi lebih hangat. Kita lebih mudah memahami anak, lebih mudah memaafkan kekurangan anak, dan lebih terbuka untuk mencari solusi bersama. Jadi, kenalilah diri sendiri, kenalilah anak-anak kita, agar proses pengasuhan tidak terasa sebagai beban, tetapi menjadi proses kebersamaan yang penuh cinta.

Mulai sekarang, mari kita berkomitmen untuk lebih mengenal anak kita. Bukan karena kita orang tua yang sempurna, tapi karena kita adalah orang tua yang mau terus belajar dan berubah demi kebaikan mereka.

Inti utama dari materi ini adalah anak bukan musuh kita. Anak bukan orang asing. Anak adalah bagian dari hidup kita yang akan menemani kita tumbuh bersama sebagai manusia. Memahami siapa kita dan siapa anak kita bukan proses sekali jadi, melainkan proses seumur hidup. Kita terus belajar, anak juga terus tumbuh. Yang penting, kita mau berusaha untuk saling mengenal lebih baik lagi.

  • MEMAHAMI PEMIKIRAN DAN PERASAAN ANAK USIA 6-10 TAHUN

Pengasuhan bukan hanya tentang apa yang kita ajarkan, tapi juga tentang bagaimana kita memahami siapa anak kita sebenarnya. Setiap anak terlahir unik, dengan sifat dan kecenderungan yang berbeda-beda. Kita tidak bisa memaksakan anak menjadi seperti yang kita inginkan, tapi kita bisa mendampingi anak sesuai dengan siapa dirinya.

Sifat anak bukanlah hasil pilihan mereka. Ada anak yang memang lebih aktif, ada yang lebih pendiam. Ada yang mudah beradaptasi, ada yang butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Semua sifat itu bukan baik atau buruk, melainkan unik dan khas. Perilaku anak sehari-hari sering kali dipengaruhi oleh sifat alaminya. Kalau kita tidak memahami sifat ini, kita bisa salah paham dan justru menyebut anak “nakal”, “tidak nurut”, atau “susah diatur”, padahal anak hanya menunjukkan siapa dirinya. Tantangan terbesar dalam pengasuhan sering kali bukan berasal dari sifat anak, tapi dari perbedaan sifat antara orang tua dan anak.

Contohnya:

  • Orang tua yang tenang dan suka di rumah , punya anak yang aktif dan suka bergerak. Kalau orang tua tidak memahami sifat anak, yang terjadi adalah bentrokan, anak sering dimarahi, dan orang tua merasa lelah sendiri.
  • Orang tua yang rapi dan teratur , punya anak yang spontan dan kurang suka rutinitas. Kalau tidak dipahami, akan mudah terjadi pertengkaran karena hal-hal sepele.
  • Tapi kalau kita sudah memahami perbedaan itu , kita bisa menyesuaikan cara berkomunikasi, mengatur aktivitas, dan memberikan arahan sesuai dengan kebutuhan anak.

Mengenali sifat anak membantu kita menemukan kekuatan mereka. Setiap anak punya kekuatan yang bisa dikembangkan, jika kita mau meluangkan waktu untuk mengenalinya. Mengenali sifat diri sendiri membantu kita memahami kenapa kita kadang merasa lelah, kesal, atau kecewa. Dan dari sana, kita bisa belajar untuk lebih sabar, lebih bijak, dan lebih adil terhadap anak.

Mulai sekarang, mari kita bangun kebiasaan untuk lebih sering mengamati, mendengarkan, dan menghargai anak. Karena dengan mengenali kekuatan anak, kita bisa menyiapkan mereka untuk menghadapi dunia dengan lebih percaya diri.

Inti utama dari materi ini adalah kita tidak bisa mengubah sifat dasar anak, tapi kita bisa membantu anak memahami dirinya sendiri. Kita tidak harus menjadi orang tua yang sempurna, tapi kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik dengan mengenali diri sendiri dan anak. Pengasuhan yang baik bukan soal memaksa anak berubah, tapi soal menemani anak bertumbuh menjadi dirinya yang terbaik.

  • MEMAHAMI PEMIKIRAN DAN PERASAAN ANAK USIA 11-14 TAHUN

Usia 11–14 tahun adalah masa yang penuh perubahan bagi anak. Mereka bukan lagi anak-anak kecil, tapi juga belum sepenuhnya menjadi orang dewasa. Masa ini disebut sebagai masa pubertas, di mana terjadi perubahan besar dalam tubuh, pikiran, dan perasaan anak. Salah satu tantangan terbesar orangtua dalam mendampingi anak remaja adalah konflik. Kenapa? Karena orangtua dan anak mulai sering berbeda pendapat. Anak mulai berani punya pendapat sendiri, ingin mandiri, dan lebih banyak mendengarkan teman dibanding orangtuanya.

Ada 5 alasan utama kenapa konflik sering terjadi antara orangtua dan anak remaja:

  1. Anak ingin lebih mandiri, tapi orangtua khawatir anak belum siap mengambil keputusan sendiri.
  2. Perubahan fisik menyebabkan perubahan suasana hati, anak jadi mudah marah atau tersinggung.
  3. Anak lebih dekat dengan teman sebaya, lebih banyak meniru atau mengikuti apa yang dilakukan temannya.
  4. Anak mulai membentuk pemikiran sendiri, kadang bertentangan dengan orangtua.
  5. Orangtua sering merasa cemas, khawatir, takut kehilangan anak, dan takut anak terjerumus hal buruk.

Teman sebaya menjadi sumber dukungan penting bagi anak remaja, tapi juga bisa menjadi sumber pengaruh negatif. Oleh karena itu, tantangan terbesar orangtua adalah menjaga anak tetap aman, tanpa menghambat kemandirian mereka. Salah satu hal penting dalam masa pubertas adalah seksualitas. Anak perempuan mengalami menstruasi pertama, anak laki-laki mengalami mimpi basah. Ini adalah tanda fisik bahwa tubuh mereka sudah mulai matang secara seksual. Orangtua harus menjadi sumber informasi yang terpercaya untuk anak. Kalau orangtua diam atau malu membicarakan soal ini, anak justru akan mencari informasi dari teman, internet, atau sumber yang belum tentu benar.

Memberikan informasi tentang seksualitas tidak sama dengan mengajarkan hal yang buruk. Justru dengan informasi yang benar, anak bisa lebih menjaga diri dan lebih siap menghadapi perubahan tubuhnya. Yang terpenting, jangan hanya memberikan informasi, tapi juga ciptakan suasana komunikasi yang terbuka, nyaman, dan penuh kasih. Orangtua bukan hanya tempat bertanya, tapi juga tempat anak merasa aman dan diterima.

Intinya adalah anak kita sedang tumbuh menjadi manusia dewasa. Mereka butuh bimbingan, bukan hanya aturan. Tugas kita bukan hanya melindungi mereka dari hal-hal buruk, tapi juga membekali mereka agar kuat menghadapi tantangan zaman. Tidak perlu menjadi orangtua yang sempurna. Cukup jadi orangtua yang mau belajar, mau mendengarkan, dan selalu ada untuk anak.

  • MEMAHAMI PERKEMBNGAN PSIKOSOSIAL ANAK

Apa itu perkembangan psikososial? Ini adalah proses perkembangan anak yang melibatkan pikiran, perasaan, dan cara berhubungan dengan orang lain. Jadi, bukan hanya soal apa yang dipikirkan anak, tapi juga bagaimana anak merasakan sesuatu, dan bagaimana anak membangun hubungan sosialnya.

Ada 6 bagian penting dalam perkembangan psikososial anak:

  1.  Perkembangan konsep diri , bagaimana anak mulai mengenali siapa dirinya, apa yang dia suka, tidak suka, dan bagaimana perasaannya tentang dirinya sendiri.
  2. Perkembangan harga diri , bagaimana anak merasa berharga atau tidak berharga, biasanya dipengaruhi oleh kemampuan mereka melakukan sesuatu dan bagaimana respon lingkungan terhadap mereka.
  3. Perkembangan emosi/perasaan , anak mulai mengenali, mengungkapkan, dan mengelola perasaannya sendiri, serta mulai peka terhadap perasaan orang lain.
  4. Perkembangan perilaku prososial , bagaimana anak mulai belajar berbagi, membantu orang lain, dan hidup bersama dengan aturan sosial.
  5. Perubahan hubungan orangtua dan anak , hubungan dengan orangtua mulai berubah. Anak butuh lebih banyak ruang untuk mandiri, tapi tetap membutuhkan pendampingan.
  6. Pencarian identitas diri , khususnya pada usia 11–14 tahun, anak mulai berpikir tentang siapa aku, aku mau jadi apa, bahkan mulai membentuk cita-cita atau tujuan hidup.

Orangtua sering bertanya, “Kenapa anak saya sekarang sering melawan?”, “Kenapa dia lebih suka main dengan temannya daripada dengan keluarga?”, atau “Kenapa sekarang susah dinasihati?” Jawabannya: karena mereka sedang tumbuh dan belajar menemukan jati dirinya. Ini adalah proses yang wajar.

Perkembangan psikososial sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak di masa dewasa nanti. Kalau anak mendapat bimbingan yang tepat, mereka akan tumbuh jadi pribadi yang kuat, percaya diri, tahu apa yang mereka inginkan, dan bisa menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain. Orangtua berperan penting dengan tidak mudah mengejek anak, tidak memaksakan kehendak, dan memberikan ruang aman untuk anak bisa bicara apa saja. Tidak semua anak langsung tahu apa yang mereka mau. Ada yang sudah jelas sejak kecil, ada juga yang bingung dan masih mencari. Yang paling penting bukan cepat atau lambatnya anak menemukan identitas dirinya, tapi bagaimana kita sebagai orangtua tetap ada untuk mendampingi dengan penuh cinta dan pengertian.

Pesan dari materi ini yaki menyadarkan kita bahwa perkembangan psikososial melibatkan jiwa, pikiran, perasaan, dan hubungan sosial anak. Inilah dasar pembentukan sifat-sifat baik anak di masa depan. Tugas orangtua adalah mendampingi, bukan memaksa; mendengarkan, bukan menyalahkan. Semoga dengan pemahaman ini, kita bisa lebih bijaksana dalam mendampingi anak-anak kita bertumbuh menjadi pribadi yang sehat lahir dan batin.

  • MEMAHAMI BERAGAM POLA PENGASUHAN

Selama ini, banyak orangtua menggunakan cara-cara pengasuhan yang hanya merespon situasi, tanpa pola yang konsisten. Misalnya, di satu waktu anak dianggap sudah besar untuk membantu, tapi di lain waktu anak dianggap masih kecil saat meminta izin pergi. Hal seperti ini bisa membuat anak bingung: sebenarnya orangtuanya maunya apa? Penting bagi orangtua untuk membedakan antara cara dan pola pengasuhan. Cara pengasuhan adalah metode atau langkah dalam menghadapi situasi tertentu, sedangkan pola pengasuhan adalah model yang konsisten yang menjadi dasar dalam mendidik anak.

Ada 4 pola pengasuhan utama yang biasa digunakan oleh orangtua:

  1. Otoriter , penuh aturan tapi kurang kasih sayang.
  2. Permisif , penuh kasih sayang tapi tanpa aturan yang jelas.
  3. Otoritatif , seimbang antara aturan yang jelas dan kasih sayang.
  4. Abai , minim aturan dan kurang perhatian.

Dari keempat pola ini, yang paling sesuai diterapkan untuk membangun pengasuhan positif adalah pola asuh otoritatif. Pola ini membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan bertanggung jawab, sekaligus tetap merasa disayangi.

Apa contohnya pengasuhan otoritatif?

  1. Memberikan pujian atas perilaku baik anak.
  2. Melibatkan anak dalam keputusan keluarga.
  3. Membuat aturan yang jelas beserta konsekuensinya.
  4. Menegur anak dengan tenang jika melanggar, tanpa mempermalukan.
  5. Jujur menyampaikan perasaan kita sebagai orangtua.
  6. Mengucapkan terima kasih, tolong, dan maaf kepada anak.
  7. Tetap menunjukkan kasih sayang tanpa syarat.

Yang paling penting, pola pengasuhan otoritatif membutuhkan kekompakan antar orangtua, contoh nyata dalam perilaku sehari-hari, dan konsistensi dalam menerapkannya.

Pesan dari materi ini adalah selama ini kita lebih sering menggunakan cara pengasuhan yang berubah-ubah tergantung situasi. Pola pengasuhan otoritatif adalah pilihan terbaik untuk membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang baik. Pengasuhan yang baik membutuhkan kekompakan, contoh, dan konsistensi dari orangtua. Dengan memahami hal ini, semoga kita sebagai orangtua bisa semakin bijaksana dalam mendampingi tumbuh kembang anak.

  • MEMAHAMI AREA MASALAH ORANGTUA DAN ANAK

Dalam pengasuhan sehari-hari, seringkali kita merasa bingung menghadapi berbagai masalah dengan anak. Padahal sebenarnya, semua masalah pengasuhan hanya berasal dari dua sumber utama yakni masalah yang bersumber pada anak dan masalah yang bersumber pada orangtua. Terdapat ciri-ciri masalah baik yang bersumber dari orang tua maupun dari anak :

  1. Ciri masalah yang bersumber pada anak: orangtua baik-baik saja, tapi anak yang merasakan masalah. Biasanya terlihat dari anak yang sedih, kecewa, atau takut, misalnya karena dipermalukan, dibandingkan, atau dipaksa melakukan sesuatu yang tidak disukainya.
  2. Ciri masalah yang bersumber pada orangtua: anak baik-baik saja, tapi orangtua yang merasa terganggu atau tidak nyaman. Biasanya muncul perasaan marah, kecewa, atau khawatir, misalnya karena anak terlalu lama bermain, atau nilai pelajaran tertentu kurang bagus.

Cara termudah menentukan area masalah adalah dengan bertanya pada diri sendiri, siapa yang baik-baik saja? Kalau orangtua yang baik-baik saja, masalah ada di anak. Kalau anak yang baik-baik saja, masalah ada di orangtua. Kenapa ini penting? Karena kalau kita tahu sumber masalahnya, kita bisa lebih mudah menentukan cara penyelesaiannya tanpa saling menyalahkan atau memaksakan kehendak.

Dalam menyelesaikan masalah, ada 3 cara yang umum terjadi:

  1. Saya menang – kamu kalah , semua keinginan orangtua harus dituruti, anak tidak boleh membantah.
  2. Saya kalah – kamu menang , orangtua mengalah terus demi menghindari pertengkaran.
  3. Saya menang – kamu menang , cara terbaik, di mana orangtua dan anak berdialog mencari solusi bersama agar kedua belah pihak merasa dihargai.

Kelas pengasuhan ini menjadi tempat aman bagi kita sebagai orangtua untuk saling berbagi pengalaman dan belajar bersama. Tidak ada orangtua yang sempurna, tapi semua bisa terus belajar menjadi lebih baik. Dan yang terpenting, kita tidak perlu merasa sendiri menghadapi masalah pengasuhan. Apa yang kita alami, bisa jadi juga dirasakan oleh orangtua lain. Dengan berdiskusi bersama, kita akan semakin kuat dan saling mendukung.

Pesan Kunci dalam materi ini yakni Semua masalah pengasuhan hanya bersumber dari dua pihak: anak atau orangtua. Cara paling baik menyelesaikan masalah adalah “saya menang – kamu menang”, dengan dialog untuk mencari kesepakatan bersama. Dengan komunikasi yang efektif dan disiplin positif, kita bisa menyelesaikan masalah tanpa saling melukai. Kelas pengasuhan ini adalah tempat kita belajar bersama, berbagi, dan saling mendukung sebagai orangtua. Semoga dengan pembelajaran hari ini, kita bisa lebih bijaksana dan tenang dalam menghadapi tantangan pengasuhan sehari-hari.

  • MENGENAL KECERDASAN EMOSI

Dalam proses tumbuh kembang, setiap anak tidak hanya butuh makan, minum, dan pendidikan. Ada tiga kebutuhan perasaan utama yang harus kita penuhi agar anak bisa berkembang optimal, yaitu:

  1. Perasaan aman , Anak merasa terlindungi secara fisik dan emosional.
  2. Perasaan diterima dan dicintai , Anak merasa dirinya berharga, diterima apa adanya tanpa syarat.
  3. Perasaan memiliki kendali atas hidupnya , Anak diberi ruang untuk mengambil keputusan sesuai usianya, agar belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Sayangnya, kebutuhan ketiga ini sering tidak kita sadari. Kita sering mengatur semuanya demi alasan sayang, tapi justru membuat anak seperti robot yang tidak punya pilihan. Padahal anak adalah pribadi utuh yang punya dunia pikiran sendiri.

Agar bisa mendampingi anak lebih baik, kita perlu memahami beragam emosi yang ada. Tidak hanya emosi positif seperti senang atau bangga, tapi juga emosi negatif seperti marah, sedih, atau kecewa. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta orang lain. Ini adalah bekal penting agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan mudah bergaul dengan orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi lebih berperan dalam kesuksesan hidup dibandingkan kecerdasan intelektual (IQ). Maka sebagai orangtua, tugas kita bukan hanya membantu anak pintar secara akademik, tapi juga pintar dalam mengelola perasaan.

Dan jangan lupa, kita sendiri sebagai orangtua juga sedang belajar. Ada empat tahapan belajar yang sedang kita jalani:

  1. Tidak tahu bahwa tidak terampil
  2. Tahu bahwa tidak terampil
  3. Sadar sedang belajar menjadi terampil
  4. Tidak sadar sudah terampil

Kuncinya adalah proses dan latihan terus-menerus. Tidak ada orangtua yang langsung bisa. Yang penting mau belajar bersama. Anak butuh merasa aman, diterima dan dicintai, serta memiliki kontrol atas hidupnya.  Jangan jadikan anak sebagai robot. Beri ruang agar mereka belajar membuat keputusan sendiri. Kecerdasan emosi adalah bekal hidup anak agar mampu menghadapi tantangan dan berhubungan baik dengan orang lain. Kita semua sedang belajar menjadi orangtua yang lebih baik. Proses belajar tidak instan, tapi pasti. Semoga pembelajaran hari ini membuat kita lebih sadar pentingnya mengenali perasaan baik perasaan anak, maupun perasaan kita sendiri sebagai orangtua.

  1. KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK

Mengasuh anak usia 6-14 tahun seringkali memunculkan berbagai konflik. Salah satu penyebab utama konflik tersebut adalah hambatan dalam komunikasi antara orangtua dan anak. Pesan yang disampaikan orangtua tidak selalu diterima dengan baik oleh anak, dan pesan anak juga sering tidak dipahami oleh orangtua.

Perlu kita ingat, komunikasi adalah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih. Bukan hanya soal pintar berbicara, tapi juga tentang kemampuan mendengar dengan penuh perhatian. Hambatan komunikasi bisa berasal dari dua sisi:

  1. Dari sisi anak , Karena otak anak masih berkembang, mereka butuh waktu untuk memahami pesan. Anak juga sering bingung jika mendengar larangan tanpa tahu apa yang seharusnya dilakukan.
  2. Dari sisi orangtua , Seringkali komunikasi hanya berupa nasihat satu arah, tanpa cek apakah anak benar-benar memahami. Kadang orangtua juga menyampaikan arahan panjang yang membingungkan.

Akibat hambatan komunikasi ini, sering muncul kekerasan verbal atau fisik yang justru membuat anak menjauh dan menutup diri. Semakin bertambah usia, anak bisa makin menjauh secara emosional dari orangtuanya. Agar komunikasi lebih efektif, orangtua bisa melakukan beberapa hal sederhana:

  1. Datangi anak, sebut namanya, lakukan kontak mata. Jangan berteriak dari jauh.
  2. Berikan arahan yang jelas dan sederhana. Misalnya: “Taruh mainanmu di kotak mainan, lalu rapikan bukumu.”
  3. Minta anak mengulang apa yang diminta orangtua. Ini untuk memastikan anak benar-benar paham.
  4. Gunakan lebih banyak pujian daripada makian. Dengan pujian, anak akan lebih mudah menerima arahan.
  5. Gunakan tiga kata ajaib: Tolong – Terima Kasih – Maaf. Ini bukan hanya sopan santun, tapi melatih anak untuk menghargai orang lain.

Dengan komunikasi yang efektif, hubungan orangtua dan anak akan lebih hangat. Anak akan tahu ke mana harus mencari dukungan ketika menghadapi masalah, yaitu kepada orangtuanya sendiri. Yang penting kita ingat adalah tidak ada orangtua yang langsung mahir. Semua keterampilan ini perlu dilatih terus menerus.

Hambatan komunikasi terjadi karena otak anak masih berkembang dan orangtua sering tidak mengecek pemahaman anak. Komunikasi yang baik dimulai dengan berbicara jelas, mendengar sungguh-sungguh, dan membangun rasa saling percaya. Gunakan lebih banyak pujian, sampaikan arahan sederhana, dan biasakan tiga kata ajaib dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan baik antara orangtua dan anak dibangun dari komunikasi yang saling menghargai. Semoga setelah sesi hari ini, kita semakin terampil membangun komunikasi yang efektif dengan anak, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan dekat dengan orangtuanya.

  1. MEMBENTUK KOMUNIKASI EFEKTIF MELALUI KETERAMPILAN MENDENGARKAN AKTIF (1)

Setelah mengenali hambatan-hambatan komunikasi, hari ini kita belajar salah satu keterampilan penting dalam membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak, yaitu mendengarkan aktif. Mendengarkan aktif berbeda dengan sekadar mendengar. Mendengarkan aktif melibatkan perhatian penuh, panca indera, bahasa tubuh, dan empati. Saat mendengarkan aktif, orangtua benar-benar berusaha memahami apa yang anak rasakan dan pikirkan, tanpa langsung memberi nasihat atau menyela.

Dalam mendengarkan aktif, anak menjadi pusat perhatian. Anak yang didengarkan akan merasa dihargai, didukung, dan lebih percaya diri dalam menghadapi masalah. Manfaat keterampilan mendengarkan aktif:

  1. Anak merasa didengar , tumbuh kepercayaan diri dan hubungan emosional yang lebih kuat.
  2. Anak belajar bertanggung jawab , orangtua tidak harus selalu memberi solusi, tapi mendampingi anak menemukan solusi sendiri.
  3. Mengurangi konflik , orangtua menjadi lebih tenang, anak lebih terbuka.

Siapapun bisa belajar keterampilan mendengarkan aktif, tidak tergantung pendidikan atau status sosial. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan untuk berlatih. Khusus untuk anak usia 6-14 tahun, keterampilan ini sangat penting karena di usia ini anak mulai mengalami berbagai tantangan sosial, emosi yang naik turun, serta mulai membangun identitas dirinya. Melalui mendengarkan aktif, orangtua membantu anak menghadapi tantangan tersebut, tanpa menghakimi, tanpa memaksakan solusi, tapi dengan penerimaan penuh. Dalam sesi latihan tadi, kita sudah mencoba mempraktikkan 5 keterampilan mendengarkan aktif. Jika dirasa sulit, latih secara bertahap, misalnya mulai dari mendengarkan dengan bahasa tubuh yang baik, lalu perlahan berlanjut ke keterampilan lainnya.

Yang paling penting adalah terus berlatih. Semakin sering dipraktikkan, semakin terbiasa. Mulailah dengan hal kecil setiap hari bersama anak. Mendengarkan aktif dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian, tanpa menghakimi. Keterampilan ini tidak instan tapi perlu waktu dan latihan. Penerimaan terhadap pikiran dan perasaan anak adalah kunci keberhasilan mendengarkan aktif. Ketika keterampilan ini dikuasai, hubungan orangtua-anak akan terasa seperti “surga kecil” dalam keluarga. Semoga setelah sesi hari ini, kita semakin siap menjadi pendengar terbaik untuk anak-anak kita. Dengan mendengarkan mereka sungguh-sungguh, kita sudah membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, dan penuh kasih.

  1. MEMBENTUK KOMUNIKASI EFEKTIF MELALUI KETERAMPILAN MENDENGARKAN AKTIF (2)

Selama dua pertemuan ini kita sudah belajar dan berlatih tentang keterampilan mendengarkan aktif. Keterampilan ini adalah salah satu kunci untuk membangun komunikasi yang lebih efektif dan penuh penghargaan dengan anak-anak kita. Mendengarkan aktif bukan hanya tentang diam dan mendengar, tetapi juga tentang membangun koneksi emosional dengan anak. Kita berusaha memahami apa yang anak katakan dan apa yang anak rasakan, tanpa menghakimi dan tanpa buru-buru memberi solusi.

Salah satu hal yang kita pelajari hari ini adalah pentingnya memiliki kosa kata yang beragam tentang perasaan. Anak-anak sering belum tahu bagaimana menggambarkan perasaan mereka, dan orangtua bisa membantu dengan memberikan contoh kata-kata perasaan.

Mengapa ini penting?

  1. Anak merasa lebih dipahami.
  2. Anak belajar mengenali dan menyampaikan perasaannya sendiri.
  3. Orangtua bisa membantu tanpa harus langsung menjadi “pemberi solusi”, tapi menjadi pendamping yang memahami.

Kita juga belajar berbagai kalimat pembuka untuk memulai mendengarkan aktif, misalnya:

  1. “Hal ini membuatmu merasa…”
  2. “Kamu khawatir bahwa…”
  3. “Bagian tersulit dari ini adalah…”

Kalimat-kalimat ini membantu kita memfokuskan perhatian pada perasaan anak sebelum beranjak ke solusi. Dengan begini, anak tidak merasa sendirian, dan mereka belajar mencari solusi sendiri dengan dukungan orangtuanya. Yang perlu kita ingat adalah keterampilan mendengarkan aktif ini tidak langsung mahir dalam sehari dua hari. Perlu latihan terus menerus, bahkan bukan hanya kepada anak, tapi juga bisa kepada pasangan, teman, atau orang lain di sekitar kita.

Perubahan itu proses. Setiap langkah kecil yang kita lakukan untuk mendengarkan anak lebih baik, akan membangun kepercayaan dan hubungan yang lebih kuat. Mendengarkan aktif sangat penting saat anak mengalami perasaan yang kuat atau sedang galau. Mengenali beragam perasaan membantu orangtua menjadi pendengar yang lebih cermat dan peka. Orangtua tidak harus selalu menjadi “pemberi solusi”. Dampingi anak untuk menemukan solusi sendiri. Setiap latihan mendengarkan aktif adalah investasi untuk membangun hubungan yang lebih kuat, saling percaya, dan penuh kasih dengan anak. Semoga setelah dua sesi ini, kita semakin percaya diri untuk menjadi pendengar terbaik bagi anak-anak kita.

  1. MENGEMBANGKAN DISIPLIN POSITIF DALAM KELUARGA

Hari ini kita sudah belajar dan berlatih tentang disiplin positif sebagai cara mendampingi tumbuh kembang anak dengan penuh penghargaan, tanpa ancaman atau hukuman. Disiplin positif membantu anak membangun kebiasaan baik karena sadar, bukan karena takut. Apa itu disiplin positif? Disiplin positif adalah proses membentuk kebiasaan baik melalui aturan yang positif. Berbeda dengan disiplin negatif yang didasari oleh ancaman, hukuman, atau paksaan.

Dalam praktiknya, orangtua perlu:

  1. Membuat aturan positif bersama anak.
  2. Menggunakan konsekuensi alami dan konsekuensi logis ketika anak melakukan kesalahan.
  3. Menggunakan keterampilan mendengarkan aktif agar bisa memahami alasan di balik perilaku anak.

Mengapa penting?

  1. Membantu anak bertanggung jawab atas pilihannya.
  2. Mengembangkan rasa percaya diri dan kepercayaan pada orangtua.
  3. Membangun hubungan yang lebih positif, bukan hubungan yang penuh dengan ketegangan atau konflik.

Apa yang perlu dihindari?

  1. Jangan bertengkar dengan anak karena itu justru menurunkan posisi orangtua setara dengan anak (DOWN GRADE).
  2.  Jangan adu argumen ketika emosi masih tinggi.
  3. Jangan mudah terpancing oleh respon negatif anak.

Perubahan butuh waktu. Tidak mungkin langsung sempurna. Perlu latihan dan konsistensi agar perubahan perilaku benar-benar berhasil. Kalau orangtua kembali ke pola lama, perubahan pun bisa gagal.

Ingat selalu Empat Hak Dasar Anak:

  1. Hak untuk hidup
  2. Hak untuk tumbuh kembang
  3. Hak untuk mendapat perlindungan
  4. Hak untuk berpartisipasi

Disiplin positif adalah bentuk perlindungan bagi anak, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan memiliki harga diri yang kuat. Disiplin positif membantu anak belajar bertanggung jawab atas pilihannya, bukan takut pada hukuman. Gunakan konsekuensi logis, bukan ancaman. Hindari bertengkar dengan anak dan tetaplah menjadi contoh yang dewasa. Perubahan butuh waktu dan konsistensi. Satu minggu konsisten, lalu kembali ke kebiasaan lama, artinya perubahan tidak akan terjadi. Kesejahteraan orangtua adalah pondasi kesejahteraan anak.

BAB 2

KESEJAHTERAAN MENTAL ORANGTUA/PENGASUH UTAMA

  1. MENGHILANGKAN PIKIRAN NEGATIF UNTUK KESEJAHTERAAN DIRI

Hari ini kita belajar bahwa kesejahteraan jiwa orangtua adalah pondasi utama dalam memberikan pengasuhan positif. Jika jiwa orangtua tidak tenang, penuh beban, dan dipenuhi pikiran negatif, maka sulit bagi kita memberikan pengasuhan yang sehat dan menyejahterakan anak. Kita tidak bisa menuangkan dari gelas yang kosong. Maka, sebelum bisa mendampingi anak, orangtua harus lebih dulu menolong dirinya sendiri. Ibarat masker oksigen di pesawat, orangtua harus memakai masker dulu, baru bisa membantu anaknya. Begitu juga dengan pengasuhan, kita harus menyembuhkan dan menenangkan diri sendiri agar bisa mendampingi anak dengan baik.

Pikiran negatif seringkali muncul tanpa kita sadari. Pikiran-pikiran inilah yang bisa menghancurkan ketenangan jiwa kita, seperti:

  1. Pikiran selalu menyalahkan diri sendiri
  2. Pikiran bahwa kita harus sempurna
  3. Pikiran merasa selalu gagal
  4. Pikiran bahwa kita bisa mengubah orang lain sesuai keinginan kita

Hari ini kita belajar 10 jenis pikiran negatif yang sering tanpa sadar kita pelihara. Kita juga belajar 7 langkah terapi pikiran (terapi kognitif) untuk membantu mengurangi pikiran negatif tersebut. Apa yang perlu kita pahami?

  1. Emosi negatif muncul karena perintah pikiran. Maka yang perlu diperbaiki terlebih dahulu adalah cara berpikir kita.
  2. Kita tidak bisa mengontrol orang lain bahkan anak kita sendiri. Yang bisa kita kendalikan adalah pikiran, sikap, dan usaha kita sendiri.
  3. Tugas kita adalah berusaha, hasilnya kita serahkan pada Tuhan. Mengharapkan semuanya sesuai keinginan kita hanya akan menambah beban pikiran.

Dengan melatih pikiran positif, kita bukan hanya menjaga diri agar tetap tenang, tetapi juga menyiapkan diri untuk menjadi orangtua yang lebih sabar dan penuh kasih. Pertemuan berikutnya, kita akan belajar latihan relaksasi sederhana untuk membantu meredakan emosi negatif. Namun, latihan tersebut akan lebih efektif jika kita sudah mulai melatih cara berpikir yang lebih sehat sejak sekarang. Pikiran adalah panglima bagi emosi kita. Emosi negatif atau positif muncul karena perintah dari pikiran. Kita tidak bisa mengubah orang lain, tapi kita bisa mengubah cara kita berpikir dan merespon. Setiap masalah yang kita hadapi adalah cara Tuhan untuk mendidik kita agar berkembang. Orangtua yang tenang = Anak yang tumbuh dengan damai dan penuh cinta.

BAB 3

RUMAH AMAN DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

  1. RUMAH AMAN UNTUK ANAK KITA

Hari ini kita belajar bersama tentang pentingnya menciptakan rumah yang aman untuk anak-anak kita. Rumah memang tempat utama anak tumbuh, bermain, dan belajar karena itu sangat penting memastikan rumah menjadi tempat yang nyaman sekaligus aman. Rumah aman bukan berarti harus besar, mewah, atau mahal, tapi rumah yang bisa mengurangi risiko kecelakaan dan bahaya, terutama bagi anak-anak yang masih aktif dan penasaran.

Dalam diskusi, kita sudah mengenali bersama beberapa risiko bahaya yang sering terjadi di rumah, seperti:

  1. Stop kontak atau saklar di tempat yang berbahaya
  2. Material rumah yang licin atau tajam
  3. Penyimpanan bahan kimia yang tidak aman
  4. Tangga atau meja yang tidak ada pelindungnya
  5. Pintu yang arahnya tidak tepat untuk evakuasi

Kita juga telah mengenali faktor-faktor pendukung keamanan rumah, antara lain:

  1. Pilihan material lantai yang tidak licin
  2. Stop kontak dan kabel listrik yang aman
  3. Pengamanan di ujung tangga dan ujung meja
  4. Kotak P3K untuk keadaan darurat
  5. Penyimpanan bahan kimia di tempat khusus, serta memberikan penjelasan kepada anak tentang bahayanya
  6. Pintu utama mengarah ke luar, pintu kamar mandi mengarah ke dalam

Hal yang tidak kalah penting: libatkan anak dalam memahami bahaya di sekitar rumah. Bukan untuk menakuti, tapi untuk membangun kesadaran sejak dini agar anak tahu mana yang boleh disentuh dan mana yang berbahaya. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati. Banyak kecelakaan di rumah terjadi karena kita menganggap sepele hal-hal kecil. Rumah yang aman akan membantu anak tumbuh dengan lebih nyaman, bebas bermain, dan belajar tanpa banyak risiko.

Rumah yang aman bukan soal kemewahan, tapi soal kesadaran dan kepedulian terhadap keselamatan anak. Jadikan rumah sebagai tempat yang bukan hanya menyenangkan, tapi juga melindungi dan mendukung tumbuh kembang anak. Ajari anak memahami risiko dengan bahasa yang sederhana agar mereka juga bisa menjaga diri. Semoga setelah sesi ini, kita bisa mulai mengecek kondisi rumah masing-masing, memperbaiki hal-hal kecil yang berisiko, dan menjadikan rumah tempat yang lebih aman untuk seluruh anggota keluarga.

  • RENCANA KELUARGA DALAM KEADAAN DARURAT

Pada sesi hari ini, kita telah belajar pentingnya memiliki rencana keluarga dalam menghadapi keadaan darurat. Bencana alam memang sering datang tiba-tiba dan sulit dihindari, tetapi kita bisa mengurangi dampaknya dengan memiliki perencanaan yang baik di tingkat keluarga.

Kita tadi sudah mendiskusikan berbagai jenis bencana alam yang sering terjadi di sekitar kita, seperti:

  1. Gempa bumi
  2. Banjir
  3. Kebakaran
  4. Gunung meletus
  5. Tsunami
  6. Tanah longsor
  7. Kekeringan

Kita juga mengenali akibat-akibat dari bencana alam, seperti kehilangan harta benda, kerusakan rumah, terganggunya kebutuhan sehari-hari, bahkan ancaman terhadap keselamatan jiwa. Karena itu setiap keluarga sebaiknya memiliki rencana menghadapi keadaan darurat, agar seluruh anggota keluarga tahu apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi.

Beberapa hal penting yang harus disiapkan keluarga:

  1. Dokumen penting difotokopi dan dilaminasi, disimpan di tempat aman.
  2. Persediaan makanan dan obat-obatan (P3K) untuk kebutuhan darurat.
  3. Pengaturan posisi barang-barang rumah tangga agar aman dari risiko banjir, gempa, atau kebakaran.
  4. Mencatat nomor-nomor penting dan jalur evakuasi.
  5. Bekerjasama dengan tetangga untuk membuat rencana evakuasi bersama jika di lingkungan belum ada jalur evakuasi resmi.

Yang terpenting: seluruh anggota keluarga harus tahu rencana ini. Anak-anak pun perlu tahu jalur evakuasi atau di mana tempat aman untuk berkumpul. Mempersiapkan diri bukan berarti berharap terjadi bencana, tapi bentuk tanggung jawab kita sebagai orangtua untuk melindungi keluarga. Bencana tidak bisa kita tolak, tapi dampaknya bisa kita kurangi dengan persiapan yang matang. Seluruh anggota keluarga perlu tahu apa yang harus dilakukan saat keadaan darurat terjadi. Persiapan sejak sekarang akan membuat kita lebih tenang dan siap dalam menghadapi situasi darurat.Semoga setelah sesi ini, kita semua bisa mulai menyusun rencana keluarga dalam keadaan darurat di rumah masing-masing, demi keselamatan keluarga kita.

  • MENGENAL BERAGAM BENCANA ALAM\

Hari ini kita sudah belajar bersama tentang beragam jenis bencana alam dan bagaimana cara meresponnya dengan tepat. Tujuannya agar kita lebih siap menghadapi bencana alam dan dapat mengurangi risiko kerugian yang bisa terjadi pada keluarga.

Beberapa jenis bencana alam yang sudah kita bahas:

  1. Banjir
  2. Gunung Meletus
  3. Gempa Bumi
  4. Tsunami
  5. Angin Puting Beliung
  6. Tanah Longsor

Untuk setiap jenis bencana, kita harus tahu 3 hal penting:

  1. Apa yang harus dilakukan sebelum bencana terjadi (persiapan)
  2. Apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi (respon cepat & tepat)
  3. Apa yang harus dilakukan setelah bencana terjadi (pemulihan & keselamatan)

Beberapa contoh hal yang harus dilakukan saat bencana:

  1. Segera mengungsi ke tempat yang aman jika ada tanda-tanda bencana.
  2. Matikan aliran listrik saat terjadi banjir atau angin kencang.
  3. Gunakan masker saat terjadi hujan abu vulkanik.
  4. Segera naik ke tempat tinggi jika terjadi tsunami.
  5. Jangan berlindung di bawah pohon atau tiang listrik saat terjadi angin puting beliung.
  6. Jauhi tebing atau lereng curam jika ada tanda-tanda tanah longsor.

Sementara itu, beberapa hal yang tidak boleh dilakukan saat bencana:

  1. Jangan menunggu sampai keadaan semakin buruk sebelum mengungsi.
  2. Jangan berada di dekat saluran air saat banjir.
  3. Jangan berkendara di wilayah yang tertutup abu vulkanik.
  4. Jangan kembali ke daerah rawan tsunami sebelum ada kepastian aman.
  5. Jangan berlindung di tempat yang mudah roboh saat gempa.

Bencana tidak bisa dicegah, tapi kita bisa mengurangi dampaknya. Ketahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan agar kita bisa menjaga keselamatan diri dan keluarga. Lebih baik siap sebelum bencana terjadi, daripada menyesal setelahnya.

BAB 4

PERLINDUNGAN ANAK DALAM KELUARGA

  1. MEMAHAMI HAK-HAK ANAK

Semua Anak Memiliki Hak Setiap anak berhak dihormati, dilindungi, dan dipenuhi kebutuhannya tanpa diskriminasi apapun, baik itu suku, agama, warna kulit, kondisi ekonomi, atau disabilitas. Hak Asasi Anak diakui oleh dunia melalui Konvensi Hak Anak (KHA) tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU Perlindungan Anak. Orang tua punya peran utama untuk memastikan semua hak anak dipenuhi.

Hak Anak yang Dijamin oleh KHA yakni:

  1. Hak Hidup, Tumbuh, dan Berkembang
  2. Hak atas makanan, tempat tinggal, dan air bersih
  3. Hak atas pendidikan dan kesehatan
  4. Hak untuk bermain dan berkreasi
  5. Hak untuk mendapat informasi
  6. Hak atas perlindungan dari kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan brutal
  7. Hak Partisipasi, yaitu didengar pendapatnya dalam hal-hal yang berdampak pada kehidupan mereka

Prinsip-prinsip Hak Anak :

  1. Non-Diskriminasi
  2. Kelangsungan Hidup dan Perkembangan
  3. Kepentingan Terbaik bagi Anak
  4. Penghargaan terhadap Pendapat Anak

Partisipasi Anak dalam Konvensi Hak Anak (KHA) Pasal 12 “Anak berhak menyampaikan pendapat dalam semua hal yang memengaruhi kehidupannya.” Pasal 13 “Anak bebas berekspresi dan menyampaikan informasi dengan cara yang mereka pilih.” , Pasal 15 “Anak berhak berkumpul dan berserikat secara damai.” , Pasal 17 “Anak berhak mendapatkan informasi yang sehat dan bermanfaat dari berbagai sumber media.”

Tekanan Utama bagi Orang Tua dan Pengasuh:

  1. Dalam pengasuhan positif, orang tua harus menghormati dan mendengarkan pendapat anak.
  2. Anak harus aktif dilibatkan dalam proses belajar, bermain, dan mengambil keputusan yang berdampak bagi dirinya.

Anak bukan hanya penerima kasih sayang, tetapi juga pemilik hak-haknya sendiri. Anak harus dipandang sebagai individu yang memiliki pendapat, suara, dan hak untuk dihargai.

  • MEMAHAMI PENTINGNYA PARTISIPASI ANAK

Apa Itu Partisipasi Anak? Partisipasi anak adalah keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan hidup mereka sendiri, baik langsung maupun tidak langsung, dengan persetujuan dan kesadaran anak. Partisipasi merupakan hak dasar bagi setiap warga negara, termasuk anak-anak.

Ruang Lingkup Partisipasi Anak

  1. Di Keluarga , Anak didengarkan pendapatnya dalam aturan atau keputusan keluarga.
  2. Di Sekolah , Anak diajak berdiskusi saat membuat peraturan sekolah.
  3. Di Masyarakat , Anak dilibatkan dalam kegiatan sosial sesuai usia dan kapasitasnya.
  4. Dalam Pemerintahan , Anak diberikan ruang menyampaikan ide dalam program yang terkait dengan anak.

Mengapa Partisipasi Anak Penting?

  1. Anak paham persoalan di sekitarnya
  2. Meningkatkan harga diri & percaya diri anak
  3. Mengembangkan bakat & kemampuan memecahkan masalah
  4. Anak belajar kerjasama & tanggung jawab
  5. Penting untuk ketahanan diri (resilience) anak menghadapi situasi sulit
  6. Membantu membangun sistem perlindungan diri anak dari situasi berisiko

Prinsip Partisipasi Anak dalam Keluarga

  1. Informasi jelas, tanpa paksaan , Orang tua berdiskusi dengan anak, bukan memaksakan pilihan.
  2. Non Diskriminasi , Semua anak diperlakukan sama, tanpa membedakan gender, anak pertama/terakhir, dll.
  3. Keselamatan & Perlindungan , Anak dilibatkan dengan tetap menjaga keamanan, tidak boleh membahayakan anak.

Contoh Partisipasi Anak yang Positif :

  1. Dalam keluarga:
  2. Memilih makanan & pakaian
  3. Ikut dalam diskusi sederhana di rumah
  4. Memimpin doa atau ibadah
  5. Memilih hobi
  6. Mengungkapkan pendapat, didengarkan
  7. Ikut menentukan kegiatan keluarga
  8. Membantu pekerjaan rumah sesuai usia
  • Di masyarakat:
  • Bebas berpendapat & dihargai
  • Ikut kegiatan sosial
  • Terlibat dalam musyawarah desa terkait anak
  • Memberikan masukan dalam penyusunan anggaran untuk anak
  • Berkumpul & bermain dengan teman sebaya
  • Mengembangkan bakat bersama lingkungan

Anak bukan hanya pendengar, tapi juga harus jadi pelaku aktif dalam keputusan yang berdampak untuk hidupnya. Orangtua harus belajar mendengarkan dengan sungguh-sungguh, menghargai, dan melibatkan anak secara setara.

  • MEMAHAMI ANCAMAN KEKERASAN TERHADAP ANAK

Apa Itu Hak Perlindungan Anak? Hak Perlindungan Anak adalah segala upaya mencegah dan menangani kekerasan terhadap anak dalam bentuk fisik, emosional, seksual, penelantaran, eksploitasi, atau tindakan brutal lainnya yang membahayakan hidup anak.

Apa Itu Kekerasan Terhadap Anak? Kekerasan terhadap anak adalah segala bentuk perlakuan yang dapat membahayakan kesehatan fisik, mental, perkembangan, dan martabat anak. Kekerasan dapat terjadi di rumah, sekolah, masyarakat, tempat umum, bahkan dunia online.

Bentuk-Bentuk Kekerasan Anak :

  1.  Kekerasan Fisik , Pemukulan, tendangan, bakar, cubit, bentak, bahkan hukuman fisik yang bertujuan menyakitkan.
  2. Kekerasan Emosional , Menghina, merendahkan, intimidasi, pengucilan, bentakan terus menerus.
  3. Kekerasan Seksual , Sentuhan tidak senonoh, pemaksaan seksual, pornografi anak, perkawinan usia anak, perbudakan seksual.
  4. Penelantaran , Tidak memenuhi kebutuhan dasar anak: makan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan.
  5. Eksploitasi Seksual , Menggunakan anak untuk mendapatkan uang/hadiah/status dengan memanfaatkan anak secara seksual.
  6. Perundungan (Bullying) , Kekerasan fisik/verbal/psikologis berulang oleh yang lebih berkuasa kepada yang lebih lemah.
  7. Pekerja Anak , Membiarkan anak bekerja lebih dari 4 jam dalam sehari atau dengan pekerjaan yang membahayakan fisik & mentalnya.

Dampak Kekerasan Terhadap Anak :

  1. Anak menjadi mudah curiga, tersinggung, pesimis, dan menarik diri
  2. Risiko kecanduan narkoba dan depresi
  3. Potensi menjadi pelaku kekerasan di masa depan
  4. Pertumbuhan emosional terganggu, kehilangan kepercayaan diri
  5. Kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat

Anak diperbolehkan untuk bekerja ringan dan sesekali untuk membantu orang tua boleh dilakukan dengan syarat:

  1. Tidak lebih dari 4 jam per hari
  2. Tidak mengganggu hak anak untuk bermain, belajar, beristirahat
  3. Tidak membahayakan keselamatan fisik maupun mental anak

Penulis Modul : Childfund International di Indonesia

Perangkum Modul : Gladys – Doc.Seketariat YSBS @2025

Read More
18 Jun
0

MODUL LIFE STAGE 1 : PENGASUHAN RESPONSIF

  1. PENGANTAR

Modul Life Stage 1 ini adalah program perkembangan anak oleh ChildFund International di Indonesia dan mengangkat judul “Pengasuhan Responsif” yang dimana pengasuhan responsif itu sendiri adalah ketrampilan dan tanggung jawab orangtua dalam mendidik dan merawat anak yang tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan dasar anak usia dini. Bab pertama buku ini adalah “Cinta Dapat Menebus Semua Kesalahan Pengasuhan”. Modul ini menjadi salah satu modul yang cocok bahkan sangat penting untuk dibaca oleh para orang tua atau bahkan para calon orang tua agar dapat memberi pola pengasuhan yang baik pada anak. Buku ini terdiri dari 5 sub bab dan 20 materi  yakni sebagai berikut :

  1. Ketrampilan Pengasuhan Responsif
  2. Arti Pengasuhan
  3. Tujuan Jangka Pendek dan Tujuan Jangka Panjang
  4. Disiplin Positif untuk Anak Usia Dini
  5. Aturan Positif dan Pernyataan Saya untuk Mengembangkan Disiplin Positif
  6. Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini
  7. Ciri-ciri Umum Perkembangan Anak Usia Dini
  8. Pengurangan Risiko Bencana
  9. Mengenal Rumah yang Aman
  10. Mengenal Jenis-jenis Bencana Alam
  11. Pengurangan Risiko Bencana Banjir
  12. Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi
  13. Perlindungan Anak dalam Keluarga
  14. Memahami Anak
  15. Memahami Kekerasan pada Anak
  16. Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini
  17. Stimulasi Kognitif
  18. Stimulasi Psikomotor
  19. Stimulasi Bahasa
  20. Stimulasi Sosial-Emosional

SUB BAB 1

KETRAMPILAN PENGASUHAN RESPONSIF

  1. ARTI PENGASUHAN

Pengasuhan responsif adalah keterampilan dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik dan merawat anak dengan tanggap terhadap kebutuhan dasar anak usia dini, baik fisik, emosi, maupun sosial. Dalam proses pengasuhan, kita perlu memahami bahwa:

  1. Anak bukan milik kita, tetapi titipan Tuhan yang kelak akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
  2. Tugas orang tua adalah mendampingi, membimbing, dan membentuk anak agar bisa tumbuh menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat.
  3. Puisi “Anakmu Bukanlah Milikmu” karya Kahlil Gibran mengingatkan bahwa anak memiliki kehidupan dan masa depan sendiri. Orang tua adalah “busur”, anak adalah “anak panah” yang akan melesat menuju tujuan hidupnya.

Untuk membantu proses pengasuhan, kita mengenal Konsep Pengasuhan HPM3:

  1. Responding (Merespon) : Merespon anak dengan tepat dan penuh perhatian.
  2. Preventing (Mencegah) : Mencegah anak dari perilaku bermasalah atau berisiko.
  3. Monitoring (Memantau) : Mengawasi anak saat berinteraksi dengan lingkungannya.
  4. Mentoring (Mendampingi) : Mendampingi anak secara aktif dalam belajar dan berperilaku.
  5. Modelling (Menjadi Teladan) : Memberikan contoh perilaku yang baik karena anak belajar dari melihat orang tuanya.

Inti dari materi ini yakni pengasuhan adalah tanggung jawab bersama untuk menciptakan anak-anak yang sehat, cerdas, berakhlak, dan siap menghadapi masa depannya.

  • TUJUAN JANGKA PENDEK DAN YANGKA PANJANG

Dalam pengasuhan, orang tua memiliki dua jenis harapan terhadap anak:

  1. Harapan jangka panjang, yaitu cita-cita orang tua agar anak memiliki karakter atau sifat positif ketika dewasa, seperti bertanggung jawab, mandiri, penuh kasih, dan percaya diri.
  2. Harapan jangka pendek, yaitu keinginan orang tua terhadap perilaku anak yang diharapkan segera terjadi, misalnya anak berhenti ribut, tidak merengek, atau membereskan mainan.

Namun, sering kali dalam kehidupan sehari-hari, orang tua lebih fokus pada harapan jangka pendek dengan cara memarahi atau membentak anak. Hal ini justru bisa menghambat tercapainya tujuan jangka panjang, karena anak belajar dari contoh perilaku orang tua, bukan hanya dari nasihat. Oleh karena itu, untuk mencapai harapan jangka panjang, orang tua perlu menunjukkan sikap atau perilaku baik tersebut setiap hari, sehingga anak meniru dan menanamkan nilai tersebut dalam dirinya.

Inti dari materi ini adalah anak belajar dari apa yang ia lihat dan rasakan, bukan hanya dari apa yang ia dengar. Jika ingin anak bertumbuh menjadi pribadi yang baik, maka orang tua harus lebih dulu menunjukkan sikap-sikap baik itu dalam keseharian mereka.

  • DISIPLIN POSITIF UNTUK ANAK USIA DINI

Disiplin positif adalah cara mendidik anak tanpa kekerasan, dengan mengajarkan tanggung jawab, rasa hormat, dan pengendalian diri, sesuai tahapan perkembangan anak. Anak usia dini (0–7 tahun) sedang berada di fase eksplorasi dan belajar dengan meniru lingkungan sekitarnya. Karena itu, orang tua perlu menjadi model positif dalam kesehariannya.

Beberapa prinsip penting dalam disiplin positif:

  1. Berkuasa dengan penuh kasih, bukan otoriter, tapi penuh cinta dan ketegasan.
    1. Gunakan kata-kata positif, fokus pada perilaku, bukan menyerang pribadi anak.
    1. Tegaskan secara konsisten, beri tahu anak apa yang boleh dilakukan, bukan hanya larangan.
    1. Kenalkan batasan yang jelas, kebebasan boleh, tapi tetap ada aturan yang konsisten.
    1. Berikan konsekuensi, bukan hukuman, agar anak belajar dari akibat perbuatannya, bukan karena takut dihukum.

Dengan disiplin positif, anak belajar membuat keputusan yang baik, menghormati orang lain, bertanggung jawab, dan memiliki kontrol diri.

Inti dari materi ini adalah mengingatkan kita bahwa sejatinya Anak tidak belajar dari marah atau hukuman, tapi dari contoh, komunikasi yang baik, dan konsistensi orang tua.

  • ATURAN POSITIF DAN PERNYATAAN SAYA UNTUK MENGEMBANGKAN DISIPLIN POSITIF

Disiplin positif tidak hanya tentang aturan, tetapi juga tentang bagaimana kita berkomunikasi dengan anak. Dalam sesi ini, orang tua belajar dua keterampilan utama:

  1. Aturan Positif

Aturan positif adalah aturan yang disampaikan dengan cara positif, tanpa kata “jangan”, agar anak lebih mudah memahami perilaku yang diharapkan. Contohnya: (SALAH) “Jangan bertengkar dengan teman” (BENAR) “Bermain bersama teman dengan baik”. Dengan aturan positif, anak belajar apa yang boleh dilakukan, bukan hanya apa yang tidak boleh dilakukan.

  • Pernyataan Saya

Pernyataan saya (I Statement) membantu orang tua menyampaikan perasaan pribadi terhadap perilaku anak tanpa menyalahkan. Dengan cara ini, anak tidak merasa dihakimi dan anak belajar memahami dampak tindakannya terhadap orang lain, selain itu komunikasi lebih terbuka dan penuh kasih. Contoh: “Ibu merasa cemas ketika melihat kamu lari di dalam rumah karena takut kamu jatuh”. Dengan berlatih membuat pernyataan saya, orang tua membantu anak membangun empati, tanggung jawab, dan rasa percaya diri.

Inti dari materi ini yaitu penegasan bahwa aturan positif membantu anak tahu apa yang harus dilakukan, dan pernyataan saya membantu anak memahami dampaknya bagi orang lain. Dengan latihan yang terus-menerus, kedua keterampilan ini akan memperkuat pola pengasuhan penuh kasih dalam keluarga.

  • PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK USIA DINI

Pendidikan seksual untuk anak bukan mengajarkan hal yang tidak pantas, tapi membekali anak agar bisa melindungi diri dari bahaya pelecehan seksual. Di sesi ini, orang tua belajar 3 hal utama:

  1. Mengajarkan Nama Tubuh dengan Benar. Anak perlu mengenal seluruh bagian tubuhnya, termasuk alat kelamin, dengan nama yang benar (penis, vagina, payudara). Ini penting agar :
    1. Anak tidak bingung saat bercerita.
    1. Anak bisa melapor dengan jelas jika terjadi sesuatu yang tidak wajar.
  2. Mengajarkan Batasan Tubuh. Anak perlu tahu:
  3. Tubuhnya adalah miliknya sendiri.
  4. Ada bagian pribadi yang tidak boleh disentuh orang lain tanpa izin (payudara, alat kelamin, pantat).
  5. Anak berhak berkata “TIDAK” kepada siapapun yang melanggar batas tersebut.
  6. Mengajarkan Mana Sentuhan yang Baik dan Tidak Baik. Anak perlu tahu tentang mana sentuhan baik dan tidak. Bukan hanya berdasarkan pada siapa yang menyentuhnya. Anak perlu tahu tentang 3 sentuhan berikut :
  7. Sentuhan baik: Membuat nyaman dan aman (misalnya dipeluk orang tua).
  8. Sentuhan tidak baik: Menyakiti atau membuat takut.
  • Sentuhan pelecehan seksual: Menyentuh bagian pribadi, membuat anak tidak nyaman, dan sering disertai permintaan untuk merahasiakan.

Inti dari materi ini adalah bahwasanya pendidikan seksual sejak dini justru melindungi anak dari pelecehan seksual, anak tau bahwa ia memiliki hak atas tubuhnya, dan orangtua wajib untuk dapat menjadi tempat aman untuk anak bercerita. Dengan komunikasi terbuka dan pengajaran yang tepat, kita membantu anak berani berkata “TIDAK” dan dapat melindungi dirinya sendiri dari bahaya pelecehan.

  • CIRI-CIRI UMUM PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Anak usia dini memiliki ciri khas yang perlu dipahami orang tua agar proses pengasuhan lebih efektif dan penuh kasih. Dengan memahami ciri-ciri ini, orang tua bisa mengurangi stres saat menghadapi perilaku anak. Beberapa ciri umum anak usia dini:

  1. Punya rasa ingin tahu yang besar, suka bertanya, mencoba, membongkar benda, dan mengeksplorasi lingkungan sekitar
    1. Unik, tiap anak berbeda dalam bakat, minat, gaya belajar
    1. Suka berimajinasi, kadang sampai punya teman khayalan
    1. Masa emas belajar, pertumbuhan dan perkembangan pesat, perlu stimulasi yang tepat
    1. Egosentris, anak melihat dunia dari sudut pandangnya sendiri
    1. Konsentrasi pendek, perhatian mudah teralihkan
    1. Makhluk sosial, mulai suka bermain bersama, belajar berbagi, menunggu giliran

Selain itu, anak usia dini butuh rasa aman, rutinitas, pengalaman langsung, dan banyak bermain. Perkembangan anak mencakup lima aspek:

  1. Kognitif (berpikir)
  2. Psikomotor (gerak tubuh)
  3. Bahasa (berbicara & memahami kata)
  4. Sosial (berinteraksi)
  5. Emosional (perasaan)

Inti dari materi ini adalah setiap anak itu unik, penuh rasa ingin tahu, sedang belajar memahami dunia, dan sangat butuh dukungan penuh kasih dari orang tua. Memahami lima aspek perkembangan ini penting agar orang tua bisa mendampingi anak tumbuh optimal sesuai kebutuhan usianya.

SUB BAB 2

PENGURANGAN RESIKO BENCANA

  1. MENGENAL RUMAH YANG AMAN

Rumah adalah tempat anak tumbuh, bermain, dan belajar. Tapi tanpa disadari, ada banyak benda dan situasi di rumah yang bisa membahayakan anak jika tidak berhati-hati. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenalkan berbagai hal yang bisa membahayakan anak di rumah. Beberapa hal yang bisa membahayakan anak di rumah:

  1. Stop kontak, bisa menyetrum jika disentuh dengan tangan atau benda
  2. Setrika panas, bisa menyebabkan luka bakar kalau disentuh saat menyala
  3. Kompor menyala, berisiko terbakar jika anak bermain di sekitarnya
  4. Bahan beracun, seperti pembersih lantai atau obat nyamuk cair yang bisa berbahaya kalau terminum
  5. Korek api, bisa memicu kebakaran jika dimainkan oleh anak

Dengan mengenalkan benda-benda berbahaya ini lewat gambar atau langsung saat beraktivitas, anak akan belajar menjaga dirinya sendiri. Selain itu, orang tua perlu memberikan contoh, mendampingi, dan memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana agar anak lebih mudah memahami.

Intinya pada materi ini yakni rumah akan jadi tempat yang aman kalau anak tahu mana yang boleh disentuh dan mana yang harus dihindari. Tugas kita sebagai orang tua adalah selalu mendampingi anak agar tetap aman, nyaman, dan terlindungi di rumah.

  • MENGENAL JENIS-JENIS BENCANA ALAM

Anak usia dini perlu mulai dikenalkan tentang bencana alam agar mereka lebih waspada terhadap lingkungan sekitar. Melalui kegiatan tebak gambar, anak-anak belajar mengenal berbagai jenis bencana secara sederhana, menyenangkan, dan sesuai dengan dunia mereka. Beberapa jenis bencana yang dikenalkan:

  1. Banjir
  2. Tsunami
  3. Gempa bumi
  4. Tanah longsor
  5. Kebakaran
  6. Angin puting beliung

Melalui pengenalan gambar, anak-anak diajak menceritakan apa yang mereka lihat, didampingi oleh orang tua agar lebih mudah memahaminya. Selain mengenalkan bencana kepada anak, orang tua juga diajak untuk:

  1. Tetap tenang dan tidak panik saat terjadi bencana
  2. Menyiapkan dokumen penting (akta, sertifikat, ijazah, buku tabungan, BPKB, dll)
  3. Menyimpan dokumen penting di tempat aman, terutama bagi yang tinggal di daerah rawan banjir
  4. Menyediakan persediaan makanan darurat
  5. Mengenali lingkungan sekitar, titik kumpul aman, dan jalur evakuasi
  6. Berkoordinasi dengan tetangga atau aparat desa untuk persiapan bencana

Intinya dari materi ini adalah dengan mengenalkan bencana sejak dini, anak belajar memahami situasi berbahaya di sekitarnya. Orang tua juga lebih siap melindungi keluarga saat bencana terjadi. Kegiatan ini mudah dilakukan di rumah cukup dengan gambar-gambar sederhana dan bercerita bersama anak.

  • PENGURANGAN RISIKO BENCANA BANJIR

Banjir adalah salah satu bencana yang sering terjadi, terutama saat musim hujan. Anak-anak perlu dikenalkan sejak dini tentang bencana banjir agar mereka tahu cara menjaga diri. Dengan pengenalan ini, orang tua bisa membantu anak lebih siap jika suatu saat banjir terjadi. Beberapa hal penting yang perlu dipahami anak dan orang tua:

  1. Jangan bermain di saluran air saat banjir, bisa terbawa arus
  2. Matikan listrik di rumah, agar terhindar dari bahaya tersetrum
  3. Segera cari tempat aman yang lebih tinggi, untuk menghindari air yang semakin naik
  4. Amankan barang berharga, simpan di tempat yang lebih tinggi agar tidak rusak
  5. Hubungi bantuan, jika kondisi banjir semakin parah, cari bantuan dari tetangga, perangkat desa, atau posko terdekat

Selain itu, kita juga bisa ikut mencegah banjir sejak awal:

  1. Tidak membuang sampah sembarangan
  2. Menanam pohon agar air hujan bisa lebih cepat meresap ke tanah

Inti dari materi ini adalah anak perlu tahu apa yang harus dilakukan saat banjir agar tetap aman. Orang tua punya peran penting untuk mengajarkan anak menjaga diri, tidak panik, dan membiasakan hidup bersih agar lingkungan terjaga. Banjir bisa terjadi kapan saja, tapi risikonya bisa kita kurangi bersama

  • PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPA BUMI

Gempa bumi bisa terjadi kapan saja tanpa kita duga. Penting bagi orang tua untuk mengenalkan pengurangan risiko bencana gempa bumi kepada anak sejak dini, supaya anak tahu bagaimana cara melindungi diri saat gempa terjadi. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan saat terjadi gempa bumi:

  1.  Lindungi kepala, cari perlindungan di bawah meja atau lindungi kepala dengan bantal
  2. Menjauh dari kaca atau benda yang mudah pecah, supaya tidak terkena pecahan
  3. Matikan kompor, untuk mencegah kebakaran
  4. Keluar menuju tempat terbuka, jika memungkinkan, segera cari tempat yang aman
  5.  Jangan panik, tetap tenang agar bisa berpikir jernih

Selain itu, setelah gempa terjadi, perlu kita ingat dan ajarkan kepada anak-anak kita hal-hal berikut:

  1. Jangan langsung masuk ke rumah, tunggu sampai aman
  2. Pakai alas kaki yang kuat, untuk melindungi kaki dari pecahan kaca atau benda tajam
  3. Periksa luka dan cari bantuan, jika ada yang terluka

Pengurangan risiko juga bisa dilakukan sebelum terjadi gempa dengan mengenalkan langkah-langkah penyelamatan kepada anak, misalnya lewat gambar atau lagu.

Inti dari materi ini yakni anak perlu tahu bagaimana melindungi diri saat terjadi gempa. Orang tua berperan penting untuk membimbing anak tetap tenang dan tahu cara menyelamatkan diri. Dengan pengenalan ini, risiko bahaya bisa dikurangi, dan anak merasa lebih aman.

BAB 3

PERLINDUNGAN ANAK DALAM KELUARGA

  1. MEMAHAMI HAK ANAK

Anak bukan hanya “kecil”, tapi manusia utuh yang punya hak yang sama seperti orang dewasa. Orang tua punya peran besar untuk memastikan hak-hak anak terpenuhi agar mereka bisa tumbuh bahagia dan berkembang optimal. Beberapa hak dasar anak yang perlu kita jaga:

  1. Hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang, anak butuh makanan bergizi, tempat tinggal layak, air bersih, pendidikan, kesehatan, dan waktu bermain
  2. Hak perlindungan, anak harus terlindungi dari kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan perlakuan brutal
  3. Hak partisipasi, anak boleh berpendapat, menyampaikan perasaannya, dan didengar
  4. Hak mendapatkan informasi yang sesuai dengan usianya

Prinsip penting dalam perlindungan anak yakni:

  1. Non-diskriminasi (semua anak berhak diperlakukan setara)
  2. Kepentingan terbaik bagi anak (utamakan kebutuhan anak, bukan orang tua)
  3. Kelangsungan hidup dan perkembangan
  4. Penghargaan terhadap pendapat anak

Inti materi ini adalah anak punya hak untuk hidup sehat, bahagia, dilindungi, dan didengar. Orang tua adalah orang pertama yang wajib menjaga, memenuhi, dan menghormati hak anak setiap hari.

  • MEMAHAMI KEKERASAN PADA ANAK

Anak berhak hidup dengan aman, tanpa kekerasan. Tapi sayangnya, kekerasan sering terjadi dan bahkan kadang di rumah sendiri. Penting untuk kita, sebagai orang tua, sadar dan mengenali apa saja bentuk kekerasan terhadap anak agar bisa mencegah dan melindungi mereka. Bentuk kekerasan terhadap anak ada 5:

  1. Kekerasan fisik (memukul, menjewer, hukuman fisik lainnya)
  2. Kekerasan emosional (menghina, membentak, mempermalukan)
  3. Kekerasan seksual (sentuhan tidak pantas, eksploitasi)
  4. Penelantaran (tidak memenuhi kebutuhan dasar anak)
  5. Eksploitasi (memanfaatkan anak untuk keuntungan orang lain)

Kekerasan bisa terjadi di mana saja seperti di sekolah, lingkungan, di media sosial, bahkan rumah tempat yang kita kira aman sekalipun bisa saja menjadi tempat yang berbahaya. Dampak kekerasan pada anak sangat serius. Anak bisa tumbuh dengan luka batin, sulit percaya orang lain, mudah marah, bahkan mengalami trauma yang terbawa sampai dewasa. Faktor risiko anak mengalami kekerasan bisa dari:

  1. Lingkungan keluarga yang tidak sehat
  2. Orang tua belum paham kebutuhan anak
  3. Kemiskinan atau tekanan hidup
  4. Lingkungan sekitar yang penuh kekerasan
  5. Anak yang penurut berlebihan atau takut figur berkuasa

Tapi anak juga bisa dilindungi oleh banyak hal seperti keluarga yang mendukung, lingkungan yang positif, orang dewasa yang peduli dan mau mendengarkan anak, dan pengasuhan yang hangat dan penuh kasih sayang.

Inti dari materi ini adalah orang tua itu pelindung utama anak. Kita punya tanggung jawab untuk menciptakan rumah yang aman, penuh cinta, dan menjadi tempat terbaik bagi anak bertumbuh tanpa rasa takut. Anak butuh orang tua yang bukan hanya menyayangi, tapi juga melindungi.

BAB 4

STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

  1. STIMULASI KOGNITIF

Setiap anak dilahirkan dengan potensi luar biasa. Agar potensi itu berkembang optimal, orang tua perlu memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahap usia anak. Salah satu stimulasi penting dalam tumbuh kembang adalah stimulasi kognitif, yaitu stimulasi untuk merangsang kemampuan berpikir, memahami, mengingat, memecahkan masalah, dan menemukan hal-hal baru. Stimulasi kognitif tidak bisa disamakan untuk semua usia. Anak usia dini memiliki tahap perkembangan berpikir yang berbeda sesuai dengan usianya. Karena itu, stimulasi kognitif dibagi menjadi 3 tahap utama:

  1. Usia 2-3 tahun: Pada usia ini, anak mulai mengenali benda di sekitarnya dan senang mencoba hal baru. Anak mulai bisa memahami perintah sederhana, mengenali warna dan bentuk, menyebut nama benda, serta belajar menyusun dan menyortir benda. Ini adalah masa di mana otak anak sangat aktif menghubungkan pengalaman dengan kata-kata dan gerakan. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Buah Itu Enak : Melalui kegiatan menggambar buah, anak tidak hanya belajar tentang bentuk dan warna, tapi juga memperkaya kosakata. Aktivitas sederhana ini juga melatih motorik halus, membuat anak belajar memegang alat gambar, mewarnai, atau bahkan menggunting. Semakin sering orang tua menemani, semakin kuat kedekatan yang terbangun. Anak merasa didukung, dihargai, dan senang.
  3. Piramida : Menyusun piramida dari gelas plastik atau benda apa saja di rumah bukan cuma permainan iseng. Ini latihan berpikir logis. Anak belajar bagaimana benda kecil harus berada di atas benda besar agar tidak roboh. Kalau berhasil, mereka bangga. Kalau gagal, mereka belajar untuk mencoba lagi. Dari sini anak diajari kesabaran, konsentrasi, keberanian mencoba, dan rasa percaya diri.
  4. Mencari Huruf A : Permainan mencari huruf di pasir atau tepung tampak sepele, tapi sebenarnya melatih anak berpikir teliti. Anak diajak mengenal bentuk huruf, melatih fokus mata, melatih gerak jemari, sekaligus memperkenalkan kosakata. Ini langkah awal menuju dunia membaca dan menulis yang menyenangkan.
  • Usia 3-4 tahun: Di usia ini, anak mulai bisa berpikir lebih kompleks. Anak mulai memahami konsep sederhana seperti besar-kecil, banyak-sedikit, mulai mengenali angka, menyebutkan warna, dan mulai suka bermain pura-pura. Imajinasi berkembang pesat, dan anak mulai sering bertanya tentang banyak hal. Stimulasi kognitif pada tahap ini membantu anak mengembangkan daya pikir dan memperkaya kosakata.
  • Permainan Kotak Misteri : Lewat kotak misteri, anak belajar mengenali benda lewat rabaan, tanpa melihat. Ini bukan sekadar menebak, tapi latihan konsentrasi, ingatan, keberanian, dan rasa percaya diri. Bisa dibuat dari kardus sepatu dan mainan seadanya. Murah, fleksibel, penuh manfaat.
  • Permainan Kartu Domino Bentuk & Warna : Anak diajak berpikir, mencocokkan gambar, mengenali warna dan bentuk, sekaligus belajar menyelesaikan masalah. Kalau sudah lancar, bisa ditingkatkan dengan menambah angka atau huruf. Semua bisa dibuat dari kardus bekas. Murah meriah, manfaatnya besar.
  • Bermain Puzzle : Puzzle sederhana (kurang dari 6 keping) membantu anak berpikir konkret, mengenali bagian dan keseluruhan, sekaligus melatih fokus. Bisa dibuat sendiri di rumah, bahkan dari gambar yang dipotong. Anak belajar sambil bermain, tanpa merasa dipaksa.
  • Usia 4-5 tahun: Anak mulai bisa berpikir lebih logis dan sistematis. Anak sudah mulai memahami sebab-akibat, mulai bisa menyusun cerita sederhana, mengenali huruf dan angka, serta mulai tertarik untuk menulis atau menggambar sesuatu dengan tujuan tertentu. Ini juga menjadi awal persiapan anak menuju masa sekolah, di mana kemampuan berpikirnya mulai diarahkan untuk menyelesaikan masalah sederhana.
  • Kotak Misteri :Anak belajar mengenali benda lewat sentuhan. Selain melatih konsentrasi dan memori, permainan ini membangun rasa percaya diri anak.
  • Domino Bentuk & Warna : Anak mencocokkan gambar, mengenali bentuk, sekaligus belajar menyelesaikan masalah. Bisa ditambah angka atau huruf kalau anak mulai lancar.
  • Puzzle Gambar : Melatih fokus, konsentrasi, berpikir runtut, dan kesabaran. Bahkan dari gambar majalah bekas yang dipotong-potong pun bisa jadi puzzle.
  • STIMULASI PSIKOMOTOR

Setiap anak dilahirkan dengan potensi luar biasa. Agar potensi itu berkembang optimal, orang tua perlu memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahap usia anak. Salah satu stimulasi penting dalam tumbuh kembang adalah stimulasi psikomotorik, yaitu stimulasi yang bertujuan merangsang kemampuan anak dalam mengendalikan gerakan tubuhnya, baik gerakan kasar maupun halus. Stimulasi psikomotorik membantu anak belajar mengontrol tubuhnya, menguatkan otot, meningkatkan koordinasi, keseimbangan, dan keterampilan fisik lainnya. Stimulasi psikomotorik dibagi menjadi 3 tahap utama:

  1. Usia 2-3 tahun: Pada usia ini, anak mulai senang bergerak aktif, mencoba berbagai gerakan baru, dan mulai belajar mengendalikan tubuhnya sendiri. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Jalan di Atas Garis : Bikin garis pakai selotip/kain, anak diminta jalan pelan-pelan. Hal ini dapat melatih keseimbangan dan konsentrasi anak.
  3. Menangkap Bola : Bola dilempar pelan, anak mencoba menangkap. Hal ini dapat melatih koordinasi mata dan tangan. Kalau sering dilakukan, reflek anak makin bagus dan anak makin percaya diri.
  4. Meronce : Masukkan sedotan atau manik-manik ke tali. Hal ini melatih motorik halus sehingga anak belajar fokus sekaligus belajar warna/bentuk.
  • Usia 3-4 tahun: Di usia ini, anak mulai memiliki kendali tubuh yang lebih baik. Anak mulai suka melompat, berlari lebih cepat, bisa menendang bola dengan lebih terarah, dan mulai bisa meniru gerakan orang lain. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Susun Balok : Melalui permainan menyusun balok, anak belajar banyak hal sekaligus, mulai dari mengenal bentuk dan warna, melatih koordinasi tangan-mata, sampai belajar konsep besar-kecil dan tinggi-rendah. Kalau tumpukannya roboh itu bukan kegagalan, tapi proses belajar. Di situ anak belajar mencoba lagi, sabar, dan berpikir kreatif.
  • Gunting-Gunting Seru : Menggunting kertas warna atau sedotan kelihatannya sepele tapi ini melatih kekuatan otot jari, koordinasi mata dan tangan, dan konsentrasi. Kalau ditemani orang tua anak akan merasa lebih percaya diri. Jangan takut hasilnya belum rapi yang penting prosesnya.
  • Meniti Garis Ajaib : Cukup buat garis di lantai dengan selotip atau tali minta anak berjalan pelan-pelan mengikuti garis bisa sambil pura-pura jadi robot, pahlawan, atau hewan kesukaan mereka. Permainan ini melatih keseimbangan, konsentrasi, dan percaya diri.
  • Usia 4-5 tahun: Anak mulai bisa melakukan gerakan yang lebih kompleks. Mereka bisa berlari sambil menghindari rintangan, mulai belajar bersepeda roda tiga, berdiri dengan satu kaki lebih lama, serta tertarik dengan aktivitas yang memerlukan ketelitian dan koordinasi lebih tinggi. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
    • Namaku Cantik : Membuat papan nama dengan biji-bijian bukan hanya melatih anak mengenal huruf-huruf dalam namanya, tapi juga melatih motorik halus, koordinasi mata dan tangan, serta daya konsentrasi. Saat menempel biji mengikuti bentuk huruf.
    • Target Bola : Permainan melempar bola ke keranjang atau ember bisa dilakukan di rumah. Anak belajar mengukur jarak, melatih otot tangan, dan belajar konsentrasi. Setiap lemparan melatih anak mengontrol gerak tubuhnya. Kalau meleset bukan masalah yang penting anak senang dan terus mencoba.
    • Jalan Zig-Zag : Cukup buat jalur zig-zag dari tali atau kertas di lantai. Minta anak berjalan mengikuti jalur, bisa sambil membawa benda di atas kepala biar tambah seru. Ini melatih keseimbangan tubuh, koordinasi gerak, dan fokus. Anak belajar bagaimana caranya berjalan pelan agar tidak keluar dari jalur.
  • STIMULASI BAHASA

Setiap anak lahir dengan kemampuan berbahasa, tapi kemampuan itu tidak tumbuh dengan sendirinya. Perlu dirangsang, perlu dipancing, dan yang paling penting dan perlu ditemani. Bahasa adalah jembatan bagi anak untuk memahami dunia dan berkomunikasi dengan orang lain. Stimulasi bahasa membantu anak belajar menyampaikan apa yang ia pikirkan dan rasakan. Dengan bahasa anak belajar meminta tolong, mengekspresikan diri, bertanya, bahkan berpendapat. Kemampuan bahasa yang baik akan menjadi bekal penting bagi anak untuk belajar lebih lanjut di masa depan. Stimulasi bahasa tidak sama untuk semua usia. Ada tahapan yang perlu disesuaikan dengan perkembangan anak. Karena itu, stimulasi bahasa dibagi menjadi 3 tahap utama:

  1. Usia 2-3 tahun : Di usia ini, anak mulai bisa menyebutkan benda-benda yang sering dilihatnya. Mereka mulai bisa menyusun kalimat sederhana 2-3 kata, misalnya: “Mau susu”, “Ayah pergi”, atau “Itu bola”. Anak juga mulai suka mendengar cerita pendek dan mulai sering bertanya “Apa ini?”. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Ceritaku, Ceritamu : Orangtua membacakan cerita pendek sambil menunjukkan gambar. Setelah selesai, orangtua tanya: “Adik, tadi ceritanya tentang apa ya?” Anak belajar mendengar, memahami, lalu mencoba menjawab. Kalau anak belum bisa, orangtua bantu ulang lagi ceritanya pelan-pelan.
  3. Boneka Bicara : Gunakan boneka kecil atau jari tangan yang diberi gambar, lalu boneka “bercerita” dengan suara lucu atau besar. Ajak anak ikut menirukan kata-kata boneka. Suasana jadi seru, anak senang ikut bicara tanpa merasa dipaksa.
  4. Lagu Kata Ajaib : Nyanyikan lagu sederhana, tapi ubah sebagian liriknya dengan kata-kata lucu yang baru bagi anak. Misal: “Naik-naik ke puncak gunung… eh ada gajah main boneka!” Anak pasti tertawa sambil belajar kata baru sambil bernyanyi.
  • Usia 3-4 tahun : Pada usia ini, kalimat anak mulai lebih panjang, 3-5 kata. Anak mulai suka bercerita, meskipun masih campur aduk. Anak juga mulai bisa mengenali warna, bentuk, dan mulai suka bernyanyi. Mereka senang diajak bicara dan mulai belajar menyampaikan perasaan. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
    • Gambarku, Ceritaku : Berikan anak kertas kosong dan alat gambar, biarkan anak menggambar bebas, lalu minta anak bercerita tentang gambarnya. Misalnya: “Ini rumahku, ada pohonnya, ada kucingnya juga.” Anak belajar menyusun cerita sederhana sesuai imajinasinya.
    • Tebak Gambar : Orangtua menggambar benda atau hewan sederhana, lalu anak menebak. Setelah itu, anak gantian menggambar dan orangtua yang menebak. Permainan sederhana tapi penuh tawa, apalagi kalau gambarnya lucu.
    • Cerita Bergilir : Mulai cerita sederhana, lalu minta anak melanjutkan satu kalimat. Setelah itu orangtua lanjut, lalu anak lagi. Contoh: “Di hutan ada seekor burung….” ➔ “Burungnya cari makan….” ➔ “Eh ketemu kucing!” dan seterusnya.
  • Usia 4-5 tahun : Anak mulai bisa menyusun kalimat lebih jelas dan mulai tertarik bertanya “Kenapa…?”, “Bagaimana…?”, atau “Mengapa…?”. Anak mulai bisa memahami cerita pendek, mengingat nama-nama teman, dan bisa mengikuti percakapan sederhana. Ini adalah masa emas untuk mengenalkan anak pada berbagai kosakata baru. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Ceritakan Gambarnya : Tunjukkan gambar rumah, pasar, atau keluarga. Ajak anak bercerita: “Ini siapa ya? Mereka lagi ngapain?” Kalau anak bingung, bantu dengan bertanya perlahan. Lama-lama anak akan lebih lancar menceritakan gambar.
  • Tebak Cerita : Orangtua bercerita pendek sambil menunjukkan gambar, tapi sengaja dihentikan. “Di gambar ini ada anak kecil. Anak ini mau pergi ke…” Minta anak melanjutkan. Bikin seru, boleh konyol, boleh serius.
  • Siapa Aku : Orangtua mendeskripsikan benda atau orang di gambar tanpa menyebutkan namanya. Contoh: “Aku bulat, biasanya ada di langit malam. Aku siapa?” Anak menebak.
  • STIMULASI SOSIAL-EMOSIONAL

Setiap anak lahir dengan kemampuan untuk merasa dan berhubungan dengan orang lain. Tapi, seperti halnya bahasa, kemampuan sosial-emosional juga perlu dipupuk. Anak perlu belajar bagaimana memahami perasaannya sendiri, bagaimana mengelola marah, bagaimana menyapa orang lain, bagaimana bergiliran, bagaimana meminta maaf, dan bagaimana membangun hubungan yang sehat. Stimulasi sosial-emosional membantu anak mengenali dirinya siapa dia, apa yang ia rasakan, dan bagaimana ia berhubungan dengan orang lain. Ini bekal penting agar anak tumbuh jadi pribadi yang percaya diri, mudah bergaul, bisa bekerjasama, dan punya empati.

Stimulasi sosial-emosional berbeda untuk tiap usia, karena seiring pertumbuhan, anak mulai belajar mengelola perasaan yang makin beragam. Berikut tahapannya:

  1. Usia 2-3 tahun : Anak mulai belajar menyebutkan nama dirinya. Mereka mulai memahami emosi dasar: senang, sedih, marah. Tapi belum bisa mengelola perasaan itu dengan baik. Anak masih sering berebut mainan, menangis jika kecewa, atau marah kalau sesuatu tidak sesuai keinginannya. Di sinilah peran kita. Contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Siapa Dirimu? : Bermain bola sambil bernyanyi. Bola berpindah dari satu orang tua ke yang lain. Saat lagu berhenti, orang tua mengenalkan nama anak, nama ayah, ibu, dan alamat rumah sambil bernyanyi pelan. Bisa diulang berkali-kali agar anak makin hafal. Melatih anak mengenali identitas diri dan berani bicara.
  3. Boneka Kenalan : Gunakan boneka favorit anak. Boneka berpura-pura bertanya, “Siapa namamu? Siapa nama ibumu?” Anak menjawab sambil tertawa-tawa. Boleh sambil dipeluk atau digendong agar anak merasa nyaman. Melatih rasa percaya diri, mengenal diri sendiri, dan menumbuhkan rasa aman.
  4. Ayo Pulang ke Rumah : Bermain pura-pura pulang. Anak diajak jalan-jalan lalu pura-pura “tersesat”, orang tua bertanya, “Kalau tersesat, bilangnya apa? Rumahnya di mana?” Bantu anak menyebutkan alamat rumah pelan-pelan. Melatih anak menyebutkan alamat rumah dan belajar mengenal lingkungan sekitar.
  • Usia 3-4 tahun : Anak mulai bisa menyebutkan “Aku senang”, “Aku marah”, atau “Aku sedih”, meskipun belum selalu tahu alasannya. Mereka mulai suka bermain bersama teman, tapi kadang masih suka memaksakan keinginannya. Anak juga mulai belajar minta maaf, walaupun kadang karena disuruh. Yang penting prosesnya, bukan hasil langsung. Contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Gambarku Ceritaku : Ajak anak menggambar apa yang mereka suka: rumah, hewan, atau orang. Setelah itu, biarkan anak menceritakan gambar tersebut kepada orang lain.
  • Tunjukkan Bakatku : Minta anak memilih satu bakat yang disukai: menyanyi, menari, atau lainnya. Berikan kesempatan tampil di depan keluarga atau teman sebaya.
  • Tebak Bakat Teman : Anak memperhatikan temannya tampil, lalu menebak bakat atau minat apa yang sedang dilakukan.
  • Usia 4-5 tahun : Di usia ini, anak mulai lebih paham tentang aturan bermain bersama. Mereka mulai bisa diajak berdiskusi ringan: “Kalau rebutan mainan, enaknya bagaimana ya?” Anak mulai bisa menunjukkan rasa bangga saat berhasil melakukan sesuatu, mulai mengerti konsep berbagi, dan lebih mudah diajak menyelesaikan konflik kecil. Contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Cerita Singa dan Tikus : Bacakan cerita “Singa dan Tikus”, ajak anak menirukan suara singa dan tikus. Setelah cerita selesai, tanyakan: “Apa yang dilakukan Tikus untuk Singa? Kenapa Tikus menolong Singa?” Anak akan belajar kalau kebaikan itu bisa kembali lagi ke diri kita. Melatih empati, menumbuhkan rasa peduli, dan memahami arti menolong teman.
  • Baik atau Tidak? : Bacakan pernyataan tentang sikap teman. Contoh: “Kalau ada teman sedih, kita hibur. Baik atau tidak?” Ajak anak menjawab, lalu beri contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Melatih anak membedakan sikap baik dan buruk, belajar membuat pilihan yang tepat.
  • Suara Teman : Bermain tiru-tiruan suara hewan dalam cerita atau suara teman sedih, teman senang. Misalnya: “Kalau teman senang suaranya bagaimana? Kalau sedih?” Anak boleh berkreasi. Melatih ekspresi emosi, mengenal perasaan diri & orang lain, mempererat hubungan sosial.

Penulis Modul : Childfund International di Indonesia

Perangkum Modul : Gladys – Doc.Seketariat YSBS @2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : GOTONG ROYONG BANGUN SEKOLAH INKLUSI

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi

Penulis                     : Sutriyono Robert

Penerbit                   : OBOR

Cetakan Pertama   : Desember 2023

ISBN                          : 978-979-565-965-5

Jumlah Halaman   : xxii+123

  1. SINOPSIS

Buku Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi karya Sutriyono Robert adalah sebuah kumpulan kisah nyata yang merekam perjalanan membangun sekolah inklusif di Indonesia. Buku ini bukan hanya kumpulan cerita biasa, tetapi juga merupakan dokumen inspiratif tentang bagaimana nilai-nilai luhur bangsa Indonesia seperti gotong royong mampu menjadi kekuatan utama dalam menciptakan sistem pendidikan yang ramah untuk semua, terutama anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Konsep pendidikan inklusi yang diangkat dalam buku ini bertolak dari keyakinan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tanpa terkecuali. Tidak peduli apakah mereka memiliki keterbatasan fisik, intelektual, atau kebutuhan khusus lainnya, mereka tetap berhak belajar bersama teman-teman seusianya dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh dukungan.

Buku ini memperlihatkan bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar istilah atau program dari pemerintah, melainkan sebuah gerakan sosial yang menuntut perubahan pola pikir, sikap, dan budaya masyarakat. Dalam banyak kasus, bukan fasilitas atau kurikulum yang menjadi hambatan utama, melainkan sikap masyarakat yang masih memandang sebelah mata anak-anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, penulis membawa kita menyelami bagaimana perubahan sikap itu dimulai dari komunitas terkecil seperti keluarga, sekolah, tetangga, dan masyarakat sekitar. Di dalam buku ini, pembaca akan menemui berbagai cerita mengharukan tentang perjuangan orang tua yang tidak menyerah memperjuangkan hak anaknya untuk bersekolah, guru-guru yang berjuang membangun sekolah inklusi dengan segala keterbatasan, hingga komunitas yang bertransformasi menjadi lebih terbuka terhadap keberagaman.

Melalui kisah-kisah nyata yang ditulis dengan bahasa sederhana dan penuh empati, Sutriyono Robert mengajak kita merenung bahwa gotong royong bukan hanya sekadar membantu membangun rumah atau jalan desa, tetapi juga bisa menjadi alat perubahan sosial dalam dunia pendidikan. Gotong royong menjadi jembatan penghubung antara mimpi dan kenyataan bagi anak-anak yang selama ini sering tersisihkan. Lebih dari sekadar kisah inspiratif, buku ini juga menjadi panduan praktis bagi siapa pun yang ingin memulai langkah membangun pendidikan inklusif di lingkungannya. Tidak melulu bicara soal kebijakan, buku ini membumi, mengajak pembaca menyadari bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dari diri kita sendiri dan lingkungan terdekat kita.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini disusun dalam bentuk kumpulan kisah nyata yang diambil dari pengalaman lapangan penulis dan rekan-rekannya. Tiap cerita memiliki alur sederhana: mulai dari pengenalan situasi, tantangan, proses perubahan, hingga hasil yang dicapai. Struktur seperti ini memudahkan pembaca untuk memahami inti pesan dari setiap cerita tanpa harus membaca secara berurutan.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Buku ini sarat dengan muatan emosional. Cerita-cerita di dalamnya mengaduk perasaan pembaca dari rasa haru, kagum, hingga empati terhadap perjuangan orang tua dan anak-anak berkebutuhan khusus. Penulis berhasil menyentuh sisi psikologis pembaca dengan menunjukkan bagaimana perubahan sikap masyarakat ternyata dapat membuka jalan bagi masa depan anak-anak dengan kebutuhan khusus.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Penulis menampilkan gotong royong sebagai konsep kunci, yang sesuai dengan nilai budaya Indonesia. Pendekatan berbasis komunitas lokal menjadi kekuatan tersendiri dalam menyukseskan pendidikan inklusif. Buku ini memperlihatkan bagaimana budaya kolektif Indonesia sebenarnya sangat potensial menjadi motor penggerak pendidikan inklusif jika diarahkan dengan baik.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami. Buku ini memang ditujukan untuk semua kalangan, terutama para guru, orang tua, dan pemerhati pendidikan. Tidak banyak istilah akademis atau bahasa ilmiah yang rumit.

5. Kelebihan :

  1. Kisah Nyata yang Inspiratif: Buku ini menyajikan kisah-kisah nyata yang sarat inspirasi, bukan sekadar teori atau wacana. Cerita-cerita perjuangan membangun sekolah inklusif terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari, membuat pembaca bisa lebih mudah terhubung secara emosional.
  2. Mengangkat Nilai Budaya Lokal (Gotong Royong): Salah satu kekuatan buku ini adalah keberhasilannya menghubungkan konsep pendidikan inklusi dengan budaya lokal Indonesia, yaitu gotong royong. Biasanya buku tentang pendidikan inklusi membahas pendekatan global atau kebijakan pemerintah, tetapi buku ini justru berakar dari kekuatan masyarakat.
  3. Membangun Kesadaran Kolektif: Buku ini berhasil mengajak pembaca untuk berpikir dan bertindak secara kolektif, bukan hanya menyerahkan tanggung jawab pendidikan pada sekolah atau pemerintah saja. Pembaca diajak menyadari bahwa masyarakat juga berperan besar dalam mendukung anak-anak berkebutuhan khusus.
  • Relevan dengan Kondisi Sosial Indonesia: Isu pendidikan inklusi sering dianggap “jauh” dari kehidupan masyarakat, tapi melalui pendekatan cerita nyata, buku ini membuktikan bahwa isu tersebut sangat nyata dan dekat. Ini membuat pembaca yang awalnya tidak peduli menjadi lebih tergugah.
  • Memberikan Contoh Praktis: Selain inspiratif, buku ini juga menyisipkan contoh nyata tentang langkah-langkah membangun sekolah inklusi, membuat pembaca yang berniat melakukan hal serupa memiliki gambaran yang lebih jelas.

6. Kelemahan :

  1. Beberapa Cerita Kurang Terselesaikan: Ada beberapa kisah yang diceritakan dengan sangat baik di awal, tetapi akhir ceritanya terasa menggantung atau kurang tuntas. Hal ini membuat pembaca penasaran tentang kelanjutan kisah tokoh-tokohnya.
  2. Visualisasi Terbatas: Buku ini minim gambar, foto, atau ilustrasi visual yang mendukung cerita. Padahal, bagi buku yang mengangkat tema pendidikan, keberadaan visual pendukung bisa meningkatkan daya tarik pembaca.
  3. Kurang Mendalam pada Teori Pendidikan Inklusi : Untuk pembaca yang ingin mendapatkan penjelasan mendalam tentang teori pendidikan inklusi atau konsep-konsep pedagogis, buku ini mungkin terasa kurang mendalam. Buku ini lebih fokus pada praktik lapangan daripada konsep teori.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Buku ini sangat direkomendasikan untuk siapa saja yang ingin memahami pendidikan inklusif secara praktis dan nyata. Cocok untuk pendidik, orang tua anak berkebutuhan khusus, pegiat pendidikan, dan pemerhati isu sosial. Meskipun buku ini tidak menyajikan teori secara mendalam, kekuatan utamanya ada pada cerita nyata, pendekatan komunitas, dan semangat kebersamaan yang sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia.

Rating: ★★★★☆ (4.3/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 50.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : MENJADI GEMBALA BAGI SEMUA , ROMO CAROLUS DI MATA SAHABAT

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Menjadi Gembala Bagi Semua,

                                                      Romo Carolus OMI di Mata Para Sahabat

Penulis                     : Tim Redaksi Penerbit OBOR

Penerbit                   : OBOR

Tahun Terbit           : Desember 2024

ISBN                          : 978-979-565-993-8

Jumlah Halaman   : x+189

  1. SINOPSIS

Buku Menjadi Gembala Bagi Semua: Romo Carolus OMI di Mata Para Sahabat merupakan sebuah karya reflektif yang disusun oleh Tim Redaksi Penerbit OBOR. Buku ini merupakan penghormatan sekaligus refleksi atas perjalanan hidup dan pelayanan Romo Carolus OMI. Melalui kumpulan tulisan dari berbagai sahabat dan rekan pelayanan, buku ini menghadirkan gambaran sosok Romo Carolus yang dikenal sebagai pribadi rendah hati, setia melayani, dan menjadi gembala bagi siapa saja yang membutuhkan.

Isi buku ini tidak hanya berkisah tentang kehidupan rohani seorang pastor, tetapi juga tentang pelayanan konkret kepada masyarakat kecil, orang-orang di pinggiran, dan mereka yang sering terabaikan. Pembaca diajak untuk mengenal sosok Romo Carolus dari berbagai sudut pandang, dari cerita-cerita personal hingga refleksi mendalam atas nilai-nilai hidup yang beliau pegang teguh.

Lebih dari sekadar biografi, buku ini menjadi cermin bagi pembaca untuk merefleksikan peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan iman: bahwa menjadi gembala bukan monopoli rohaniwan, melainkan panggilan bagi siapa pun yang mau hadir dan melayani dengan kasih.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku disusun dalam bentuk kumpulan refleksi, testimoni, dan kisah-kisah nyata yang ditulis oleh berbagai sahabat Romo Carolus. Bab-babnya memiliki tema yang saling berkaitan dengan semangat pelayanan dan pengabdian kepada sesama.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Banyak kisah menyentuh tentang bagaimana Romo Carolus hadir dalam hidup orang-orang kecil. Refleksi yang disampaikan menyentuh sisi batin pembaca dan mampu menggerakkan empati serta semangat pelayanan.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Konteks sosial dan budaya Indonesia sangat terasa, terutama terkait kehidupan umat Katolik serta bagaimana gereja hadir di tengah masyarakat plural. Pesan tentang inklusi sosial dan kemanusiaan melampaui batas-batas agama.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan sederhana, komunikatif, dan membumi. Karena merupakan kumpulan tulisan dari berbagai penulis, gaya penulisannya beragam, namun tetap mudah dipahami oleh berbagai kalangan.

5. Kelebihan :

  1. Refleksi Mendalam dan Jujur : Buku ini menyajikan refleksi yang otentik dari pengalaman pelayanan nyata, bukan sekadar teori. Pembaca diajak menyelami pergumulan nyata dalam menjadi gembala bagi semua orang.
  2. Mengangkat Kisah Nyata Kaum Terpinggirkan: Salah satu kekuatan utama adalah keberpihakan penulis terhadap mereka yang jarang mendapatkan tempat dalam pelayanan gereja mainstream.
  3. Konsep Inklusivitas yang Berani: Di tengah tantangan keberagaman Indonesia, buku ini memberikan contoh konkret bagaimana seorang pemimpin rohani harus keluar dari zona nyaman untuk melayani semua kalangan.

6. Kelemahan :

  1. Gaya Penulisan Cenderung Berat di Beberapa Bagian: Ada beberapa bagian yang terasa terlalu formal dan akademis, sehingga pembaca umum bisa merasa sedikit jenuh atau kesulitan mengikuti alurnya.
  2. Kurang Variasi dalam Format Penyajian: Hampir semua bab menggunakan pola refleksi naratif yang mirip, sehingga untuk pembaca yang menginginkan variasi gaya, bisa terasa monoton di tengah jalan.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Buku Menjadi Gembala Bagi Semua adalah karya yang kuat secara spiritual dan relevan dalam konteks pluralisme Indonesia. Cocok untuk dibaca oleh para pastor, rohaniwan, aktivis sosial, pegiat lintas agama, maupun siapa saja yang ingin belajar tentang pelayanan kemanusiaan tanpa batas. Buku ini sangat baik untuk dijadikan bahan refleksi pribadi, bacaan komunitas basis, maupun referensi bagi mahasiswa teologi. Meski terdapat beberapa istilah yang terasa berat, substansi buku ini sangat layak diapresiasi.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 80.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : TEOLOGI MONYET

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Teologi Monyet – Romo Carolus OMI

Penulis                     : Mgr. Christophorus Tri Harsono

Penerbit                   : OBOR

Tahun Terbit           : Desember 2024

ISBN                          : 978-979-565-994-5

Jumlah Halaman   : xiii+68

  1. SINOPSIS

Buku Teologi Monyet adalah kumpulan esai reflektif dan kritis karya Romo Carolus OMI yang ditulis secara ringan, satir, dan penuh keberanian. Judulnya yang provokatif Teologi Monyet sengaja dipilih untuk memantik rasa ingin tahu pembaca dan menunjukkan bahwa pembahasan teologi tidak harus kaku dan membosankan. Justru dengan pendekatan humor dan satire, Romo Carolus mengajak pembaca untuk berpikir lebih jernih tentang persoalan iman, moralitas, dan kehidupan sosial sehari-hari.

Buku ini tidak hanya membahas tema-tema spiritual atau keagamaan secara normatif. Sebaliknya, Romo Carolus justru menyajikan pandangan teologis yang sangat membumi dan berani. Ada keberanian untuk mempertanyakan kemapanan, keberanian untuk membela yang lemah, serta keberanian untuk menegur kekuasaan yang menindas. Dalam esai-esainya, ia membicarakan isu-isu seperti peran perempuan dalam Gereja, hak-hak penyandang disabilitas, kemiskinan, prostitusi, hukuman mati, hingga persoalan-persoalan sosial yang seringkali dianggap tabu dalam wacana keagamaan.

Melalui gaya tulisannya yang khas yakni perpaduan antara humor, sindiran, sekaligus refleksi rohani, pembaca diajak untuk memahami bahwa iman tidak boleh menjauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Justru teologi sejati harus berpihak kepada yang tertindas, hadir bagi mereka yang terpinggirkan, dan berani menyuarakan kebenaran walaupun pahit.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku disusun sebagai kumpulan esai lepas. Setiap bab berdiri sendiri, tetapi memiliki benang merah: keberpihakan pada yang tertindas dan refleksi iman yang membumi. Pembaca bisa membaca esai mana pun secara acak tanpa kehilangan konteks besar.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Sangat kuat. Beberapa esai membangkitkan emosi pembaca: mulai dari rasa haru, marah atas ketidakadilan, hingga tertawa geli dengan gaya humor Romo Carolus. Selain itu, refleksi pribadi yang dibagikan penulis seringkali membawa pembaca pada permenungan mendalam.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Buku ini sangat kontekstual dengan kondisi sosial Indonesia, terutama menyuarakan penderitaan masyarakat marginal. Keberanian Romo Carolus berbicara tentang isu-isu yang sering dianggap tabu dalam komunitas keagamaan menjadi salah satu kekuatan utama buku ini.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Menggunakan bahasa yang lugas, tajam, dan mudah dipahami, meskipun beberapa esai menggunakan istilah teologis yang mungkin memerlukan penjelasan tambahan bagi pembaca awam. Gaya humornya ringan, namun sarat makna.

5. Kelebihan :

  1. Berani dan Kritis: Mengangkat isu-isu sensitif seperti hukuman mati, prostitusi, marginalisasi difabel, dan perempuan dalam Gereja. Romo Carolus tidak ragu menyampaikan kritik terhadap institusi maupun masyarakat yang dianggap abai terhadap keadilan sosial.
  2. Bahasa Ringan namun Dalam: Perpaduan gaya bahasa santai dan refleksi rohani membuat buku ini nyaman dibaca tetapi tetap menggugah pemikiran.
  3. Relevan untuk Semua Kalangan: Tidak terbatas hanya untuk umat Katolik. Siapa pun yang peduli dengan isu sosial akan mendapatkan manfaat dari membaca buku ini.
  4. Judul-judul Esai Provokatif: Misalnya “Imam Perempuan”, “Peduli Difabel”, “Ekseskusi Mati di Nusakambangan”, “Seorang Pelacur”. Judul-judul tersebut bukan hanya menarik perhatian, tetapi juga menyimpan muatan kritik dan permenungan mendalam.
  5. Refleksi Teologi Membumi: Tidak berbicara soal teologi langit yang jauh dari realitas, melainkan berbicara iman yang hidup dan berpihak pada kemanusiaan.

6. Kelemahan :

  1. Istilah Teologis Cukup Padat: Untuk pembaca awam atau yang kurang akrab dengan istilah teologi Katolik, beberapa bagian membutuhkan pembacaan lebih lambat atau mencari referensi tambahan.
  2. Gaya Humor Bisa Kontradiktif: Ada beberapa pembaca yang mungkin merasa gaya humor satire Romo Carolus sedikit terlalu tajam atau kurang nyaman, tergantung latar belakang pembaca.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Teologi Monyet adalah buku wajib bagi siapa saja yang ingin melihat bagaimana teologi dapat berpadu dengan keberanian bersuara untuk kaum tertindas. Cocok untuk aktivis sosial, mahasiswa teologi, rohaniwan, dan siapa pun yang haus akan pemikiran segar tentang iman dan keadilan sosial. Buku ini akan memperluas perspektif pembaca tentang bagaimana seharusnya iman bekerja di tengah realitas sosial yang penuh luka.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 30.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : AKULAH YUDAS KE-13 , AUTOBIOGRAFI ROMO CAROLUS OMI

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Akulah Yudas Ke-13 – Autobiografi Romo Carolus OMI

Penulis                     : M. Budi Sardjono & Sutriyono Robert

Penerbit                  : OBOR

Tahun Terbit         : Desember 2024

ISBN                       : 978-979-565-992-1

Jumlah Halaman   : vii+175

  1. SINOPSIS

Buku Akulah Yudas Ke-13 adalah sebuah autobiografi menyentuh tentang perjalanan hidup Romo Carolus OMI, seorang imam Katolik asal Irlandia yang akhirnya memilih untuk melayani masyarakat di Indonesia. Judul buku yang provokatif, Akulah Yudas Ke-13, mencerminkan keberanian sang Romo dalam merefleksikan hidupnya, mengakui kelemahannya, dan membagikan perjalanan iman yang penuh pasang surut kepada pembaca.

Di dalam buku ini, pembaca diajak menyusuri kehidupan Romo Carolus sejak masa kecilnya di Irlandia yang keras, perjalanan spiritualnya bergabung dengan Ordo OMI (Oblat Maria Imakulata), hingga perjuangannya sebagai misionaris di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir Cilacap. Romo Carolus mengisahkan bagaimana ia berkontemplasi tentang hidupnya, merasa penuh dosa, bahkan menyebut dirinya sebagai Yudas ke-13 — bukan karena pengkhianatan, melainkan karena pergulatan batin dan rasa bersalah sebagai manusia yang tidak sempurna.

Buku ini tidak hanya berkisah tentang dirinya, tetapi juga menyingkap realitas masyarakat marginal tempat ia berkarya: kisah masyarakat miskin, anak-anak jalanan, pekerja seks komersial, narapidana Nusakambangan, dan kelompok-kelompok lain yang sering terlupakan oleh pelayanan gereja maupun masyarakat umum. Romo Carolus berani menghadirkan sisi gelap hidup manusia, sekaligus menawarkan harapan melalui pelayanan yang penuh kasih.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini disusun secara kronologis, mulai dari masa kecil Romo Carolus, panggilan imamatnya, hingga kisah-kisah pelayanan sosialnya di Indonesia. Setiap bab memiliki kekuatan naratif yang kuat seperti cerita pendek yang saling berkaitan, dengan alur personal yang membuat pembaca merasa dekat dengan tokohnya.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Sangat kuat. Refleksi pribadi Romo Carolus atas rasa bersalahnya menampilkan kerendahan hati seorang imam. Ada banyak momen yang memicu keharuan, sekaligus menggugah pembaca untuk merenungi hidup mereka sendiri. Ungkapan jujur tentang keraguan, kegagalan, serta kesetiaan pada panggilan hidupnya menjadi kekuatan utama buku ini.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Buku ini kental dengan nuansa pelayanan komunitas yang sangat lokal, terutama di pesisir Cilacap dan kawasan tertinggal lainnya. Romo Carolus menyesuaikan pelayanannya dengan kultur masyarakat sekitar, bahkan berani melibatkan dirinya dalam isu-isu sosial sensitif seperti kemiskinan struktural dan marginalisasi kaum kecil.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan komunikatif dan mudah dipahami. Namun ada beberapa istilah teologis atau bahasa Katolik yang mungkin terasa asing bagi pembaca umum non-Katolik. Gaya penulisan autobiografi yang jujur dan penuh refleksi menjadikan buku ini menyentuh sekaligus mendalam.

5. Kelebihan :

  1. Jujur dan Otentik : Sangat jarang ada autobiografi rohaniwan yang menampilkan sisi rentan dan penuh refleksi diri seperti ini. Romo Carolus dengan rendah hati membagikan kelemahannya secara terbuka.
  2. Mengangkat Realitas Sosial :  Buku ini tidak hanya tentang rohani, tapi juga tentang sosial. Kisah-kisah pelayanan di antara masyarakat miskin dan terpinggirkan membuat buku ini relevan bagi aktivis sosial maupun rohaniwan.
  3. Memberikan Inspirasi Pelayanan : Sangat cocok bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pelayanan tanpa pamrih, kerendahan hati, dan keberanian menghadapi kenyataan hidup.

6. Kelemahan :

  1. Istilah Teologis Kurang Dijelaskan : Beberapa istilah khusus dalam dunia Katolik atau teologi tidak dijelaskan secara rinci, sehingga pembaca awam perlu mencari tahu lebih lanjut untuk memahami sepenuhnya.
  2. Perlu Fokus yang Lebih Tajam : Sebagian cerita terasa melompat-lompat atau kurang fokus dalam penyampaian tema utama.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Akulah Yudas Ke-13 adalah sebuah autobiografi yang penuh kejujuran dan refleksi mendalam, sangat cocok bagi siapa saja yang ingin memahami bagaimana pergulatan iman, pelayanan sosial, dan pengabdian kepada sesama dapat berpadu dalam kehidupan seorang rohaniwan. Buku ini bukan hanya untuk umat Katolik, tetapi juga untuk siapa saja yang peduli dengan persoalan kemanusiaan dan ingin belajar tentang kerendahan hati.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 80.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
16 Jun
0

Satu Sapi Memberikan Kebagaian Bagi Masyarakat Sekitar SMK Yos Soedarso Sidareja

Sidareja, Cilacap, Jum’at, 06 Juni 2026

Selain Hari Raya Idul Fitri ada satu momentum yang membahagiakan bagi umat Islam yaitu Hari Raya Idul Fitri, Hari dimana kita di ingatkan peristiwa peringatan peristiwa kurban Nabi Ibrahim a.s. yang mengorbankan putranya, Ismail, yang kemudian digantikan oleh Allah Swt. dengan domba.

Kegiatan Idul Adha, dimulai  berkumpul pada pagi hari dan melakukan Shalat Id berjamaah di tanah lapang atau di masjid, seperti ketika merayakan Idulfitri. 

Setelah Salat Iduladha, dilakukan penyembelihan hewan kurban sebagai amalan sunah paling disukai Allah Swt. pada Idul Adha.

Dalam memperingati hari raya Idul Adha , SMK Yos Soedarso Sidareja melakukan penyembelihan 1 (satu) ekor sapi. Dalam proses penyembelihan ini Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan serta perkalialna siswa dan siswi dari anggota OSIS SMK Yos Soedarso Sidareja.

Penyembelehan sendiri diadakan di halama sekolah SMK Yos Soedarso Sidareja. Dengan diawali doa bersama yang dibacakan oleh salah satu guru yang beragama islam dengan dikumandakana suara takbir “Alloohu akbar, Alloohu akbar, Alloohu akbar! Laa ilaaha illalloohu Alloohu akbar. Alloohu akbar walillaahil hamd”   sapi pun siap untuk disembeleh.

Terlihat antusiasme Siswa/Siswi, Kepala Sekolah serta Guru dan Karyawan dalam proses penyembelehan tersebut,. Terlihat gotong – royong yang terjadi antara Siswa, Kepala Sekolah serta Guru dan Karyawan.

Setelah pemotongan selesai dan dibagi secara merata ada 215 bungkus daging kurban yang siap dibagikan kepada masyarakat sekitar diwliyaha SMK Yos Seodarso Sidareja.

Bagi Bapak Muhyasin, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Yos Soedarso Sidareaja, pembagaian daging dilingkungan SMK Yos Soedarso Sidareja adalah tepat karena dengan merangkul masyarakat sekitar dapat menjalin hubungan yang baik antara lingkungan sekolah dengan masyarakat sekitar.

Proses pembagian daging diawali dengan kupon yang dibagikan oleh sekolah kepada masyarakat sekitar sebelum hari H Idul Adha. Terlihat senyuman indah dari Siswa/Siswi, Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan dan masyarakat yang menerima pun tersenyum indah dan “mendoakan agar sekolah SMK Yos Soedarso Sidareja mendapatkan berkah yang berlimpah serta semakin maju” dan lalu di iringan ucapan “Aamiin Ya Robbal Alamin” oleh semua nya .

Penulis : Dina Nur Hidayah – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
34569