Genta Jaya: Ketika Literasi Keuangan Berkembang dari Sebuah Kandang Kambing
Di Desa Sidasari, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, sebuah inisiatif cerdas lahir dari refleksi atas kegagalan masa lalu. Kelompok Genta Jaya hadir bukan hanya sebagai pengelola ternak, tetapi sebagai perwujudan nyata dari semangat gotong royong dan pembelajaran kolektif.
Dari Pelajaran Menabung ke Praktek Nyata
Kelompok ini diprakarsai oleh tokoh masyarakat sebagai bagian dari implementasi program Pendidikan Kecakapan Hidup dan Literasi Keuangan (PKHLK). Salah satu modulnya mengajarkan pentingnya menabung. Melalui ternak kambing, anak dan keluarga belajar bahwa hewan ternak adalah sebuah “tabungan hidup” yang berharga. Pengalaman pahit menjadi pelajaran berharga; program ternak yang dikelola secara individu kerap gagal karena kambing cepat terjual dengan berbagai alasan. Genta Jaya lahir untuk memutus siklus ini.

Bersatu untuk Keberlanjutan: Model Kolaborasi yang Efektif
Berdasarkan kesepakatan, 54 ekor induk kambing untuk 54 keluarga penerima manfaat dikelola secara kolektif. Mereka membentuk 6 sub-kelompok (Genta Jaya 1 hingga 6) yang masing-masing beranggotakan 8-9 orang dengan seorang koordinator. Setiap anggota memiliki satu induk kambing, dan tanggung jawab pemeliharaannya diatur secara bersama. Model ini memastikan akuntabilitas, kontrol sosial, dan pembelajaran yang berkelanjutan di antara anggota.
Pilar Kesuksesan: Dukungan Sistemik dan Pendampingan
Kesuksesan Genta Jaya bukanlah sebuah kebetulan. Ia dibangun di atas tiga pilar utama:
- Dukungan Pemerintah Desa: Keberhasilan model kolaborasi ini mendapatkan respon positif dari Pemerintah Desa Sidasari. Buktinya, kelompok ini mendapat alokasi Anggaran Desa (APBDes) untuk pembuatan kandang komunal dan pinjaman lahan desa untuk dijadikan “Bank Pakan”, sebuah lahan khusus untuk menanam pakan ternak guna menjamin keberlanjutan usaha.
- Pendampingan Ahli: Kelompok ini didampingi oleh pelopor ternak setempat, Bapak Nano, yang menjadi sumber ilmu dan motivasi. Koordinator dan anggota secara rutin berkonsultasi mengenai cara efektif merawat kambing, pencegahan penyakit, dan strategi pengembangan.
- Model Kolektif yang Tangguh: Sistem kelompok mampu menahan tekanan ekonomi individu. Ketika satu anggota ingin menjual kambingnya, prosesnya harus melalui musyawarah kelompok, sehingga fungsi kambing sebagai “tabungan” benar-benar terjaga untuk jangka panjang.
Dampak yang Melampaui Kandang: Menjadi Model Ketahanan Pangan Desa
Keberhasilan Genta Jaya telah menjadi inspirasi. Model ini kini direplikasi oleh kelompok-kelompok ternak baru di desa yang juga didanai oleh APBDes. Penerima manfaatnya adalah warga dari Program Keluarga Harapan (PKH), yang menunjukkan bagaimana program sosial dan ekonomi dapat bersinergi.
Genta Jaya telah menjelma menjadi salah satu andalan program ketahanan pangan Desa Sidasari. Mereka tidak hanya menabung untuk masa depan keluarga masing-masing, tetapi juga bersama-sama membangun ketahanan ekonomi desa yang lebih kokoh, dimulai dari kandang kambing mereka.
“Dari Sidasari untuk Indonesia: Ketahanan pangan dimulai dari semangat gotong royong, satu kandang yang dikelola bersama”. (Kristina Widayanti – Person In Charge Program Protection)
Penulis : Mino Martani
No Comments