Share this article

Pada Kamis, 15 Juni 2023, suasana di Asrama Putri Papua terasa lebih hidup dari biasanya. Beberapa putri Papua tampak berkumpul di dapur asrama, bersiap untuk belajar membuat kue dari bahan dasar sagu. Kegiatan ini dipandu langsung oleh Bu Tris, yang dengan sabar dan telaten membimbing mereka langkah demi langkah. Kegiatan ini menjadi salah satu cara yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang mereka di tengah rutinitas sekolah. Pembuatan kue sagu ini bukan hanya sekadar aktivitas memasak biasa. Para siswi belajar mengenal lebih dalam tentang bahan-bahan yang digunakan, cara mencampur adonan, hingga teknik memanggang yang tepat. Mereka tampak antusias dan penuh rasa ingin tahu, saling membantu satu sama lain dan tidak segan bertanya kepada Bu Tris saat menemui kesulitan. Suasana yang tercipta begitu akrab dan hangat.

Bagi para putri Papua, kegiatan ini juga menjadi momen untuk mengenang dan merawat kembali budaya asal mereka. Sagu bukanlah bahan yang asing bagi mereka, karena merupakan bagian penting dari kuliner tradisional Papua. Meski kini mereka tinggal jauh dari kampung halaman, pengalaman membuat kue sagu ini seperti membawa mereka kembali sejenak ke rumah dan keluarga di tanah kelahiran. Di tengah kesibukan dan tekanan pelajaran di sekolah, kegiatan seperti ini menjadi ruang penyegaran yang sangat mereka butuhkan. Belajar di luar kelas, terutama melalui keterampilan hidup seperti memasak, memberi kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian. Mereka merasa dihargai dan diberi ruang untuk mengeksplorasi kemampuan baru dalam suasana yang menyenangkan.

Keterlibatan Bu Tris sebagai pendamping juga memberi pengaruh positif yang besar. Beliau tidak hanya mengajarkan resep, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai kesabaran, ketekunan, dan kerjasama dalam proses memasak. Para siswi merasa didampingi, diperhatikan, dan didukung dalam setiap proses belajar, baik di dalam maupun di luar kelas.

Setelah kue selesai dibuat, mereka berkumpul untuk mencicipi hasil buatan mereka sendiri. Meskipun beberapa masih belum sempurna, mereka tampak bangga dengan hasil kerja keras mereka. Tawa dan canda mewarnai saat-saat menikmati kue bersama. Kegiatan sederhana ini membawa sukacita tersendiri dan mempererat rasa kebersamaan di antara mereka.

Kegiatan belajar membuat kue dari sagu ini menjadi pengingat bahwa pembelajaran tidak selalu harus berlangsung di ruang kelas. Dalam suasana akrab dan kegiatan praktis, para siswi justru menemukan banyak hal baru yang memperkaya pengalaman dan memperkuat identitas diri mereka. Dengan dukungan dari orang dewasa di sekitar, seperti Bu Tris, mereka dapat terus bertumbuh menjadi pribadi yang tangguh, kreatif, dan penuh semangat.

Penulis: Chr.Rr.Ika Yuni Astuti

Editor: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025


Share this article