Blog

20 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : MAFIA IRLANDIA DI KAMPUNG LAUT

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Mafia Irlandia di Kampung Laut – Jejak Romo Carolus

                                    OMI Memperjuangkan Kemanusiaan

Penulis                     : Anjar Anastaya, DKK.

Penerbit                  : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit          : 2012

ISBN                          : 978-979-22-9739-3

Jumlah Halaman   : xxvi+172

  1. SINOPSIS

Buku ini merupakan biografi sosial Romo Carolus, pastor asal Irlandia yang meninggalkan kenyamanan Eropa untuk mengabdikan hidupnya di sebuah sudut kecil Indonesia: Kampung Laut, Cilacap. Di tengah lingkungan yang keras dan penuh tantangan, Romo Carolus hadir bukan sekadar sebagai rohaniwan, melainkan sebagai sosok ayah, sahabat, sekaligus pejuang hak-hak kemanusiaan. Judul Mafia Irlandia sengaja dipilih untuk menyoroti keberanian Romo Carolus melawan berbagai bentuk ketidakadilan sosial, kemiskinan, dan kebodohan struktural. Kisah-kisah dalam buku ini menampilkan bagaimana Romo Carolus menjalani kehidupannya secara total untuk masyarakat, tanpa memandang agama, suku, atau latar belakang sosial.

Buku ini juga memperlihatkan bagaimana keberanian dan keteguhan Romo Carolus melahirkan transformasi sosial di Kampung Laut, dari masyarakat yang termarginalkan menjadi masyarakat yang memiliki rasa percaya diri dan harga diri. Dibubuhi komentar para tokoh nasional seperti Ahmad Syafii Maarif, Merry Riana, Andy F. Noya, hingga Mgr. Julius Sunarka SJ, buku ini bukan sekadar biografi, melainkan dokumen perjuangan sosial kemanusiaan yang sangat relevan hingga kini.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini memiliki struktur naratif yang rapi. Diawali dengan latar belakang kehidupan Romo Carolus di Irlandia, kemudian berlanjut pada kisah pengabdiannya di Indonesia, dan diakhiri dengan refleksi warisan perjuangannya. Tiap bab ditulis dengan gaya naratif-reportase, dilengkapi foto-foto dokumentasi, serta testimoni dari masyarakat dan tokoh-tokoh terkenal. Struktur naratif yang sistematis membuat pembaca lebih mudah mengikuti perjalanan hidup sang tokoh.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Daya tarik emosional buku ini sangat kuat. Pembaca akan terhanyut dalam kisah-kisah ketidakadilan sosial yang dihadapi masyarakat kecil, lalu merasakan haru saat melihat bagaimana Romo Carolus hadir memberi harapan nyata. Secara psikologis, buku ini membangun empati, membakar semangat pembaca untuk tidak tinggal diam melihat ketidakadilan, dan memotivasi siapa saja untuk bergerak demi kebaikan sesama.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Dalam Mafia Irlandia di Kampung Laut, pendekatan komunitas dan budaya lokal Romo Carolus lebih ditampilkan secara mendalam dan luas. Ia hadir sebagai bagian dari warga Kampung Laut, menyatu dengan kehidupan mereka, dan mendukung perjuangan masyarakat dari dalam. Romo Carolus tidak memaksakan nilai luar, tetapi justru menguatkan budaya lokal dengan semangat kemanusiaan universal. Melalui pendekatan ini, Romo Carolus menjadi jembatan antara kehidupan tradisional dan tantangan modern tanpa menghilangkan identitas masyarakat setempat.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Sebagai buku terbitan Gramedia, kualitas penyuntingan sangat baik. Bahasa yang digunakan lugas, ringan, namun tetap bernas. Kombinasi antara gaya jurnalistik, biografis, dan reflektif membuat buku ini tidak membosankan. Testimoni dari berbagai tokoh nasional memperkuat kualitas isi buku dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca lintas generasi.

5. Kelebihan :

  1. Lengkap dan Informatif: Buku ini menyajikan gambaran menyeluruh mengenai perjalanan hidup Romo Carolus, mulai dari masa kecil hingga perjuangannya bersama masyarakat, sehingga memberikan pemahaman utuh tentang sosoknya.
  2. Emosional dan Inspiratif:  Cerita-cerita yang ditampilkan berhasil membangkitkan empati pembaca terhadap perjuangan kaum kecil yang sering terpinggirkan, sekaligus menginspirasi untuk peduli dan terlibat dalam kehidupan sosial.
  3. Ditunjang Testimoni Tokoh Nasional: Kehadiran testimoni dari tokoh-tokoh nasional menambah kredibilitas buku, sekaligus memberikan sudut pandang lain yang memperkaya isi dan pesan yang ingin disampaikan.

6. Kelemahan :

  1. Fokus Terbatas di Satu Wilayah: Cerita dalam buku lebih banyak berpusat pada Kampung Laut, sehingga kurang menggambarkan kontribusi Romo Carolus di wilayah lain, padahal kiprahnya tidak hanya terbatas di sana.
  2. Beberapa Bagian Terasa Repetitif: Ada beberapa bagian yang terasa berulang atau mengangkat tema serupa, sehingga bisa menimbulkan kesan monoton bagi pembaca yang mengharapkan variasi cerita yang lebih dinamis.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Mafia Irlandia di Kampung Laut adalah buku wajib baca bagi siapa saja yang ingin memahami bagaimana semangat kemanusiaan diterjemahkan dalam tindakan nyata. Buku ini bukan hanya bicara soal agama, tetapi soal keberanian memperjuangkan hak asasi manusia. Sangat direkomendasikan untuk aktivis sosial, rohaniwan, mahasiswa, dan siapa saja yang ingin terinspirasi oleh kisah nyata keberanian seorang asing yang menjadi “putra daerah” bagi masyarakat Cilacap.

Rating: ★★★★★ (4,7/5)

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
20 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU :  SEMUA ORANG MASUK SURGA

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Semua Orang Masuk Surga

Penulis                     : Romo FA Teguh Santosa, Pr., et al.

Jumlah Halaman   : 132

  1. SINOPSIS

Buku Semua Orang Masuk Surga merupakan penghormatan istimewa bagi perjalanan hidup dan karya pastoral Romo Carolus, seorang imam Katolik dari Ordo Missionari Oblat Maria Immaculata (OMI). Buku ini hadir dalam rangka memperingati 50 tahun imamat beliau. Judul buku ini mencerminkan pandangan Romo Carolus yang inklusif, penuh kasih, dan menolak pandangan eksklusif mengenai siapa yang layak atau tidak layak masuk surga.

Romo Carolus menghayati imamatnya dengan cara yang tidak biasa: hidup sederhana, membaur bersama masyarakat marginal, dan lebih banyak mendekatkan diri kepada mereka yang terpinggirkan oleh sistem sosial maupun agama. Salah satu komunitas yang paling dekat dengannya adalah masyarakat kecil di Kampung Laut, Cilacap.

Dalam buku ini, pembaca diajak merenungkan nilai-nilai kristiani yang dihidupi Romo Carolus: kasih tanpa syarat, penerimaan tanpa diskriminasi, dan keyakinan bahwa aturan dan hukum gereja ada untuk mendukung kemanusiaan, bukan untuk membelenggunya. Baginya, tidak ada batasan siapa yang berhak menerima kasih Tuhan. Prinsip hidupnya sederhana: “Romo Carolus akan bahagia kalau bisa membahagiakan orang lain.”

Melalui refleksi mendalam, kisah hidupnya dalam buku ini menginspirasi pembaca untuk melihat kehidupan dengan cara yang lebih terbuka, penuh kasih, dan rendah hati.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini tidak ditulis dalam bentuk biografi utuh atau novel. Ia lebih merupakan kumpulan refleksi dan catatan-catatan pendek dari berbagai pengalaman, pemikiran, dan kisah nyata yang dialami Romo Carolus. Alur dalam buku ini bersifat tematik, bukan kronologis. Setiap bagian bisa berdiri sendiri namun tetap saling melengkapi untuk membentuk gambaran utuh tentang siapa Romo Carolus sebenarnya. Hal ini membuat pembaca dapat membaca buku secara acak tanpa kehilangan makna, karena setiap bagian mengandung pesan moral dan spiritual tersendiri.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Daya sentuh emosional buku ini cukup kuat, terutama pada bagian-bagian yang menceritakan keakraban Romo Carolus dengan masyarakat kecil. Ada kelembutan yang mengalir dari setiap kalimatnya. Buku ini membawa pembaca masuk ke dunia seorang pastor yang memilih jalan sunyi, jauh dari kemegahan gereja, demi hadir bagi mereka yang sering kali dilupakan.

Secara psikologis, buku ini menenangkan jiwa, memberi rasa damai, dan menguatkan harapan bahwa kasih dan pengampunan Tuhan melampaui segala batas manusia.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Pendekatan komunitas dalam Semua Orang Masuk Surga terlihat dari bagaimana Romo Carolus memilih untuk hidup bersama masyarakat Kampung Laut, bukan sekadar datang membantu lalu pergi. Ia membaur, memahami budaya lokal, dan melayani dengan penuh empati tanpa membedakan latar belakang agama atau status sosial. Kasih tanpa syarat menjadi dasar pendekatannya, sehingga nilai-nilai ajaran iman yang ia bawa justru terasa membumi dan relevan dengan kehidupan masyarakat pesisir. Kehadirannya menjadi sahabat, bukan hanya sebagai pastor.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan sangat sederhana, komunikatif, tanpa banyak istilah teologis sulit. Penulis tampaknya memang sengaja menggunakan bahasa sehari-hari agar pesan-pesan yang ingin disampaikan bisa diterima oleh semua kalangan. Ini membuat buku terasa hangat dan bersahabat. Gaya penyampaiannya reflektif—seringkali terasa seperti sedang mendengarkan seorang pastor tua berbicara penuh kasih di hadapan jemaatnya.

5. Kelebihan :

  1. Inspiratif: Menghadirkan semangat hidup sederhana dengan cara melayani sesama. Hal tersebut dapat menjadi inspirasi banyak orang untuk berbuat baik kepada sesamanya. Bukan hanya memikirkan dirinya sendiri atau orang dengan kasta yang tinggi, tetapi juga memperhatikan dan menolong orang orang lemah, miskin, tersingkir, bahkan tertindas.
  2. Bahasa Sederhana :  Mudah dipahami oleh berbagai kalangan dengan bahasanya yang mudah dan membuat pembaca seolah-olah merasa dekat.
  3. Memberikan Inspirasi Pelayanan : Mengajak pembaca merenungkan ulang arti kehidupan, hukum, dan kasih yang sebenarnya. Cinta agape dan bukan cinta eros.

6. Kelemahan :

  1. Minim Data Biografis Lengkap : Tidak menyajikan banyak detail tentang riwayat hidup Romo Carolus. Hal ini membuat sebagian pembaca bingung dan bertanya-tanya siapakah dan bagaimana kehidupan Romo Carolus yang diceritakan dalam buku tersebut.
  2. Kurang Variasi Gaya Cerita : Struktur naratif terasa datar dan monoton dikarenakan formatnya berupa kumpulan refleksi tanpa alur yang dramatik.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Semua Orang Masuk Surga adalah buku reflektif yang layak dibaca siapa saja yang ingin memahami nilai kasih tanpa batas dalam kehidupan nyata. Sangat direkomendasikan untuk kalangan umat Katolik, aktivis sosial, hingga masyarakat umum yang sedang mencari inspirasi hidup sederhana namun penuh makna. Buku ini bukan hanya berbicara tentang gereja, tetapi tentang kemanusiaan universal.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
18 Jun
0

MODUL LIFE STAGE 1 : PENGASUHAN RESPONSIF

  1. PENGANTAR

Modul Life Stage 1 ini adalah program perkembangan anak oleh ChildFund International di Indonesia dan mengangkat judul “Pengasuhan Responsif” yang dimana pengasuhan responsif itu sendiri adalah ketrampilan dan tanggung jawab orangtua dalam mendidik dan merawat anak yang tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan dasar anak usia dini. Bab pertama buku ini adalah “Cinta Dapat Menebus Semua Kesalahan Pengasuhan”. Modul ini menjadi salah satu modul yang cocok bahkan sangat penting untuk dibaca oleh para orang tua atau bahkan para calon orang tua agar dapat memberi pola pengasuhan yang baik pada anak. Buku ini terdiri dari 5 sub bab dan 20 materi  yakni sebagai berikut :

  1. Ketrampilan Pengasuhan Responsif
  2. Arti Pengasuhan
  3. Tujuan Jangka Pendek dan Tujuan Jangka Panjang
  4. Disiplin Positif untuk Anak Usia Dini
  5. Aturan Positif dan Pernyataan Saya untuk Mengembangkan Disiplin Positif
  6. Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini
  7. Ciri-ciri Umum Perkembangan Anak Usia Dini
  8. Pengurangan Risiko Bencana
  9. Mengenal Rumah yang Aman
  10. Mengenal Jenis-jenis Bencana Alam
  11. Pengurangan Risiko Bencana Banjir
  12. Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi
  13. Perlindungan Anak dalam Keluarga
  14. Memahami Anak
  15. Memahami Kekerasan pada Anak
  16. Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini
  17. Stimulasi Kognitif
  18. Stimulasi Psikomotor
  19. Stimulasi Bahasa
  20. Stimulasi Sosial-Emosional

SUB BAB 1

KETRAMPILAN PENGASUHAN RESPONSIF

  1. ARTI PENGASUHAN

Pengasuhan responsif adalah keterampilan dan tanggung jawab orang tua untuk mendidik dan merawat anak dengan tanggap terhadap kebutuhan dasar anak usia dini, baik fisik, emosi, maupun sosial. Dalam proses pengasuhan, kita perlu memahami bahwa:

  1. Anak bukan milik kita, tetapi titipan Tuhan yang kelak akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri.
  2. Tugas orang tua adalah mendampingi, membimbing, dan membentuk anak agar bisa tumbuh menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat.
  3. Puisi “Anakmu Bukanlah Milikmu” karya Kahlil Gibran mengingatkan bahwa anak memiliki kehidupan dan masa depan sendiri. Orang tua adalah “busur”, anak adalah “anak panah” yang akan melesat menuju tujuan hidupnya.

Untuk membantu proses pengasuhan, kita mengenal Konsep Pengasuhan HPM3:

  1. Responding (Merespon) : Merespon anak dengan tepat dan penuh perhatian.
  2. Preventing (Mencegah) : Mencegah anak dari perilaku bermasalah atau berisiko.
  3. Monitoring (Memantau) : Mengawasi anak saat berinteraksi dengan lingkungannya.
  4. Mentoring (Mendampingi) : Mendampingi anak secara aktif dalam belajar dan berperilaku.
  5. Modelling (Menjadi Teladan) : Memberikan contoh perilaku yang baik karena anak belajar dari melihat orang tuanya.

Inti dari materi ini yakni pengasuhan adalah tanggung jawab bersama untuk menciptakan anak-anak yang sehat, cerdas, berakhlak, dan siap menghadapi masa depannya.

  • TUJUAN JANGKA PENDEK DAN YANGKA PANJANG

Dalam pengasuhan, orang tua memiliki dua jenis harapan terhadap anak:

  1. Harapan jangka panjang, yaitu cita-cita orang tua agar anak memiliki karakter atau sifat positif ketika dewasa, seperti bertanggung jawab, mandiri, penuh kasih, dan percaya diri.
  2. Harapan jangka pendek, yaitu keinginan orang tua terhadap perilaku anak yang diharapkan segera terjadi, misalnya anak berhenti ribut, tidak merengek, atau membereskan mainan.

Namun, sering kali dalam kehidupan sehari-hari, orang tua lebih fokus pada harapan jangka pendek dengan cara memarahi atau membentak anak. Hal ini justru bisa menghambat tercapainya tujuan jangka panjang, karena anak belajar dari contoh perilaku orang tua, bukan hanya dari nasihat. Oleh karena itu, untuk mencapai harapan jangka panjang, orang tua perlu menunjukkan sikap atau perilaku baik tersebut setiap hari, sehingga anak meniru dan menanamkan nilai tersebut dalam dirinya.

Inti dari materi ini adalah anak belajar dari apa yang ia lihat dan rasakan, bukan hanya dari apa yang ia dengar. Jika ingin anak bertumbuh menjadi pribadi yang baik, maka orang tua harus lebih dulu menunjukkan sikap-sikap baik itu dalam keseharian mereka.

  • DISIPLIN POSITIF UNTUK ANAK USIA DINI

Disiplin positif adalah cara mendidik anak tanpa kekerasan, dengan mengajarkan tanggung jawab, rasa hormat, dan pengendalian diri, sesuai tahapan perkembangan anak. Anak usia dini (0–7 tahun) sedang berada di fase eksplorasi dan belajar dengan meniru lingkungan sekitarnya. Karena itu, orang tua perlu menjadi model positif dalam kesehariannya.

Beberapa prinsip penting dalam disiplin positif:

  1. Berkuasa dengan penuh kasih, bukan otoriter, tapi penuh cinta dan ketegasan.
    1. Gunakan kata-kata positif, fokus pada perilaku, bukan menyerang pribadi anak.
    1. Tegaskan secara konsisten, beri tahu anak apa yang boleh dilakukan, bukan hanya larangan.
    1. Kenalkan batasan yang jelas, kebebasan boleh, tapi tetap ada aturan yang konsisten.
    1. Berikan konsekuensi, bukan hukuman, agar anak belajar dari akibat perbuatannya, bukan karena takut dihukum.

Dengan disiplin positif, anak belajar membuat keputusan yang baik, menghormati orang lain, bertanggung jawab, dan memiliki kontrol diri.

Inti dari materi ini adalah mengingatkan kita bahwa sejatinya Anak tidak belajar dari marah atau hukuman, tapi dari contoh, komunikasi yang baik, dan konsistensi orang tua.

  • ATURAN POSITIF DAN PERNYATAAN SAYA UNTUK MENGEMBANGKAN DISIPLIN POSITIF

Disiplin positif tidak hanya tentang aturan, tetapi juga tentang bagaimana kita berkomunikasi dengan anak. Dalam sesi ini, orang tua belajar dua keterampilan utama:

  1. Aturan Positif

Aturan positif adalah aturan yang disampaikan dengan cara positif, tanpa kata “jangan”, agar anak lebih mudah memahami perilaku yang diharapkan. Contohnya: (SALAH) “Jangan bertengkar dengan teman” (BENAR) “Bermain bersama teman dengan baik”. Dengan aturan positif, anak belajar apa yang boleh dilakukan, bukan hanya apa yang tidak boleh dilakukan.

  • Pernyataan Saya

Pernyataan saya (I Statement) membantu orang tua menyampaikan perasaan pribadi terhadap perilaku anak tanpa menyalahkan. Dengan cara ini, anak tidak merasa dihakimi dan anak belajar memahami dampak tindakannya terhadap orang lain, selain itu komunikasi lebih terbuka dan penuh kasih. Contoh: “Ibu merasa cemas ketika melihat kamu lari di dalam rumah karena takut kamu jatuh”. Dengan berlatih membuat pernyataan saya, orang tua membantu anak membangun empati, tanggung jawab, dan rasa percaya diri.

Inti dari materi ini yaitu penegasan bahwa aturan positif membantu anak tahu apa yang harus dilakukan, dan pernyataan saya membantu anak memahami dampaknya bagi orang lain. Dengan latihan yang terus-menerus, kedua keterampilan ini akan memperkuat pola pengasuhan penuh kasih dalam keluarga.

  • PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK USIA DINI

Pendidikan seksual untuk anak bukan mengajarkan hal yang tidak pantas, tapi membekali anak agar bisa melindungi diri dari bahaya pelecehan seksual. Di sesi ini, orang tua belajar 3 hal utama:

  1. Mengajarkan Nama Tubuh dengan Benar. Anak perlu mengenal seluruh bagian tubuhnya, termasuk alat kelamin, dengan nama yang benar (penis, vagina, payudara). Ini penting agar :
    1. Anak tidak bingung saat bercerita.
    1. Anak bisa melapor dengan jelas jika terjadi sesuatu yang tidak wajar.
  2. Mengajarkan Batasan Tubuh. Anak perlu tahu:
  3. Tubuhnya adalah miliknya sendiri.
  4. Ada bagian pribadi yang tidak boleh disentuh orang lain tanpa izin (payudara, alat kelamin, pantat).
  5. Anak berhak berkata “TIDAK” kepada siapapun yang melanggar batas tersebut.
  6. Mengajarkan Mana Sentuhan yang Baik dan Tidak Baik. Anak perlu tahu tentang mana sentuhan baik dan tidak. Bukan hanya berdasarkan pada siapa yang menyentuhnya. Anak perlu tahu tentang 3 sentuhan berikut :
  7. Sentuhan baik: Membuat nyaman dan aman (misalnya dipeluk orang tua).
  8. Sentuhan tidak baik: Menyakiti atau membuat takut.
  • Sentuhan pelecehan seksual: Menyentuh bagian pribadi, membuat anak tidak nyaman, dan sering disertai permintaan untuk merahasiakan.

Inti dari materi ini adalah bahwasanya pendidikan seksual sejak dini justru melindungi anak dari pelecehan seksual, anak tau bahwa ia memiliki hak atas tubuhnya, dan orangtua wajib untuk dapat menjadi tempat aman untuk anak bercerita. Dengan komunikasi terbuka dan pengajaran yang tepat, kita membantu anak berani berkata “TIDAK” dan dapat melindungi dirinya sendiri dari bahaya pelecehan.

  • CIRI-CIRI UMUM PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Anak usia dini memiliki ciri khas yang perlu dipahami orang tua agar proses pengasuhan lebih efektif dan penuh kasih. Dengan memahami ciri-ciri ini, orang tua bisa mengurangi stres saat menghadapi perilaku anak. Beberapa ciri umum anak usia dini:

  1. Punya rasa ingin tahu yang besar, suka bertanya, mencoba, membongkar benda, dan mengeksplorasi lingkungan sekitar
    1. Unik, tiap anak berbeda dalam bakat, minat, gaya belajar
    1. Suka berimajinasi, kadang sampai punya teman khayalan
    1. Masa emas belajar, pertumbuhan dan perkembangan pesat, perlu stimulasi yang tepat
    1. Egosentris, anak melihat dunia dari sudut pandangnya sendiri
    1. Konsentrasi pendek, perhatian mudah teralihkan
    1. Makhluk sosial, mulai suka bermain bersama, belajar berbagi, menunggu giliran

Selain itu, anak usia dini butuh rasa aman, rutinitas, pengalaman langsung, dan banyak bermain. Perkembangan anak mencakup lima aspek:

  1. Kognitif (berpikir)
  2. Psikomotor (gerak tubuh)
  3. Bahasa (berbicara & memahami kata)
  4. Sosial (berinteraksi)
  5. Emosional (perasaan)

Inti dari materi ini adalah setiap anak itu unik, penuh rasa ingin tahu, sedang belajar memahami dunia, dan sangat butuh dukungan penuh kasih dari orang tua. Memahami lima aspek perkembangan ini penting agar orang tua bisa mendampingi anak tumbuh optimal sesuai kebutuhan usianya.

SUB BAB 2

PENGURANGAN RESIKO BENCANA

  1. MENGENAL RUMAH YANG AMAN

Rumah adalah tempat anak tumbuh, bermain, dan belajar. Tapi tanpa disadari, ada banyak benda dan situasi di rumah yang bisa membahayakan anak jika tidak berhati-hati. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenalkan berbagai hal yang bisa membahayakan anak di rumah. Beberapa hal yang bisa membahayakan anak di rumah:

  1. Stop kontak, bisa menyetrum jika disentuh dengan tangan atau benda
  2. Setrika panas, bisa menyebabkan luka bakar kalau disentuh saat menyala
  3. Kompor menyala, berisiko terbakar jika anak bermain di sekitarnya
  4. Bahan beracun, seperti pembersih lantai atau obat nyamuk cair yang bisa berbahaya kalau terminum
  5. Korek api, bisa memicu kebakaran jika dimainkan oleh anak

Dengan mengenalkan benda-benda berbahaya ini lewat gambar atau langsung saat beraktivitas, anak akan belajar menjaga dirinya sendiri. Selain itu, orang tua perlu memberikan contoh, mendampingi, dan memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana agar anak lebih mudah memahami.

Intinya pada materi ini yakni rumah akan jadi tempat yang aman kalau anak tahu mana yang boleh disentuh dan mana yang harus dihindari. Tugas kita sebagai orang tua adalah selalu mendampingi anak agar tetap aman, nyaman, dan terlindungi di rumah.

  • MENGENAL JENIS-JENIS BENCANA ALAM

Anak usia dini perlu mulai dikenalkan tentang bencana alam agar mereka lebih waspada terhadap lingkungan sekitar. Melalui kegiatan tebak gambar, anak-anak belajar mengenal berbagai jenis bencana secara sederhana, menyenangkan, dan sesuai dengan dunia mereka. Beberapa jenis bencana yang dikenalkan:

  1. Banjir
  2. Tsunami
  3. Gempa bumi
  4. Tanah longsor
  5. Kebakaran
  6. Angin puting beliung

Melalui pengenalan gambar, anak-anak diajak menceritakan apa yang mereka lihat, didampingi oleh orang tua agar lebih mudah memahaminya. Selain mengenalkan bencana kepada anak, orang tua juga diajak untuk:

  1. Tetap tenang dan tidak panik saat terjadi bencana
  2. Menyiapkan dokumen penting (akta, sertifikat, ijazah, buku tabungan, BPKB, dll)
  3. Menyimpan dokumen penting di tempat aman, terutama bagi yang tinggal di daerah rawan banjir
  4. Menyediakan persediaan makanan darurat
  5. Mengenali lingkungan sekitar, titik kumpul aman, dan jalur evakuasi
  6. Berkoordinasi dengan tetangga atau aparat desa untuk persiapan bencana

Intinya dari materi ini adalah dengan mengenalkan bencana sejak dini, anak belajar memahami situasi berbahaya di sekitarnya. Orang tua juga lebih siap melindungi keluarga saat bencana terjadi. Kegiatan ini mudah dilakukan di rumah cukup dengan gambar-gambar sederhana dan bercerita bersama anak.

  • PENGURANGAN RISIKO BENCANA BANJIR

Banjir adalah salah satu bencana yang sering terjadi, terutama saat musim hujan. Anak-anak perlu dikenalkan sejak dini tentang bencana banjir agar mereka tahu cara menjaga diri. Dengan pengenalan ini, orang tua bisa membantu anak lebih siap jika suatu saat banjir terjadi. Beberapa hal penting yang perlu dipahami anak dan orang tua:

  1. Jangan bermain di saluran air saat banjir, bisa terbawa arus
  2. Matikan listrik di rumah, agar terhindar dari bahaya tersetrum
  3. Segera cari tempat aman yang lebih tinggi, untuk menghindari air yang semakin naik
  4. Amankan barang berharga, simpan di tempat yang lebih tinggi agar tidak rusak
  5. Hubungi bantuan, jika kondisi banjir semakin parah, cari bantuan dari tetangga, perangkat desa, atau posko terdekat

Selain itu, kita juga bisa ikut mencegah banjir sejak awal:

  1. Tidak membuang sampah sembarangan
  2. Menanam pohon agar air hujan bisa lebih cepat meresap ke tanah

Inti dari materi ini adalah anak perlu tahu apa yang harus dilakukan saat banjir agar tetap aman. Orang tua punya peran penting untuk mengajarkan anak menjaga diri, tidak panik, dan membiasakan hidup bersih agar lingkungan terjaga. Banjir bisa terjadi kapan saja, tapi risikonya bisa kita kurangi bersama

  • PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPA BUMI

Gempa bumi bisa terjadi kapan saja tanpa kita duga. Penting bagi orang tua untuk mengenalkan pengurangan risiko bencana gempa bumi kepada anak sejak dini, supaya anak tahu bagaimana cara melindungi diri saat gempa terjadi. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan saat terjadi gempa bumi:

  1.  Lindungi kepala, cari perlindungan di bawah meja atau lindungi kepala dengan bantal
  2. Menjauh dari kaca atau benda yang mudah pecah, supaya tidak terkena pecahan
  3. Matikan kompor, untuk mencegah kebakaran
  4. Keluar menuju tempat terbuka, jika memungkinkan, segera cari tempat yang aman
  5.  Jangan panik, tetap tenang agar bisa berpikir jernih

Selain itu, setelah gempa terjadi, perlu kita ingat dan ajarkan kepada anak-anak kita hal-hal berikut:

  1. Jangan langsung masuk ke rumah, tunggu sampai aman
  2. Pakai alas kaki yang kuat, untuk melindungi kaki dari pecahan kaca atau benda tajam
  3. Periksa luka dan cari bantuan, jika ada yang terluka

Pengurangan risiko juga bisa dilakukan sebelum terjadi gempa dengan mengenalkan langkah-langkah penyelamatan kepada anak, misalnya lewat gambar atau lagu.

Inti dari materi ini yakni anak perlu tahu bagaimana melindungi diri saat terjadi gempa. Orang tua berperan penting untuk membimbing anak tetap tenang dan tahu cara menyelamatkan diri. Dengan pengenalan ini, risiko bahaya bisa dikurangi, dan anak merasa lebih aman.

BAB 3

PERLINDUNGAN ANAK DALAM KELUARGA

  1. MEMAHAMI HAK ANAK

Anak bukan hanya “kecil”, tapi manusia utuh yang punya hak yang sama seperti orang dewasa. Orang tua punya peran besar untuk memastikan hak-hak anak terpenuhi agar mereka bisa tumbuh bahagia dan berkembang optimal. Beberapa hak dasar anak yang perlu kita jaga:

  1. Hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang, anak butuh makanan bergizi, tempat tinggal layak, air bersih, pendidikan, kesehatan, dan waktu bermain
  2. Hak perlindungan, anak harus terlindungi dari kekerasan, penelantaran, eksploitasi, dan perlakuan brutal
  3. Hak partisipasi, anak boleh berpendapat, menyampaikan perasaannya, dan didengar
  4. Hak mendapatkan informasi yang sesuai dengan usianya

Prinsip penting dalam perlindungan anak yakni:

  1. Non-diskriminasi (semua anak berhak diperlakukan setara)
  2. Kepentingan terbaik bagi anak (utamakan kebutuhan anak, bukan orang tua)
  3. Kelangsungan hidup dan perkembangan
  4. Penghargaan terhadap pendapat anak

Inti materi ini adalah anak punya hak untuk hidup sehat, bahagia, dilindungi, dan didengar. Orang tua adalah orang pertama yang wajib menjaga, memenuhi, dan menghormati hak anak setiap hari.

  • MEMAHAMI KEKERASAN PADA ANAK

Anak berhak hidup dengan aman, tanpa kekerasan. Tapi sayangnya, kekerasan sering terjadi dan bahkan kadang di rumah sendiri. Penting untuk kita, sebagai orang tua, sadar dan mengenali apa saja bentuk kekerasan terhadap anak agar bisa mencegah dan melindungi mereka. Bentuk kekerasan terhadap anak ada 5:

  1. Kekerasan fisik (memukul, menjewer, hukuman fisik lainnya)
  2. Kekerasan emosional (menghina, membentak, mempermalukan)
  3. Kekerasan seksual (sentuhan tidak pantas, eksploitasi)
  4. Penelantaran (tidak memenuhi kebutuhan dasar anak)
  5. Eksploitasi (memanfaatkan anak untuk keuntungan orang lain)

Kekerasan bisa terjadi di mana saja seperti di sekolah, lingkungan, di media sosial, bahkan rumah tempat yang kita kira aman sekalipun bisa saja menjadi tempat yang berbahaya. Dampak kekerasan pada anak sangat serius. Anak bisa tumbuh dengan luka batin, sulit percaya orang lain, mudah marah, bahkan mengalami trauma yang terbawa sampai dewasa. Faktor risiko anak mengalami kekerasan bisa dari:

  1. Lingkungan keluarga yang tidak sehat
  2. Orang tua belum paham kebutuhan anak
  3. Kemiskinan atau tekanan hidup
  4. Lingkungan sekitar yang penuh kekerasan
  5. Anak yang penurut berlebihan atau takut figur berkuasa

Tapi anak juga bisa dilindungi oleh banyak hal seperti keluarga yang mendukung, lingkungan yang positif, orang dewasa yang peduli dan mau mendengarkan anak, dan pengasuhan yang hangat dan penuh kasih sayang.

Inti dari materi ini adalah orang tua itu pelindung utama anak. Kita punya tanggung jawab untuk menciptakan rumah yang aman, penuh cinta, dan menjadi tempat terbaik bagi anak bertumbuh tanpa rasa takut. Anak butuh orang tua yang bukan hanya menyayangi, tapi juga melindungi.

BAB 4

STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

  1. STIMULASI KOGNITIF

Setiap anak dilahirkan dengan potensi luar biasa. Agar potensi itu berkembang optimal, orang tua perlu memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahap usia anak. Salah satu stimulasi penting dalam tumbuh kembang adalah stimulasi kognitif, yaitu stimulasi untuk merangsang kemampuan berpikir, memahami, mengingat, memecahkan masalah, dan menemukan hal-hal baru. Stimulasi kognitif tidak bisa disamakan untuk semua usia. Anak usia dini memiliki tahap perkembangan berpikir yang berbeda sesuai dengan usianya. Karena itu, stimulasi kognitif dibagi menjadi 3 tahap utama:

  1. Usia 2-3 tahun: Pada usia ini, anak mulai mengenali benda di sekitarnya dan senang mencoba hal baru. Anak mulai bisa memahami perintah sederhana, mengenali warna dan bentuk, menyebut nama benda, serta belajar menyusun dan menyortir benda. Ini adalah masa di mana otak anak sangat aktif menghubungkan pengalaman dengan kata-kata dan gerakan. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Buah Itu Enak : Melalui kegiatan menggambar buah, anak tidak hanya belajar tentang bentuk dan warna, tapi juga memperkaya kosakata. Aktivitas sederhana ini juga melatih motorik halus, membuat anak belajar memegang alat gambar, mewarnai, atau bahkan menggunting. Semakin sering orang tua menemani, semakin kuat kedekatan yang terbangun. Anak merasa didukung, dihargai, dan senang.
  3. Piramida : Menyusun piramida dari gelas plastik atau benda apa saja di rumah bukan cuma permainan iseng. Ini latihan berpikir logis. Anak belajar bagaimana benda kecil harus berada di atas benda besar agar tidak roboh. Kalau berhasil, mereka bangga. Kalau gagal, mereka belajar untuk mencoba lagi. Dari sini anak diajari kesabaran, konsentrasi, keberanian mencoba, dan rasa percaya diri.
  4. Mencari Huruf A : Permainan mencari huruf di pasir atau tepung tampak sepele, tapi sebenarnya melatih anak berpikir teliti. Anak diajak mengenal bentuk huruf, melatih fokus mata, melatih gerak jemari, sekaligus memperkenalkan kosakata. Ini langkah awal menuju dunia membaca dan menulis yang menyenangkan.
  • Usia 3-4 tahun: Di usia ini, anak mulai bisa berpikir lebih kompleks. Anak mulai memahami konsep sederhana seperti besar-kecil, banyak-sedikit, mulai mengenali angka, menyebutkan warna, dan mulai suka bermain pura-pura. Imajinasi berkembang pesat, dan anak mulai sering bertanya tentang banyak hal. Stimulasi kognitif pada tahap ini membantu anak mengembangkan daya pikir dan memperkaya kosakata.
  • Permainan Kotak Misteri : Lewat kotak misteri, anak belajar mengenali benda lewat rabaan, tanpa melihat. Ini bukan sekadar menebak, tapi latihan konsentrasi, ingatan, keberanian, dan rasa percaya diri. Bisa dibuat dari kardus sepatu dan mainan seadanya. Murah, fleksibel, penuh manfaat.
  • Permainan Kartu Domino Bentuk & Warna : Anak diajak berpikir, mencocokkan gambar, mengenali warna dan bentuk, sekaligus belajar menyelesaikan masalah. Kalau sudah lancar, bisa ditingkatkan dengan menambah angka atau huruf. Semua bisa dibuat dari kardus bekas. Murah meriah, manfaatnya besar.
  • Bermain Puzzle : Puzzle sederhana (kurang dari 6 keping) membantu anak berpikir konkret, mengenali bagian dan keseluruhan, sekaligus melatih fokus. Bisa dibuat sendiri di rumah, bahkan dari gambar yang dipotong. Anak belajar sambil bermain, tanpa merasa dipaksa.
  • Usia 4-5 tahun: Anak mulai bisa berpikir lebih logis dan sistematis. Anak sudah mulai memahami sebab-akibat, mulai bisa menyusun cerita sederhana, mengenali huruf dan angka, serta mulai tertarik untuk menulis atau menggambar sesuatu dengan tujuan tertentu. Ini juga menjadi awal persiapan anak menuju masa sekolah, di mana kemampuan berpikirnya mulai diarahkan untuk menyelesaikan masalah sederhana.
  • Kotak Misteri :Anak belajar mengenali benda lewat sentuhan. Selain melatih konsentrasi dan memori, permainan ini membangun rasa percaya diri anak.
  • Domino Bentuk & Warna : Anak mencocokkan gambar, mengenali bentuk, sekaligus belajar menyelesaikan masalah. Bisa ditambah angka atau huruf kalau anak mulai lancar.
  • Puzzle Gambar : Melatih fokus, konsentrasi, berpikir runtut, dan kesabaran. Bahkan dari gambar majalah bekas yang dipotong-potong pun bisa jadi puzzle.
  • STIMULASI PSIKOMOTOR

Setiap anak dilahirkan dengan potensi luar biasa. Agar potensi itu berkembang optimal, orang tua perlu memberikan stimulasi yang sesuai dengan tahap usia anak. Salah satu stimulasi penting dalam tumbuh kembang adalah stimulasi psikomotorik, yaitu stimulasi yang bertujuan merangsang kemampuan anak dalam mengendalikan gerakan tubuhnya, baik gerakan kasar maupun halus. Stimulasi psikomotorik membantu anak belajar mengontrol tubuhnya, menguatkan otot, meningkatkan koordinasi, keseimbangan, dan keterampilan fisik lainnya. Stimulasi psikomotorik dibagi menjadi 3 tahap utama:

  1. Usia 2-3 tahun: Pada usia ini, anak mulai senang bergerak aktif, mencoba berbagai gerakan baru, dan mulai belajar mengendalikan tubuhnya sendiri. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Jalan di Atas Garis : Bikin garis pakai selotip/kain, anak diminta jalan pelan-pelan. Hal ini dapat melatih keseimbangan dan konsentrasi anak.
  3. Menangkap Bola : Bola dilempar pelan, anak mencoba menangkap. Hal ini dapat melatih koordinasi mata dan tangan. Kalau sering dilakukan, reflek anak makin bagus dan anak makin percaya diri.
  4. Meronce : Masukkan sedotan atau manik-manik ke tali. Hal ini melatih motorik halus sehingga anak belajar fokus sekaligus belajar warna/bentuk.
  • Usia 3-4 tahun: Di usia ini, anak mulai memiliki kendali tubuh yang lebih baik. Anak mulai suka melompat, berlari lebih cepat, bisa menendang bola dengan lebih terarah, dan mulai bisa meniru gerakan orang lain. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Susun Balok : Melalui permainan menyusun balok, anak belajar banyak hal sekaligus, mulai dari mengenal bentuk dan warna, melatih koordinasi tangan-mata, sampai belajar konsep besar-kecil dan tinggi-rendah. Kalau tumpukannya roboh itu bukan kegagalan, tapi proses belajar. Di situ anak belajar mencoba lagi, sabar, dan berpikir kreatif.
  • Gunting-Gunting Seru : Menggunting kertas warna atau sedotan kelihatannya sepele tapi ini melatih kekuatan otot jari, koordinasi mata dan tangan, dan konsentrasi. Kalau ditemani orang tua anak akan merasa lebih percaya diri. Jangan takut hasilnya belum rapi yang penting prosesnya.
  • Meniti Garis Ajaib : Cukup buat garis di lantai dengan selotip atau tali minta anak berjalan pelan-pelan mengikuti garis bisa sambil pura-pura jadi robot, pahlawan, atau hewan kesukaan mereka. Permainan ini melatih keseimbangan, konsentrasi, dan percaya diri.
  • Usia 4-5 tahun: Anak mulai bisa melakukan gerakan yang lebih kompleks. Mereka bisa berlari sambil menghindari rintangan, mulai belajar bersepeda roda tiga, berdiri dengan satu kaki lebih lama, serta tertarik dengan aktivitas yang memerlukan ketelitian dan koordinasi lebih tinggi. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
    • Namaku Cantik : Membuat papan nama dengan biji-bijian bukan hanya melatih anak mengenal huruf-huruf dalam namanya, tapi juga melatih motorik halus, koordinasi mata dan tangan, serta daya konsentrasi. Saat menempel biji mengikuti bentuk huruf.
    • Target Bola : Permainan melempar bola ke keranjang atau ember bisa dilakukan di rumah. Anak belajar mengukur jarak, melatih otot tangan, dan belajar konsentrasi. Setiap lemparan melatih anak mengontrol gerak tubuhnya. Kalau meleset bukan masalah yang penting anak senang dan terus mencoba.
    • Jalan Zig-Zag : Cukup buat jalur zig-zag dari tali atau kertas di lantai. Minta anak berjalan mengikuti jalur, bisa sambil membawa benda di atas kepala biar tambah seru. Ini melatih keseimbangan tubuh, koordinasi gerak, dan fokus. Anak belajar bagaimana caranya berjalan pelan agar tidak keluar dari jalur.
  • STIMULASI BAHASA

Setiap anak lahir dengan kemampuan berbahasa, tapi kemampuan itu tidak tumbuh dengan sendirinya. Perlu dirangsang, perlu dipancing, dan yang paling penting dan perlu ditemani. Bahasa adalah jembatan bagi anak untuk memahami dunia dan berkomunikasi dengan orang lain. Stimulasi bahasa membantu anak belajar menyampaikan apa yang ia pikirkan dan rasakan. Dengan bahasa anak belajar meminta tolong, mengekspresikan diri, bertanya, bahkan berpendapat. Kemampuan bahasa yang baik akan menjadi bekal penting bagi anak untuk belajar lebih lanjut di masa depan. Stimulasi bahasa tidak sama untuk semua usia. Ada tahapan yang perlu disesuaikan dengan perkembangan anak. Karena itu, stimulasi bahasa dibagi menjadi 3 tahap utama:

  1. Usia 2-3 tahun : Di usia ini, anak mulai bisa menyebutkan benda-benda yang sering dilihatnya. Mereka mulai bisa menyusun kalimat sederhana 2-3 kata, misalnya: “Mau susu”, “Ayah pergi”, atau “Itu bola”. Anak juga mulai suka mendengar cerita pendek dan mulai sering bertanya “Apa ini?”. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Ceritaku, Ceritamu : Orangtua membacakan cerita pendek sambil menunjukkan gambar. Setelah selesai, orangtua tanya: “Adik, tadi ceritanya tentang apa ya?” Anak belajar mendengar, memahami, lalu mencoba menjawab. Kalau anak belum bisa, orangtua bantu ulang lagi ceritanya pelan-pelan.
  3. Boneka Bicara : Gunakan boneka kecil atau jari tangan yang diberi gambar, lalu boneka “bercerita” dengan suara lucu atau besar. Ajak anak ikut menirukan kata-kata boneka. Suasana jadi seru, anak senang ikut bicara tanpa merasa dipaksa.
  4. Lagu Kata Ajaib : Nyanyikan lagu sederhana, tapi ubah sebagian liriknya dengan kata-kata lucu yang baru bagi anak. Misal: “Naik-naik ke puncak gunung… eh ada gajah main boneka!” Anak pasti tertawa sambil belajar kata baru sambil bernyanyi.
  • Usia 3-4 tahun : Pada usia ini, kalimat anak mulai lebih panjang, 3-5 kata. Anak mulai suka bercerita, meskipun masih campur aduk. Anak juga mulai bisa mengenali warna, bentuk, dan mulai suka bernyanyi. Mereka senang diajak bicara dan mulai belajar menyampaikan perasaan. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
    • Gambarku, Ceritaku : Berikan anak kertas kosong dan alat gambar, biarkan anak menggambar bebas, lalu minta anak bercerita tentang gambarnya. Misalnya: “Ini rumahku, ada pohonnya, ada kucingnya juga.” Anak belajar menyusun cerita sederhana sesuai imajinasinya.
    • Tebak Gambar : Orangtua menggambar benda atau hewan sederhana, lalu anak menebak. Setelah itu, anak gantian menggambar dan orangtua yang menebak. Permainan sederhana tapi penuh tawa, apalagi kalau gambarnya lucu.
    • Cerita Bergilir : Mulai cerita sederhana, lalu minta anak melanjutkan satu kalimat. Setelah itu orangtua lanjut, lalu anak lagi. Contoh: “Di hutan ada seekor burung….” ➔ “Burungnya cari makan….” ➔ “Eh ketemu kucing!” dan seterusnya.
  • Usia 4-5 tahun : Anak mulai bisa menyusun kalimat lebih jelas dan mulai tertarik bertanya “Kenapa…?”, “Bagaimana…?”, atau “Mengapa…?”. Anak mulai bisa memahami cerita pendek, mengingat nama-nama teman, dan bisa mengikuti percakapan sederhana. Ini adalah masa emas untuk mengenalkan anak pada berbagai kosakata baru. Beberapa contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Ceritakan Gambarnya : Tunjukkan gambar rumah, pasar, atau keluarga. Ajak anak bercerita: “Ini siapa ya? Mereka lagi ngapain?” Kalau anak bingung, bantu dengan bertanya perlahan. Lama-lama anak akan lebih lancar menceritakan gambar.
  • Tebak Cerita : Orangtua bercerita pendek sambil menunjukkan gambar, tapi sengaja dihentikan. “Di gambar ini ada anak kecil. Anak ini mau pergi ke…” Minta anak melanjutkan. Bikin seru, boleh konyol, boleh serius.
  • Siapa Aku : Orangtua mendeskripsikan benda atau orang di gambar tanpa menyebutkan namanya. Contoh: “Aku bulat, biasanya ada di langit malam. Aku siapa?” Anak menebak.
  • STIMULASI SOSIAL-EMOSIONAL

Setiap anak lahir dengan kemampuan untuk merasa dan berhubungan dengan orang lain. Tapi, seperti halnya bahasa, kemampuan sosial-emosional juga perlu dipupuk. Anak perlu belajar bagaimana memahami perasaannya sendiri, bagaimana mengelola marah, bagaimana menyapa orang lain, bagaimana bergiliran, bagaimana meminta maaf, dan bagaimana membangun hubungan yang sehat. Stimulasi sosial-emosional membantu anak mengenali dirinya siapa dia, apa yang ia rasakan, dan bagaimana ia berhubungan dengan orang lain. Ini bekal penting agar anak tumbuh jadi pribadi yang percaya diri, mudah bergaul, bisa bekerjasama, dan punya empati.

Stimulasi sosial-emosional berbeda untuk tiap usia, karena seiring pertumbuhan, anak mulai belajar mengelola perasaan yang makin beragam. Berikut tahapannya:

  1. Usia 2-3 tahun : Anak mulai belajar menyebutkan nama dirinya. Mereka mulai memahami emosi dasar: senang, sedih, marah. Tapi belum bisa mengelola perasaan itu dengan baik. Anak masih sering berebut mainan, menangis jika kecewa, atau marah kalau sesuatu tidak sesuai keinginannya. Di sinilah peran kita. Contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  2. Siapa Dirimu? : Bermain bola sambil bernyanyi. Bola berpindah dari satu orang tua ke yang lain. Saat lagu berhenti, orang tua mengenalkan nama anak, nama ayah, ibu, dan alamat rumah sambil bernyanyi pelan. Bisa diulang berkali-kali agar anak makin hafal. Melatih anak mengenali identitas diri dan berani bicara.
  3. Boneka Kenalan : Gunakan boneka favorit anak. Boneka berpura-pura bertanya, “Siapa namamu? Siapa nama ibumu?” Anak menjawab sambil tertawa-tawa. Boleh sambil dipeluk atau digendong agar anak merasa nyaman. Melatih rasa percaya diri, mengenal diri sendiri, dan menumbuhkan rasa aman.
  4. Ayo Pulang ke Rumah : Bermain pura-pura pulang. Anak diajak jalan-jalan lalu pura-pura “tersesat”, orang tua bertanya, “Kalau tersesat, bilangnya apa? Rumahnya di mana?” Bantu anak menyebutkan alamat rumah pelan-pelan. Melatih anak menyebutkan alamat rumah dan belajar mengenal lingkungan sekitar.
  • Usia 3-4 tahun : Anak mulai bisa menyebutkan “Aku senang”, “Aku marah”, atau “Aku sedih”, meskipun belum selalu tahu alasannya. Mereka mulai suka bermain bersama teman, tapi kadang masih suka memaksakan keinginannya. Anak juga mulai belajar minta maaf, walaupun kadang karena disuruh. Yang penting prosesnya, bukan hasil langsung. Contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Gambarku Ceritaku : Ajak anak menggambar apa yang mereka suka: rumah, hewan, atau orang. Setelah itu, biarkan anak menceritakan gambar tersebut kepada orang lain.
  • Tunjukkan Bakatku : Minta anak memilih satu bakat yang disukai: menyanyi, menari, atau lainnya. Berikan kesempatan tampil di depan keluarga atau teman sebaya.
  • Tebak Bakat Teman : Anak memperhatikan temannya tampil, lalu menebak bakat atau minat apa yang sedang dilakukan.
  • Usia 4-5 tahun : Di usia ini, anak mulai lebih paham tentang aturan bermain bersama. Mereka mulai bisa diajak berdiskusi ringan: “Kalau rebutan mainan, enaknya bagaimana ya?” Anak mulai bisa menunjukkan rasa bangga saat berhasil melakukan sesuatu, mulai mengerti konsep berbagi, dan lebih mudah diajak menyelesaikan konflik kecil. Contoh kegiatan sederhana & manfaatnya:
  • Cerita Singa dan Tikus : Bacakan cerita “Singa dan Tikus”, ajak anak menirukan suara singa dan tikus. Setelah cerita selesai, tanyakan: “Apa yang dilakukan Tikus untuk Singa? Kenapa Tikus menolong Singa?” Anak akan belajar kalau kebaikan itu bisa kembali lagi ke diri kita. Melatih empati, menumbuhkan rasa peduli, dan memahami arti menolong teman.
  • Baik atau Tidak? : Bacakan pernyataan tentang sikap teman. Contoh: “Kalau ada teman sedih, kita hibur. Baik atau tidak?” Ajak anak menjawab, lalu beri contoh nyata dari kehidupan sehari-hari. Melatih anak membedakan sikap baik dan buruk, belajar membuat pilihan yang tepat.
  • Suara Teman : Bermain tiru-tiruan suara hewan dalam cerita atau suara teman sedih, teman senang. Misalnya: “Kalau teman senang suaranya bagaimana? Kalau sedih?” Anak boleh berkreasi. Melatih ekspresi emosi, mengenal perasaan diri & orang lain, mempererat hubungan sosial.

Penulis : Gladys – Doc.Seketariat YSBS @2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : GOTONG ROYONG BANGUN SEKOLAH INKLUSI

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi

Penulis                     : Sutriyono Robert

Penerbit                   : OBOR

Cetakan Pertama   : Desember 2023

ISBN                          : 978-979-565-965-5

Jumlah Halaman   : xxii+123

  1. SINOPSIS

Buku Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi karya Sutriyono Robert adalah sebuah kumpulan kisah nyata yang merekam perjalanan membangun sekolah inklusif di Indonesia. Buku ini bukan hanya kumpulan cerita biasa, tetapi juga merupakan dokumen inspiratif tentang bagaimana nilai-nilai luhur bangsa Indonesia seperti gotong royong mampu menjadi kekuatan utama dalam menciptakan sistem pendidikan yang ramah untuk semua, terutama anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Konsep pendidikan inklusi yang diangkat dalam buku ini bertolak dari keyakinan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tanpa terkecuali. Tidak peduli apakah mereka memiliki keterbatasan fisik, intelektual, atau kebutuhan khusus lainnya, mereka tetap berhak belajar bersama teman-teman seusianya dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh dukungan.

Buku ini memperlihatkan bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar istilah atau program dari pemerintah, melainkan sebuah gerakan sosial yang menuntut perubahan pola pikir, sikap, dan budaya masyarakat. Dalam banyak kasus, bukan fasilitas atau kurikulum yang menjadi hambatan utama, melainkan sikap masyarakat yang masih memandang sebelah mata anak-anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, penulis membawa kita menyelami bagaimana perubahan sikap itu dimulai dari komunitas terkecil seperti keluarga, sekolah, tetangga, dan masyarakat sekitar. Di dalam buku ini, pembaca akan menemui berbagai cerita mengharukan tentang perjuangan orang tua yang tidak menyerah memperjuangkan hak anaknya untuk bersekolah, guru-guru yang berjuang membangun sekolah inklusi dengan segala keterbatasan, hingga komunitas yang bertransformasi menjadi lebih terbuka terhadap keberagaman.

Melalui kisah-kisah nyata yang ditulis dengan bahasa sederhana dan penuh empati, Sutriyono Robert mengajak kita merenung bahwa gotong royong bukan hanya sekadar membantu membangun rumah atau jalan desa, tetapi juga bisa menjadi alat perubahan sosial dalam dunia pendidikan. Gotong royong menjadi jembatan penghubung antara mimpi dan kenyataan bagi anak-anak yang selama ini sering tersisihkan. Lebih dari sekadar kisah inspiratif, buku ini juga menjadi panduan praktis bagi siapa pun yang ingin memulai langkah membangun pendidikan inklusif di lingkungannya. Tidak melulu bicara soal kebijakan, buku ini membumi, mengajak pembaca menyadari bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil, dari diri kita sendiri dan lingkungan terdekat kita.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini disusun dalam bentuk kumpulan kisah nyata yang diambil dari pengalaman lapangan penulis dan rekan-rekannya. Tiap cerita memiliki alur sederhana: mulai dari pengenalan situasi, tantangan, proses perubahan, hingga hasil yang dicapai. Struktur seperti ini memudahkan pembaca untuk memahami inti pesan dari setiap cerita tanpa harus membaca secara berurutan.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Buku ini sarat dengan muatan emosional. Cerita-cerita di dalamnya mengaduk perasaan pembaca dari rasa haru, kagum, hingga empati terhadap perjuangan orang tua dan anak-anak berkebutuhan khusus. Penulis berhasil menyentuh sisi psikologis pembaca dengan menunjukkan bagaimana perubahan sikap masyarakat ternyata dapat membuka jalan bagi masa depan anak-anak dengan kebutuhan khusus.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Penulis menampilkan gotong royong sebagai konsep kunci, yang sesuai dengan nilai budaya Indonesia. Pendekatan berbasis komunitas lokal menjadi kekuatan tersendiri dalam menyukseskan pendidikan inklusif. Buku ini memperlihatkan bagaimana budaya kolektif Indonesia sebenarnya sangat potensial menjadi motor penggerak pendidikan inklusif jika diarahkan dengan baik.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami. Buku ini memang ditujukan untuk semua kalangan, terutama para guru, orang tua, dan pemerhati pendidikan. Tidak banyak istilah akademis atau bahasa ilmiah yang rumit.

5. Kelebihan :

  1. Kisah Nyata yang Inspiratif: Buku ini menyajikan kisah-kisah nyata yang sarat inspirasi, bukan sekadar teori atau wacana. Cerita-cerita perjuangan membangun sekolah inklusif terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari, membuat pembaca bisa lebih mudah terhubung secara emosional.
  2. Mengangkat Nilai Budaya Lokal (Gotong Royong): Salah satu kekuatan buku ini adalah keberhasilannya menghubungkan konsep pendidikan inklusi dengan budaya lokal Indonesia, yaitu gotong royong. Biasanya buku tentang pendidikan inklusi membahas pendekatan global atau kebijakan pemerintah, tetapi buku ini justru berakar dari kekuatan masyarakat.
  3. Membangun Kesadaran Kolektif: Buku ini berhasil mengajak pembaca untuk berpikir dan bertindak secara kolektif, bukan hanya menyerahkan tanggung jawab pendidikan pada sekolah atau pemerintah saja. Pembaca diajak menyadari bahwa masyarakat juga berperan besar dalam mendukung anak-anak berkebutuhan khusus.
  • Relevan dengan Kondisi Sosial Indonesia: Isu pendidikan inklusi sering dianggap “jauh” dari kehidupan masyarakat, tapi melalui pendekatan cerita nyata, buku ini membuktikan bahwa isu tersebut sangat nyata dan dekat. Ini membuat pembaca yang awalnya tidak peduli menjadi lebih tergugah.
  • Memberikan Contoh Praktis: Selain inspiratif, buku ini juga menyisipkan contoh nyata tentang langkah-langkah membangun sekolah inklusi, membuat pembaca yang berniat melakukan hal serupa memiliki gambaran yang lebih jelas.

6. Kelemahan :

  1. Beberapa Cerita Kurang Terselesaikan: Ada beberapa kisah yang diceritakan dengan sangat baik di awal, tetapi akhir ceritanya terasa menggantung atau kurang tuntas. Hal ini membuat pembaca penasaran tentang kelanjutan kisah tokoh-tokohnya.
  2. Visualisasi Terbatas: Buku ini minim gambar, foto, atau ilustrasi visual yang mendukung cerita. Padahal, bagi buku yang mengangkat tema pendidikan, keberadaan visual pendukung bisa meningkatkan daya tarik pembaca.
  3. Kurang Mendalam pada Teori Pendidikan Inklusi : Untuk pembaca yang ingin mendapatkan penjelasan mendalam tentang teori pendidikan inklusi atau konsep-konsep pedagogis, buku ini mungkin terasa kurang mendalam. Buku ini lebih fokus pada praktik lapangan daripada konsep teori.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Buku ini sangat direkomendasikan untuk siapa saja yang ingin memahami pendidikan inklusif secara praktis dan nyata. Cocok untuk pendidik, orang tua anak berkebutuhan khusus, pegiat pendidikan, dan pemerhati isu sosial. Meskipun buku ini tidak menyajikan teori secara mendalam, kekuatan utamanya ada pada cerita nyata, pendekatan komunitas, dan semangat kebersamaan yang sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia.

Rating: ★★★★☆ (4.3/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 50.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : MENJADI GEMBALA BAGI SEMUA , ROMO CAROLUS DI MATA SAHABAT

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Menjadi Gembala Bagi Semua,

                                                      Romo Carolus OMI di Mata Para Sahabat

Penulis                     : Tim Redaksi Penerbit OBOR

Penerbit                   : OBOR

Tahun Terbit           : Desember 2024

ISBN                          : 978-979-565-993-8

Jumlah Halaman   : x+189

  1. SINOPSIS

Buku Menjadi Gembala Bagi Semua: Romo Carolus OMI di Mata Para Sahabat merupakan sebuah karya reflektif yang disusun oleh Tim Redaksi Penerbit OBOR. Buku ini merupakan penghormatan sekaligus refleksi atas perjalanan hidup dan pelayanan Romo Carolus OMI. Melalui kumpulan tulisan dari berbagai sahabat dan rekan pelayanan, buku ini menghadirkan gambaran sosok Romo Carolus yang dikenal sebagai pribadi rendah hati, setia melayani, dan menjadi gembala bagi siapa saja yang membutuhkan.

Isi buku ini tidak hanya berkisah tentang kehidupan rohani seorang pastor, tetapi juga tentang pelayanan konkret kepada masyarakat kecil, orang-orang di pinggiran, dan mereka yang sering terabaikan. Pembaca diajak untuk mengenal sosok Romo Carolus dari berbagai sudut pandang, dari cerita-cerita personal hingga refleksi mendalam atas nilai-nilai hidup yang beliau pegang teguh.

Lebih dari sekadar biografi, buku ini menjadi cermin bagi pembaca untuk merefleksikan peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan iman: bahwa menjadi gembala bukan monopoli rohaniwan, melainkan panggilan bagi siapa pun yang mau hadir dan melayani dengan kasih.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku disusun dalam bentuk kumpulan refleksi, testimoni, dan kisah-kisah nyata yang ditulis oleh berbagai sahabat Romo Carolus. Bab-babnya memiliki tema yang saling berkaitan dengan semangat pelayanan dan pengabdian kepada sesama.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Banyak kisah menyentuh tentang bagaimana Romo Carolus hadir dalam hidup orang-orang kecil. Refleksi yang disampaikan menyentuh sisi batin pembaca dan mampu menggerakkan empati serta semangat pelayanan.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Konteks sosial dan budaya Indonesia sangat terasa, terutama terkait kehidupan umat Katolik serta bagaimana gereja hadir di tengah masyarakat plural. Pesan tentang inklusi sosial dan kemanusiaan melampaui batas-batas agama.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan sederhana, komunikatif, dan membumi. Karena merupakan kumpulan tulisan dari berbagai penulis, gaya penulisannya beragam, namun tetap mudah dipahami oleh berbagai kalangan.

5. Kelebihan :

  1. Refleksi Mendalam dan Jujur : Buku ini menyajikan refleksi yang otentik dari pengalaman pelayanan nyata, bukan sekadar teori. Pembaca diajak menyelami pergumulan nyata dalam menjadi gembala bagi semua orang.
  2. Mengangkat Kisah Nyata Kaum Terpinggirkan: Salah satu kekuatan utama adalah keberpihakan penulis terhadap mereka yang jarang mendapatkan tempat dalam pelayanan gereja mainstream.
  3. Konsep Inklusivitas yang Berani: Di tengah tantangan keberagaman Indonesia, buku ini memberikan contoh konkret bagaimana seorang pemimpin rohani harus keluar dari zona nyaman untuk melayani semua kalangan.

6. Kelemahan :

  1. Gaya Penulisan Cenderung Berat di Beberapa Bagian: Ada beberapa bagian yang terasa terlalu formal dan akademis, sehingga pembaca umum bisa merasa sedikit jenuh atau kesulitan mengikuti alurnya.
  2. Kurang Variasi dalam Format Penyajian: Hampir semua bab menggunakan pola refleksi naratif yang mirip, sehingga untuk pembaca yang menginginkan variasi gaya, bisa terasa monoton di tengah jalan.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Buku Menjadi Gembala Bagi Semua adalah karya yang kuat secara spiritual dan relevan dalam konteks pluralisme Indonesia. Cocok untuk dibaca oleh para pastor, rohaniwan, aktivis sosial, pegiat lintas agama, maupun siapa saja yang ingin belajar tentang pelayanan kemanusiaan tanpa batas. Buku ini sangat baik untuk dijadikan bahan refleksi pribadi, bacaan komunitas basis, maupun referensi bagi mahasiswa teologi. Meski terdapat beberapa istilah yang terasa berat, substansi buku ini sangat layak diapresiasi.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 80.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : TEOLOGI MONYET

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Teologi Monyet – Romo Carolus OMI

Penulis                     : Mgr. Christophorus Tri Harsono

Penerbit                   : OBOR

Tahun Terbit           : Desember 2024

ISBN                          : 978-979-565-994-5

Jumlah Halaman   : xiii+68

  1. SINOPSIS

Buku Teologi Monyet adalah kumpulan esai reflektif dan kritis karya Romo Carolus OMI yang ditulis secara ringan, satir, dan penuh keberanian. Judulnya yang provokatif Teologi Monyet sengaja dipilih untuk memantik rasa ingin tahu pembaca dan menunjukkan bahwa pembahasan teologi tidak harus kaku dan membosankan. Justru dengan pendekatan humor dan satire, Romo Carolus mengajak pembaca untuk berpikir lebih jernih tentang persoalan iman, moralitas, dan kehidupan sosial sehari-hari.

Buku ini tidak hanya membahas tema-tema spiritual atau keagamaan secara normatif. Sebaliknya, Romo Carolus justru menyajikan pandangan teologis yang sangat membumi dan berani. Ada keberanian untuk mempertanyakan kemapanan, keberanian untuk membela yang lemah, serta keberanian untuk menegur kekuasaan yang menindas. Dalam esai-esainya, ia membicarakan isu-isu seperti peran perempuan dalam Gereja, hak-hak penyandang disabilitas, kemiskinan, prostitusi, hukuman mati, hingga persoalan-persoalan sosial yang seringkali dianggap tabu dalam wacana keagamaan.

Melalui gaya tulisannya yang khas yakni perpaduan antara humor, sindiran, sekaligus refleksi rohani, pembaca diajak untuk memahami bahwa iman tidak boleh menjauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Justru teologi sejati harus berpihak kepada yang tertindas, hadir bagi mereka yang terpinggirkan, dan berani menyuarakan kebenaran walaupun pahit.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku disusun sebagai kumpulan esai lepas. Setiap bab berdiri sendiri, tetapi memiliki benang merah: keberpihakan pada yang tertindas dan refleksi iman yang membumi. Pembaca bisa membaca esai mana pun secara acak tanpa kehilangan konteks besar.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Sangat kuat. Beberapa esai membangkitkan emosi pembaca: mulai dari rasa haru, marah atas ketidakadilan, hingga tertawa geli dengan gaya humor Romo Carolus. Selain itu, refleksi pribadi yang dibagikan penulis seringkali membawa pembaca pada permenungan mendalam.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Buku ini sangat kontekstual dengan kondisi sosial Indonesia, terutama menyuarakan penderitaan masyarakat marginal. Keberanian Romo Carolus berbicara tentang isu-isu yang sering dianggap tabu dalam komunitas keagamaan menjadi salah satu kekuatan utama buku ini.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Menggunakan bahasa yang lugas, tajam, dan mudah dipahami, meskipun beberapa esai menggunakan istilah teologis yang mungkin memerlukan penjelasan tambahan bagi pembaca awam. Gaya humornya ringan, namun sarat makna.

5. Kelebihan :

  1. Berani dan Kritis: Mengangkat isu-isu sensitif seperti hukuman mati, prostitusi, marginalisasi difabel, dan perempuan dalam Gereja. Romo Carolus tidak ragu menyampaikan kritik terhadap institusi maupun masyarakat yang dianggap abai terhadap keadilan sosial.
  2. Bahasa Ringan namun Dalam: Perpaduan gaya bahasa santai dan refleksi rohani membuat buku ini nyaman dibaca tetapi tetap menggugah pemikiran.
  3. Relevan untuk Semua Kalangan: Tidak terbatas hanya untuk umat Katolik. Siapa pun yang peduli dengan isu sosial akan mendapatkan manfaat dari membaca buku ini.
  4. Judul-judul Esai Provokatif: Misalnya “Imam Perempuan”, “Peduli Difabel”, “Ekseskusi Mati di Nusakambangan”, “Seorang Pelacur”. Judul-judul tersebut bukan hanya menarik perhatian, tetapi juga menyimpan muatan kritik dan permenungan mendalam.
  5. Refleksi Teologi Membumi: Tidak berbicara soal teologi langit yang jauh dari realitas, melainkan berbicara iman yang hidup dan berpihak pada kemanusiaan.

6. Kelemahan :

  1. Istilah Teologis Cukup Padat: Untuk pembaca awam atau yang kurang akrab dengan istilah teologi Katolik, beberapa bagian membutuhkan pembacaan lebih lambat atau mencari referensi tambahan.
  2. Gaya Humor Bisa Kontradiktif: Ada beberapa pembaca yang mungkin merasa gaya humor satire Romo Carolus sedikit terlalu tajam atau kurang nyaman, tergantung latar belakang pembaca.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Teologi Monyet adalah buku wajib bagi siapa saja yang ingin melihat bagaimana teologi dapat berpadu dengan keberanian bersuara untuk kaum tertindas. Cocok untuk aktivis sosial, mahasiswa teologi, rohaniwan, dan siapa pun yang haus akan pemikiran segar tentang iman dan keadilan sosial. Buku ini akan memperluas perspektif pembaca tentang bagaimana seharusnya iman bekerja di tengah realitas sosial yang penuh luka.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 30.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
18 Jun
0

TEKS RESENSI BUKU : AKULAH YUDAS KE-13 , AUTOBIOGRAFI ROMO CAROLUS OMI

  1. IDENTITAS BUKU

Judul                         : Akulah Yudas Ke-13 – Autobiografi Romo Carolus OMI

Penulis                     : M. Budi Sardjono & Sutriyono Robert

Penerbit                  : OBOR

Tahun Terbit         : Desember 2024

ISBN                       : 978-979-565-992-1

Jumlah Halaman   : vii+175

  1. SINOPSIS

Buku Akulah Yudas Ke-13 adalah sebuah autobiografi menyentuh tentang perjalanan hidup Romo Carolus OMI, seorang imam Katolik asal Irlandia yang akhirnya memilih untuk melayani masyarakat di Indonesia. Judul buku yang provokatif, Akulah Yudas Ke-13, mencerminkan keberanian sang Romo dalam merefleksikan hidupnya, mengakui kelemahannya, dan membagikan perjalanan iman yang penuh pasang surut kepada pembaca.

Di dalam buku ini, pembaca diajak menyusuri kehidupan Romo Carolus sejak masa kecilnya di Irlandia yang keras, perjalanan spiritualnya bergabung dengan Ordo OMI (Oblat Maria Imakulata), hingga perjuangannya sebagai misionaris di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir Cilacap. Romo Carolus mengisahkan bagaimana ia berkontemplasi tentang hidupnya, merasa penuh dosa, bahkan menyebut dirinya sebagai Yudas ke-13 — bukan karena pengkhianatan, melainkan karena pergulatan batin dan rasa bersalah sebagai manusia yang tidak sempurna.

Buku ini tidak hanya berkisah tentang dirinya, tetapi juga menyingkap realitas masyarakat marginal tempat ia berkarya: kisah masyarakat miskin, anak-anak jalanan, pekerja seks komersial, narapidana Nusakambangan, dan kelompok-kelompok lain yang sering terlupakan oleh pelayanan gereja maupun masyarakat umum. Romo Carolus berani menghadirkan sisi gelap hidup manusia, sekaligus menawarkan harapan melalui pelayanan yang penuh kasih.

  1. ANALISIS ISI BUKU

1. Struktur Naratif & Kumpulan Cerita

Buku ini disusun secara kronologis, mulai dari masa kecil Romo Carolus, panggilan imamatnya, hingga kisah-kisah pelayanan sosialnya di Indonesia. Setiap bab memiliki kekuatan naratif yang kuat seperti cerita pendek yang saling berkaitan, dengan alur personal yang membuat pembaca merasa dekat dengan tokohnya.

2. Aspek Emosional & Psikologis

Sangat kuat. Refleksi pribadi Romo Carolus atas rasa bersalahnya menampilkan kerendahan hati seorang imam. Ada banyak momen yang memicu keharuan, sekaligus menggugah pembaca untuk merenungi hidup mereka sendiri. Ungkapan jujur tentang keraguan, kegagalan, serta kesetiaan pada panggilan hidupnya menjadi kekuatan utama buku ini.

3. Pendekatan Komunitas & Budaya Lokal

Buku ini kental dengan nuansa pelayanan komunitas yang sangat lokal, terutama di pesisir Cilacap dan kawasan tertinggal lainnya. Romo Carolus menyesuaikan pelayanannya dengan kultur masyarakat sekitar, bahkan berani melibatkan dirinya dalam isu-isu sosial sensitif seperti kemiskinan struktural dan marginalisasi kaum kecil.

4. Kualitas Penulisan dan Bahasa

Bahasa yang digunakan komunikatif dan mudah dipahami. Namun ada beberapa istilah teologis atau bahasa Katolik yang mungkin terasa asing bagi pembaca umum non-Katolik. Gaya penulisan autobiografi yang jujur dan penuh refleksi menjadikan buku ini menyentuh sekaligus mendalam.

5. Kelebihan :

  1. Jujur dan Otentik : Sangat jarang ada autobiografi rohaniwan yang menampilkan sisi rentan dan penuh refleksi diri seperti ini. Romo Carolus dengan rendah hati membagikan kelemahannya secara terbuka.
  2. Mengangkat Realitas Sosial :  Buku ini tidak hanya tentang rohani, tapi juga tentang sosial. Kisah-kisah pelayanan di antara masyarakat miskin dan terpinggirkan membuat buku ini relevan bagi aktivis sosial maupun rohaniwan.
  3. Memberikan Inspirasi Pelayanan : Sangat cocok bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pelayanan tanpa pamrih, kerendahan hati, dan keberanian menghadapi kenyataan hidup.

6. Kelemahan :

  1. Istilah Teologis Kurang Dijelaskan : Beberapa istilah khusus dalam dunia Katolik atau teologi tidak dijelaskan secara rinci, sehingga pembaca awam perlu mencari tahu lebih lanjut untuk memahami sepenuhnya.
  2. Perlu Fokus yang Lebih Tajam : Sebagian cerita terasa melompat-lompat atau kurang fokus dalam penyampaian tema utama.
  1. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Akulah Yudas Ke-13 adalah sebuah autobiografi yang penuh kejujuran dan refleksi mendalam, sangat cocok bagi siapa saja yang ingin memahami bagaimana pergulatan iman, pelayanan sosial, dan pengabdian kepada sesama dapat berpadu dalam kehidupan seorang rohaniwan. Buku ini bukan hanya untuk umat Katolik, tetapi juga untuk siapa saja yang peduli dengan persoalan kemanusiaan dan ingin belajar tentang kerendahan hati.

Rating: ★★★★★ (5/5)

Note : Bagi yang berminat untuk membeli buku ini, hanya diperlukan untuk membayar harga ganti cetak buku sejumlah Rp. 80.000 saja dan menghubungi nomor WhatsApp 0813-2668-4648 ( A.N. Ibu Rendra )

Penulis Resensi: Gladys – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
16 Jun
0

Satu Sapi Memberikan Kebagaian Bagi Masyarakat Sekitar SMK Yos Soedarso Sidareja

Sidareja, Cilacap, Jum’at, 06 Juni 2026

Selain Hari Raya Idul Fitri ada satu momentum yang membahagiakan bagi umat Islam yaitu Hari Raya Idul Fitri, Hari dimana kita di ingatkan peristiwa peringatan peristiwa kurban Nabi Ibrahim a.s. yang mengorbankan putranya, Ismail, yang kemudian digantikan oleh Allah Swt. dengan domba.

Kegiatan Idul Adha, dimulai  berkumpul pada pagi hari dan melakukan Shalat Id berjamaah di tanah lapang atau di masjid, seperti ketika merayakan Idulfitri. 

Setelah Salat Iduladha, dilakukan penyembelihan hewan kurban sebagai amalan sunah paling disukai Allah Swt. pada Idul Adha.

Dalam memperingati hari raya Idul Adha , SMK Yos Soedarso Sidareja melakukan penyembelihan 1 (satu) ekor sapi. Dalam proses penyembelihan ini Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan serta perkalialna siswa dan siswi dari anggota OSIS SMK Yos Soedarso Sidareja.

Penyembelehan sendiri diadakan di halama sekolah SMK Yos Soedarso Sidareja. Dengan diawali doa bersama yang dibacakan oleh salah satu guru yang beragama islam dengan dikumandakana suara takbir “Alloohu akbar, Alloohu akbar, Alloohu akbar! Laa ilaaha illalloohu Alloohu akbar. Alloohu akbar walillaahil hamd”   sapi pun siap untuk disembeleh.

Terlihat antusiasme Siswa/Siswi, Kepala Sekolah serta Guru dan Karyawan dalam proses penyembelehan tersebut,. Terlihat gotong – royong yang terjadi antara Siswa, Kepala Sekolah serta Guru dan Karyawan.

Setelah pemotongan selesai dan dibagi secara merata ada 215 bungkus daging kurban yang siap dibagikan kepada masyarakat sekitar diwliyaha SMK Yos Seodarso Sidareja.

Bagi Bapak Muhyasin, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Yos Soedarso Sidareaja, pembagaian daging dilingkungan SMK Yos Soedarso Sidareja adalah tepat karena dengan merangkul masyarakat sekitar dapat menjalin hubungan yang baik antara lingkungan sekolah dengan masyarakat sekitar.

Proses pembagian daging diawali dengan kupon yang dibagikan oleh sekolah kepada masyarakat sekitar sebelum hari H Idul Adha. Terlihat senyuman indah dari Siswa/Siswi, Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan dan masyarakat yang menerima pun tersenyum indah dan “mendoakan agar sekolah SMK Yos Soedarso Sidareja mendapatkan berkah yang berlimpah serta semakin maju” dan lalu di iringan ucapan “Aamiin Ya Robbal Alamin” oleh semua nya .

Penulis : Dina Nur Hidayah – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
13 Jun
0

Tradisi Jum’at Pertama  Bersama Siswa/Siswi SMA Yos Sudarso Cilacap Yang di Rindukan Oleh Romo Carolus, O.M.I.

Jum’at, 06 Juni 2025

SMA Yos Sudarso Cilacap dengan tradisi Jum’at pertama Siswa/siwi, Guru dan Karyawan yang beragama Katolik bersama Romo Carolus, O.M.I. dirasa vacuum atau berhenti cukup lama dikarena COVID 19 yang ramai terjadi diranah tingkat dunia yang membuat segala aktifitas untuk berdoa bersama tidak dapat dilakukan karena adanya larangan saling bergerombol atau berkumpul dengan banyak orang.

 Karena Romo Carolus, O.M.I. merindukan tradisi Jum’at pertama di SMA Yos Sudarso Cilacap, bersama Siswa /Siswi beserta Guru dan Karyawan, maka beliau berusaha menghubungi Bapak Tursoro Ardi Putra, S.Si. selaku Kepala Sekolah SMA Yos Sudarso Cilacap, “Bapak Ardi mari kita laksanakan kembali tradisi Jum’at pertama yang telah lama tidak dapat dilakukan dikarena kan COVID 19”, dengan sigap nya Bapak Tursoro Ardi Putra, S.Si. menjawab “Siap Romo, akan kami coba laksanakan dan siapkan”.

Maka Jum’at 06 Juni 2025 dilaksakan lah kegiatan Jum’at Pertama tersebut, meskipun dalam suasana libur dikarenakan bertepatan H+1 Lebaran Hari Raya Idul Adha 2025, Siswa/Siswi beserta Guru dan Karyawan begitu antusias dan gemberia untuk melakasanakan Jum’at Pertama bersama Romo Carolus, O.M.I. terlihat dari kehangatan penyambutan dari anak – anak kepada beliau.

Untuk mengenang masa lalu dalam kesederhanaan Romo Carolus, O.M.I ingin mengadakan misa di ruang doa lantai 3 SMA Yos Sudarso Cilacap yang bersebelahan dengan ruang perpustakaan.

Dengan beralaskan tikar, dan anak – anak beserta Guru dan Karyawan berlesehan kemudain mimbar seadanya demi mengenang masa lalu, misa berjalan dengan hikmat dan tenang.

Dalam kesempatan misa tersebut dalam Romo Carolus, O.M.I memberikan renungan atau pesan kepada anak – anak, Guru dan Karyawan serta Kepala Sekolah tentang “mengasihi sesama” mengasihi sesama dalam arti anak – anak, Guru dan Karyawan serta Kepala Sekolah untuk dapat menerima perbedaan, dan dapat menerima anak – anak berkebutuhan khusus, dengan harapan kita bisa menajdi pelatih spiritual dan emosional untuk anak – anak berkebutuhan khusus karena menurut Romo Carolus, O.M.I. mereka adalah sesama yang harus dikasihi dan dicintai.

Besar harapan Romo Carolus, O.M.I agar anak – anak, Guru dan Karaywan serta Kepala Sekolah dapat mencerna apa yang Romo Carolus, O.M.I. sampaikan, supaya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari  – hari maupun dalam lingkungan sekolah.

Selain itu Romo Carolus, O.M.I. mempunyai keinginan ingin melaksanakan tradisi Jum’at pertama di SMA Yos Sudarso selama 9 Kali. Menurut Bapak Tursoro Ardi Putra, S.Si. selaku Kepala Sekolah SMA Yos Sudarso Cilacap sungguh suatau kebahagian bagi keluarga besar SMA Yos Sudarso Cilacap. Dan Bapak Tursoro Ardi Putra, S.Si. selaku Kepala Sekolah SMA Yos Sudarso Cilacap berharap agak tradisi ini akan tetap ada sesuai dengan keinginan Romo Carolus, O.M.I.  

Penulis : Dina Nur Hiadayah – Doc. Sekretariat YSBS@2025

Read More
13 Jun
0

Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Tahun 2025Korwil Bidik Kecamatan Cilacap Tengah

Rabu, 21 Mei 2025

Demi memberikan ruang kreativitas bagi Anak – anak untuk mengeksplorasi, mengembangkan, dan menyalurkan bakat seni yang mereka miliki, Korwil Bidik Kecamata Cilacap Tengah bekerja sama dengan Balai Pengembangan Talenta Indonesia dan pusat prestasi nasional (puspresnas) mengadakan kegiatan Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Tahun 2025, pada Hari, Rabu, 21 Mei 2025 di SD Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

Salah satu dari Sekolah Yayasan Sosial Bina Sejahtera yaitu SD Maria Immaculata Cilacap ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Suatu Kebahagian dan Kebanggan yang tidak terduga Bahwa Siswa/Siswi yang dipilih oleh sekolah SD Maria Immaculata Cilacap meraih beberapa Piala Kejuaraan.

Adapun beberapa piala kejuaran yang diraih adalah oleh Siswa/Siswi SD Maria Immaculata Cilacap sebagai berikut :

  1. Helena Arashel W. mendapatkan Juara 2 Menulis Cerita.

    Dengan cerita indah dan penuh makna yang ditulis oleh Helena Arasehel W. membuat para juri terpesona sehingga mendapata Juara 2

    2. Josef Shallom D.Y. mendapatkan Juara Harapan I Mendongeng Cerita.

    Gaya cerita dengan penghayatan yang pebuh berhasil membuat para juri larut dalam cerita sehingga mendapatka Juara 1

    3. Brigitta Velika N. mendapatkan Juara 2 dalam Lomba Kriya atau melukis.

    Lukisan yang indah dan rapi yang dibuat

    oleh tangan  Brigitta Velika N.  disukai oleh para juri  sehingga mendapatkan penggahargaan Juara 2

    4. Indya Kinnastu, Meyka Theresia D., dan Zipora Ramaniya M. tiga gadis manis  yang menari denganj indah dan elok, dan penuh hentakan yang indah mampu menari para juri sehingga ini mendapatkan Juara 3 Lomba Tari.

    Kepala Sekolah SD Maria Immaculata Ibu Veronica Tri Widiyatmi, S.Pd., SD berharap bagi Siswa dan Siwi yang telah mengikuti kegiatan ini dan mendapatkan kejuaran dapat memberikan semangat untuk lebih mencintai Seni dan Budaya sejak dini dan meningkatkan prestasi yang dimiliki.

    Tak lupa pula Kepala Sekolah mengucapkan “Selamat atas prestasi dan kejuaraan yang telah diraih, semoga prestasi yang tealh diraih dapat memberikan maanfaat baik bagi siswa dan siswi yang mengukiti Festival Lomba Seni dan Sastra”.

    Penulis : Dina Nur Hidayah – Doc. Sekretariat YSBS@2025

    Read More
    1236